Rei tetap memaksa untuk pergi menemui Diana. Ia ingin meyakinkan pada Diana kalau sebenarnya Ia sayang pada Diana. Ia tak mau menyesal untuk kedua kalinya karena kehilangan Diana.

Namun semua usaha itu hanya sia-sia, karena Diana telah bersama kebahagiaanya sendiri.

"Ma...aku harus ketemu Diana."

"Mau ngapain lagi sayang? Sudahlah kamu terima aja Nak."

"Diana harus tahu Ma...kalau aku sayang sama dia. Aku akan membahagiakan dia Ma."

"Sudah terlambat sayang, bahkan Diana sudah tahu kalau waktu itu kamu meninggalkannya karena Clara hamil."

"Tahu dari mana Ma?"

"Mama nggak tahu, yang jelas dia sudah tahu sayang."

Rei pergi meninggalkan ruang IGD dan berlari menuju parkir. Bu Sopia dan Pak Rudi mengikutinya dari belakang.

Ia tak mau Rei nyetir sendiri, karena saat ini Ia sedang tidak fokus. Akhirnya mereka berangkat dengan mobil Pak Rudi dan supirnya.

Tiba disana, Rei langsung menemui Diana.

Padahal suasana masih ramai, semua tamu sedang menikmati acara dengan iringan musik dan suara merdu sang penyanyi.

"Diana...Saya mau bicara sama kamu."

Tiba-tiba Rei muncul.

"Kamu mau bicara apa?"

"Saya mau bicara berdua sama kamu sebentar aja."

"Oh... Maaf ya Rei...aku lagi ada acara dan banyak tamu juga nggak mungkin aku tinggalin, satu lagi kamu harus ijin sama suami aku kalau mau ketemu sama aku."

"Tapi ini penting Din."

"Ya sudah kamu bicara aja disini, supaya suami saya juga dengar."

"Kenapa Rei? Kamu mau bilang apa sama Diana? Mau bilang cinta? Kemarin-kemarin kamu kemana? Masih benci sama Diana? Atau masih sayang sama Clara? Saya tegaskan sama kamu, jangan ganggu istri saya."

Rei memandang sinis pada Danil karena merasa dikuliti.

"Sebenarnya hari ini saya ingin melamar dan mengajak kamu menikah Din...tapi ternyata..."

"Sudahlah Rei...kamu bisa cari perempuan yang lebih baik lagi dari aku, dan yang pasti yang kamu cintai bukan dibenci seperti aku."

Hati Rei hancur, badannya lemas. Hilang sudah semua impiannya. Mengapa Ia meninggalkan begitu saja perempuan baik secantik Diana. Tak ada yang tahu...karena Allah yang telah menakdirkan semua itu.

Rei pergi dengan segala penyesalan yang tak pernah Ia terima hingga akhir hayatnya. Bahkan Ia tak menikah lagi hingga di akhir masa hidupnya.

Sementara Danil dan Diana kini semakin sukses dalam berbagai hal.

Hingga akhir kisah ini, mereka dikaruniai dua anak laki-laki penerus keluarga Wijaya.

Mereka menetap di Bali, sedangkan Ayu dan Alex akhirnya berjodoh, bahkan Ayu pindah keyakinan menjadi mulim.

Kedekatan mereka berempat berlanjut hingga mereka mempunyai keluarga masing-masing.

Pak Rudi dan Bu Zara berhutang budi pada keluarga Arman seumur hidupnya.

Bu Sopia tinggal bersama Diana di Bali, bahkan usaha Diana Bakery makin maju setelah buka cabang baru di Bali.

Allah memang tak pernah menjanjikan langit akan selalu biru...karena awan hitam akan selalu ada mengiringi tiap langkah kaki di bumi.

Namun kita tak salah selalu berharap...karena nyatanya kerinduan akan langit biru kini benar-benar hadir diantara kita.

Demikian romansa cinta yang penuh intrik hingga banyak waktu tersita dan menguras airmata. Penulis mohon maaf karena durasi cerita yang terlalu panjang karena harus menyesuaikan kisah aslinya yang dipoles dengan sedikit ilusi untuk menambah keunikan cerita.

Terima kasih kepada seluruh pembaca setia "Rindu Langit Biru"

Mohon kritik dan saran demi perbaikan kualitas cerita dimasa yang akan datang.

Sampai jumpa di kisah lainnya...

Asahan, 18 September 2023