Aku lihat mama senyum- senyum sendiri sambil memandangi foto-foto kami di masa lalu, entah mengapa dia selalu saja membolak-balik album-album yang ada di rak pojok ruang tamu. Sedangkan aku lihat papa dari tadi sibuk dengan koleksi cincinnya yang bagus-bagus itu. Aku sedang mengadon kue sambil lirak-lirik melihati mereka. Anehnya mereka begitu asyik sehingga tak satupun yang memulai untuk saling bertegur sapa. Padahal jarak mereka tak berjauhan. Ternyata jika kita serius melakukan sesuatu bisa lupa bahwa kita sedang tidak sendirian di tempat kita berada. Sampai bisa membuat mereka lupa pentingnya waktu untuk bersama. Masing-masing dengan kebiasaannya sendiri saja.

Sementara aku terus saja menyiapkan kue yang kubuat. Mentari merambat semakin kencang, sorepun seperti tiba tak terasa. Harum kueku memenuhi ruangan rumah kami. Barulah mama meletakkan album fotonya dan menghampiriku, " Emmm.....dah lulus ini anak mama untuk jadi pastry chef, aromanya saja bisa mengundang mama untuk langsung nyobain kuenya." Aku senang kalau mama memuji kue buatanku. Tapi memang enak kok. Eh....ternyata papa juga sudah duduk di meja makan mau nyobain kueku. Dia senyam- senyum ke arahku.

Aku tidak heran melihat kebiasaan mama setiap pulang kerja minum air putih yang sudah kusiapkjan di meja makan, lalu menuju pojok ruang tamu, mengambil album dan membolak-baliknya. Begitu juga setiap pulang kerja papa juga minum air putih lalu langsung membuka koleksi cincinnya, dan aku selalu menyiapkan makanan untuk kami santap bersama . Ini indah bagiku, bisa membuatkan makanan untuk kedua orangtuaku, dan ini menyenangkan bagi mereka bisa menikmati kue atau makan buatan anaknya sendiri. di meja bundar ini kami selalu membicarakan banyak hal, tentang dunia...tentang kami. Tapi kini ini hanya tinggal kenangan, aku tak bisa menyiapkan kue untuk papa lagi. Papa... aku rindu padamu