Sri Fajar Ningsih

Sri Fajar Ningsih, penulis musiman dari SMP Negeri 43 Medan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Si Manisku

Si Manisku

Pagi-pagi sekali Icha sudah bangun, ia langsung mandi melawan dinginnya air. Padahal biasanya ia paling malas kalau disuruh mandi pagi. Aku pura-pura tak tahu saja dengan perubahannya ini. sambil bernyanyi-nyanyi kecil dia di kamar mandi. Ku ketuk pintu kamar mandi sambil memperingatinya, " Helllooooo......siapa yang di dalam. gak boleh lho mandi sambil nyanyi."

"Iya, Ma....!" , sahutnya tapi terus bernyanyi. aku hanya menggeleng-gelengkan kepala saja sambil terus menyiapkan sarapan pagi. kubuatkan ceplok telur yang simple dan sambal teri Medan yang memang disukai anakku untuk sarapan pagi.

" Mama....mana baju nariku? Cepetan dong, Ma! Nanti aku ketinggalan rombongan dari sekolah kalau kesiangan." Sejak semalam ia kelihatan riang sekali. matanya terus berbinar-binar. Kupakaikan bajunya dan ku make-upi dia, manis sekali putriku ini. Diapun senyam-senyum di depan cermin yang terpajang di kamarnya.

" Hello manisku, sudah siap ya? Papa yakin nanti kalian jadi pemenangnya." Suara papa kedengaran bersemangat di ruang tengah." Mana para bidadari surgaku ini, kok gak ada yang di meja makan, ayo sarapan...!" Semua penghuni rumah keluar dan mengambil tempat duduk masing-masing, tak terkecuali si Manis Pushie yang selalu ngekori si Manisku Icha. Dia hanya kucing kampung yang selalu makan ikan seperti apa yang kami makan juga. Sesekali kami juga membelikan pet food sebagai sebagai selingan makanannya. si Manis Pushei dan si Manis Icha selalu duduk berdampingan, sudah disediakan tempat makanannya. Tidak ada yang berbicara saat makan, itu ajaran nenek dulu ia sering bilang bahwa makan sambil bicara itu pantang katanya.

Perlahan tapi pasti di luar sana matahari terus beranjak dari peraduannya, mata hari sibuk membagi senyum dan mengucapkan selamat beraktivitas pada semua penduduk bumi, Icha pun bergegas menuju mobil papanya. Saat membuka pintu mobil, ada suara yang khas memanggil Icha. Suara Opung, tetangga yang setiap hari berkunjung ke rumahnya, " Hei si Manis ! mau nampil di mana lagi ni ya? Tambah manis saja opung lihat kau ya?" Ica nyengir terus menjumpai opung untuk salam pamit dan mohon do'a agar menang lagi dalam perlombaan tari kali ini. Setelah itu barulah dia menuju mobil papanya. Hampir kaget Icha ternyata si Manis Pushie sudah ada di dalam mobil papa duluan, ia buru-buru masuk saat Icha membuka mobil tadi. Meskipun bertahan mau ikut akhirnya si Pushie mau juga diturunkan.

"Pushie......Pushie.....Pushie......" mama memanggil Pushie agar masuk ke rumah, tapi Pushie duduk di depan garasi memandangi si Manisku berlalu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post