“Rani .. boleh aku pinjam uang untuk modal usaha. Aku rencana  mau usaha home industri’ .

“ Emang berapa yang kamu butuhkan?.” Jawabku. “Gak banyak, sekitar 15 juta. Nanti kalau usaha ku jalan boleh ya aku ansur untuk membayarnya.” Sahut Ida.

Ida.. teman dan sahabatku waktu SLTP dan SLTA, akhirnya ku pinjamkan uang ku. Kebetulan aku juga punya sedikit simpanan di bank yang dalam waktu dekat mungkin belum aku butuhkan. Dari pada uangku mengendap dibank alangkah baiknya kalau dipinjamkan sama orang yang membutuhkan. Itulah yang aku pikirkan.

Setelah usaha Ida berjalan, setiap bulan dia selalu mengangsur pinjamannya. Tak terasa sudah satu tahun, pinjaman Ida tinggal setengahnya. Aku pun bersyukur bisa menolong teman. Tahun kedua usahanya berjalan lancar. Dan angsuran pinjamannya pun di bayar dengan lancar. Memasuki pertengahan tahun kedua Ida mau pinjam uang lagi. Katanya ada teman yang mau jual mobilnya dengan harga murah. Sayang kalau tidak diambil. Dan sekali lagi aku pinjamkan uangku, dengan pertimbangan, toh uangku  masih ngendap di bank. Dan membahagiakan teman adalah sesuatu yang insyaallah mendatangkan pahala.

 Bulan demi bulan berlalu, usaha Ida makin  berkembang dari satu bidang usaha bertambah menjadi beberapa bidang usaha. Bahkan dia bisa menukar mobilnya dengan mobil yang lebih baru. Dengan angsuran pinjamnya lancar dibayar. Bahkan sudah beberapa kali dia mengulang pinjamannya. Dan juga membuka usaha untuk orang tuanya.

Alhamadulillah orang tuanya pun bisa membeli mobil karena usahanya terus berkembang.

Bulan Juni tahun yang keempat, ansuran pinjamannya mulai macet dengan alasannya usahanya menurun. Sampai akhir tahun dia tidak bisa membayar pinjamnnya. Aku terus berusaha memintanya. Bukankan kewajiban orang meminjamkan uang adalah mengingatkan saudaranya untuk membayar hutangnya. Karena tahun  depan aku perkirakan uang itu sudah mulai aku gunakan untuk pendidikan anak anakku.

Benar saja sudah satu tahun berlalu dia cuek dengan pinjamannya kepadaku. Aku terus mengingatkannnya untuk mengansur pinjamannya. Susah payah aku menyakinkan kalau uang itu sangat aku butuhkan tahun ini.

Bahkan aku sarankan untuk menggadaikan mobilnya yang ada dirumah. Tapi dia berkilah kalau BPKB mobilnya itu dipakai adiknya untuk minjam di salah satu bank dikotaku. Ketika aku Tanya, “trus bagaimana dengan pinjamannya?”. Dia kembali memelas, dan menyuruh ku untuk sabar. Sampai kapan aku harus sabar. Sementara dia bisa mengambil motor dengan cara kredit.

Whaaat….pinjamannya gak bisa dia bayar sementara motornya diambil kredit. Emosiku agak sedikti memuncak. Dengan cara halus dan kasar aku coba untuk meminta hutangnya . tetap saja dia bilang belum bisa bayar.

next..