KERE MUNGGAH BALE
Bismillahirrahmanirrahim
////
Pardi yang dikenal “anak kere” di kampung halamannya sendiri, benar-benar hanya bermodal dengkul dan doa restu kedua orangtua. Berangkat dari tekat yang membara akibat tertolak cintanya membuat semangat juang hidup Pardi berkobar-kobar. Orangtua Sang Pacar menolak mentah-mentah kehadirannya karena dianggap tidak sebanding “kasta”. Masa-masa suram di akhir SMA mampu dilaluinya dengan gemilang hingga mengantarkannya sukses masuk sebuah perguruan tinggi kedinasan. Lulus dari perguruan tinggi, menjadi Pegawai Negeri Sipil dijalani Pardi dengan dedikasi tinggi dan kedisiplinan yang patut diteladani. Segala praktek baik dari kinerjanya menjadi tauladan bagi teman-teman di lingkungan kerjanya. Pelan tapi pasti karir Pardi terus meningkat karena prestasi dan kejujurannya. Hingga di usianya yang belum genap 40 tahun Pardi sudah mendapatkan promosi jabatan sebagai Kepala Kelurahan, Pak Lurah di kampung seberang.
Lain cerita dengan Pak Karman, tetangga kampung seberang asal kelahiran Pardi. Kelakuan menantu kesayangannya yang hobi mabuk-mabukan, dan mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar sudah seringkali mendapat teguran warga. Puncaknya ketika tadi malam menantunya merusak kaca jendela rumah tetangga dengan melempari botol minuman keras. Tetangga yang tidak terima mengajukan perkara tersebut ke Pak RT dan Pak RW, hingga sampai di meja Pak Lurah. Berkat mediasi yang bijak dari Pak Lurah, warga pun mengampuni kesalahan menantu Pak Karman. Tentunya maaf diberikan dengan sanksi mengganti semua kerusakan yang telah ditimbulkan, serta membuat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatan buruknya. Pak Karman bernafas lega. Syarat itu kecil bagi Pak Karman yang mandor beras.
Pada sisi lain Pak Karman benar-benar merasa kagum dan bangga dengan Pak Lurah barunya. Disalaminya erat-erat laki-laki gagah dan bijaksana yang telah dengan santun memediasi perkara menantunya tersebut. Mendadak pak Karman merasa lemas, seperti disambar petir di siang bolong, ketika Pak Lurah berbisik lirih ditelinganya menanyakan kabar Elok. Pak Karman baru menyadari bahwa dialah Pardi, pemuda SMA kurus dekil yang dulu ditolaknya mentah-mentah saat meminta izin memacari Elok putri tunggalnya, karena dianggap “kere” yang mau “munggah bale”. Ternyata “Sang Kere” dari desa seberang itu telah menjelma sebagai lurah baru di kampung Pak Karman, bahkan telah menjadi dewa penolong keluarganya. Pak Karman hampir tidak sanggup mengangkat kepala, apalagi melangkahkan kaki untuk keluar dari ruangan Pak Lurah.
Tamat.
////
Rabu’ 07 Oktober 2020 # TaGur ke-99
Sumber gambar: **(censored)**
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Wah twistnya bagus Bu ... pentigraf yang mantap Salam sukses selalu
Terimakasih Pak. Salam literasi
tulisannya kisah nyata ya bu, salam literasi
He..he..he.., bisa jadi Bun.. salam literasi
Terimakasih kunjungan nya Bun
Siip pentigrafnya,Bu. Salam sukses
Alhamdulillah terima kasih kunjungannya Bun. Salam literasi