Aku Bisa Sendiri, Mama……

Andina adalah seorang gadis remaja kelas VII sebuah SMP favorit. Ia anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya Tiara duduk di kelas IV SD. Postur badan mereka sama besar. Tak heran bila orang menyangka keduanya adalah saudara kembar.

Setelah berkomunikasi barulah nampak perbedaannya. Tiara ceria, ramah, rajin, penyabar dan penyayang. Sedangkan Dina, panggilan akrab Andina merupakan anak yang tertutup, jutek, suka mengeluh, meledak-ledak, pemalas serta banyak alasan.

Pagi itu kembali mama Dina dibuat repot. Jam sudah menunjukkan pukul 06.50. Papa Dina sudah siap mengantar dua putri cantiknya ke sekolah. Namun Dina belum juga keluar dari kamar mandi. “ Jangan-jangan kambuh lagi penyakit ni anak, “ pikir si mama.

Bergegas mama menuju kamar mandi. Sambil mengetok pintu kamar mandi. “ Din….Dina, cepat nak itu papa sudah siap.” Tak ada balasan suara, hening. Mama curiga, mungkinkah Dina sudah di kamar.

Ternyata benar. Dengan baju sekolah lengkap, Dina duduk di pojok tempat tidur plus wajah murung.

Perasaan mama tak enak. “ Kenapa kamu nak, sakit?” Dina hanya mengangguk tanpa suara, air matanya mulai menetes.

Mama berjalan ke halaman memberi tahu papa kalau Andina sakit dan tidak mau pergi sekolah.

“Pa….anakmu kumat, izinkan ke wali kelasnya ya.” Si papa sudah paham lagu putri sulungnya. Kalau sudah kambuh pasti tidakmau sekolah.

Hiiiii kak Dina selalu banyak alasan agar bisa tidak sekolah.” Sudah besar masih kayak anak bayi, “ Tiara terus menggerutu.”

Tingkah Dina memang aneh. Setiap keinginannya belum tepenuhi selalu ada aksi mogok sekolah.

Mama melepas Tiara berangkat sekolah dengan perasaan sedih. Serasa enggan masuk rumah. Iba hati mama melihat sikap Dina yang tak juga kunjung berubah.

***bersambung***

Kota Arang, 26 Februari 2020