Mendengar kata menulis bagi seorang guru, mungkin badannya sudah alergi duluan. Jangankan untuk menulis buku, mengoreksi pekerjaan atau ulangan anak-anak saja keteteran. Ditambah tugas tambahan sekolah yang semakin bejibun dan tidak kenal waktu. Apalagi bagi sekolah setingkat SMP N 1 Sukoharjo yang notabene menjadi andalan di tingkat kabupaten.

Teori menulis buku banyak di toko toko buku, tapi untuk memahami da mempraktikkannya tidak semudah membaca deretan huruf-huruf di dalamnya. Sebenarnya salah juga sih kalo beralasan tugas sekolah menghalangi seorang guru untuk menulis buku. Yang jelas, selama ini aku belum pernah mengikuti sebuah pelatihan tentang bagaimana menulis buku, khususnya buku popular. Cerita dalam otak sudah banyak dan tinggal menunggu selang ilmu agar segera memerintah jari-jari di tangan untuk menuangkannya dalam cerita. Tapi selang tersebut segera tersumbat oleh pekerjaan rumah tangga yang siap menunggu saat kaki tiba di rumah. Apakah aku harus mempunyai seorang asisten rumah tangga agar bias menulis? Wahhh … ini alasan yang terlalu dilebih lebihkan.

Kekuatan diri untuk memulai masih terlalu jauh untuk dipanggil mendekat. Apa aku bias menulis? Bagaimana cara memulainya dan mengakhirinya? Biasanya mengetik sampai di kerongkongan langsung berhenti. Stuck. Tidak bias melanjutkan atau si ide tadi sudah pergi ngelayap entah kemana. Apa harus aku pergi ke gunung atau pantai agar bias berkonsentrasi menulis? Hingar bingar disekelilingku ternyata belum mampu aku singkirkan untuk memanggil si focus. Berarti aku harus cari buku tentang si focus deh. Atau aku harus mencari pemandu bahasa untuk memulai bukuku. Bahasaku masih seenak hati saat menuangkan tulisan. Kalau ada komentar, guru kok bahasanya seperti itu sih? Yaahhh …. Gagal dong. Dan finalnya adalah apa tulisanku sudah layak untuk dikonsumsi? Siapa yang akan menjadi proof readerku agar bias merekomendasi aku bias menjadi seorang penulis. Semua alasan diatas akan aku usahakan untuk kusimpan di freezerku agar tidak menulari kebekuan dan kebuntuanku untuk menulis.

Sri Puji Rahayuningsih

SAGUSABU Sukoharjo 2017