Sri Purnama Dewi

Sri Purnama Dewi, guru Bahasa Inggris di SMA Negeri 1 Semarang, lahir di kota yang sama tanggal 14 Januari 1968. Kegemarannya menulis telah menelorkan satu buku...

Selengkapnya
Navigasi Web
Alah Bisa karena Biasa ( The power of Kepekso)

Alah Bisa karena Biasa ( The power of Kepekso)

#Tantangan 90

Oleh Sri Purnama Dewi

Menulis artikel dengan banyak pilihan atau kategori? Itu gampang!. Menulis artikel setiap hari tanpa absen selama tiga puluh hari? itu kecil. Bahkan untuk enam puluh hari tanpa jeda, siapa takut?.

Namun begitu tantangan berlajut ke sembilan puluh hari, gerakan jari mulai melambat, brebet-brebet persis seperti laju sepeda motor tua keluaran tahun 60 an. Isi kepala bagai Danau Limboto di Gorontalo, kering kerontang terkapar karena kemarau panjang.

Tantangan tahap tiga atau menuju tantangan 90 hari hanya mampu dijalani oleh para pemilik jiwa ksatria, jiwa yang tangguh dan pantang menyerah. Perjalanan yang benar-benar menguras energi, pikiran, uang dan cinta.

Persediaan tema tulisan yang kian menipis membutuhkan perenungan berjam-jam. Seringkali ide baru muncul di menit-menit terakhir. Tak jarang artikel ditulis dengan jantung yang berdentum keras karena mata terus menghitung menit.

Butuh empati yang besar dari seluruh anggota keluarga. Pada saat musim “paceklik” tiba, dimana lumbung-lumbung gagasan kosong, abang gofood bakal ambil alih tugas menyediakan sarapan, makan siang sekaligus makan malam. Liburnya aktivitas dapur berarti perlunya pengeluaran ekstra. Setiap anggota keluarga berhak menyuarakan gagasan tentang makanan favorit masing masing. Apa boleh buat, tahi kambing bulat bulat. Sang penulis butuh menyepi dan menyendiri untuk mendapatkan ilham.

Lalu apa sih untungnya berdarah-darah begitu? Pesan indah Pramoedya Ananta Toer berikut dapat menjadi motivasi untuk terus menulis, “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

Menghasilkan karya yang cantik dan menarik butuh tempat untuk berlatih. Menghasilkan buku yang best seller perlu ditopang oleh “guru-guru” yang handal. Guru yang memiliki pesona untuk memaksa. Memaksa untuk tepat waktu tidak melanggar deadline. Memaksa untuk menghasilkan tulisan tanpa perduli komen dan like.

Masa -masa kritis adalah sepuluh hari pertama menuju hari ke sembilan puluh. Di masa- masa yang rentan terpeleset ini, kategori puisi dan pantun menjadi penyelamat. Pelan-pelan keterpaksaan ini akan menjadi sebuah kebiasaan. Terbiasa untuk menuangkan segala hal dalam bentuk tulisan atau buku hingga dapat mengispirasi orang lain.

Pesan indah dari KH Wahid Hasyim berikut ini dapat menjadi pijakan kita untuk terus berkarya “ Membaca sejarah itu penting tapi membuat sejarah itu lebih penting” . Setelah melewati tantangan 90 hari , mari kita bangun mimpi penjadi penulis yang menghasilkan banyak buku. Buku-buku yang terus dicari dan dibaca meski kelak kita sudah tiada. Salam Literasi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren bunda

11 Jun
Balas

Terima kiss bunda Irfa

11 Jun

Terima kiss bunda Irfa

11 Jun

Luar biasa perjuangannya... Sama2 kita berkata "SEMANGAT"....

11 Jun
Balas

Teman seperjuangan ya bun..sukses selalu buat bunda

11 Jun

Luar biasa, semangat selalu bunda

11 Jun
Balas

Terima kasih bunda telah berken mampier ... salam literasi

11 Jun



search

New Post