SRI RAHAYU, S.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
PEREMPUAN TAK BERMAZHAB 1985- babak 02
srirahayu121706.gurusiana.id

PEREMPUAN TAK BERMAZHAB 1985- babak 02

Amaya pulang kerumah pukul 04.00 dini hari, bibi Inah yang membukakan gerbang untuknya setiap kali Amaya pulang kerumah.

"mbak May.... bibi sholat dulu ya, tadi malam bapak telpon pulangnya diundur minggu depan," kata bibi Inah sambil meninggalkan Amaya yang langsung masuk kamar tidur.

Amaya menatap langit-langit kamarnya, tidak ada apa apa disana, tapi dia melihat layar lebar seperti sebuah film berjalan. terlihat disana sepasang suami istri dengan seorang anak perempuan kecil yang cantik, Amaya menyaksikan kebahagiaan mereka, kehadiaran buah hati pasangan itu menambah kemesraan mereka berdua.

Semakin lama, kehidupan mereka semakin berubah, pekerjaan mereka lebih penting dari pada kehadiaran putri cantik mereka, Amaya mendesah perlahan, masih ingat dalam benaknya saat dia menangis karena jatuh, papa nya asyik menerima telepon dari koleganya, dan mamanya berteriak minta bibik Inah untuk menggendong Amaya.

Amaya bahkan sering lupa kalau dia punya mama dan papa yang masih ada, hidup Amaya tidak pernah merasakan hangatnya pelukan mama, dan Amaya tidak pernah merasakan indahnya kebersamaan dengan papanya. Amaya bak anak elang yang terbang tanpa arah tujuan, walaupun dirinya bergelimang harta dan kekayaan namun hidupnya belum merasakan bahagia. karena lelah dengan alam pikirnya Amaya tertidur dengan pulas saat orang-orang mulai beraktivitas.

Jauh dari kota Semarang, di sebuah pesantren yang megah dan luas, nampak beberapa santri laki-laki keluar masuk di rumah ndalem. Mereka bertugas untuk membersihkan rumah ndalem abah kyai.

Diujung bangunan terdapat gazebo untuk bersantai keluarga ndalem, duduk seorang pemuda tampan dengan sarung dan kopyah putihnya, serta sorban yang menghiasai lehernya. dia adalah Gus Sulaiman putra kedua dari abah kyai Abdullah yang baru lulus dari universitas terkenal di Kairo. Gus Sulaiman terdidik dengan pendidikan pesantren yang santun, taat, dan disiplin dari kecil.

"Gus Sulaiman....dipanggil abah kyai, kata santri laki-laki itu. Gus Sulaiman berjalan mengikuti santriwan itu menuju rumah ndalem, ada rasa was-was dalam benaknya, ada apakah yang akan abah katakan? Gus Sulaiman bemonolog.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Cerita keren, lanjut bunda. sehar dan sukses selalu

25 Jun
Balas

Alhamdulillaah, bisa masuk, sehat dan sukses bu

11 May
Balas

Cerita yang menarik bunda

24 Jun
Balas

Keren crt nya. Lanjuut bunda

15 May
Balas

Keren ceritanya. Lanjut Bun. Semoga sehat dan bahagia selalu.

12 May
Balas



search

New Post