Sri Rahmiyati

aku hanyalah seorang pembelajar..... ingin banyak tahu, dan banyak mau agar terbuka pemahamanku ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pasar Pagi Ini

Pasar Pagi Ini

Biasanya tak banyak orang berlalu lalang dan pasar tak seramai pagi ini.

Pasar tradisional Kembangsari tepat di belakang rumahku merupakan pasar desa yang ramainya pagi-pagi saja. Pembeli dan penjual hanya orang-orang di sekitar dusun. Paling jauh dari kecamatan Patuk yang letaknya di atas gunung sebelah timur desa Srimartani.

Semua dagangan mulai dari sayuran, daging, tahu, tempe, ikan, ayam, telur, sembako, peralatan rumah tangga, baju dan barang-barang pendukung dunia dapur tersedia. Baju-baju yang dijual pun cukuplah untuk menunjang penampilan ibu-ibu di desa, apalagi di tengah pasar ada penjahit baju juga. Peralatan elektronik semisal magic jar, dispenser juga tersedia.

Setengah lengkap untuk memenuhi selera yang tinggi, tapi cukup lengkap untuk memenuhi kebutuhanku dan para tetanggaku. Kalau sekedar menginginkan bahan untuk sup jagung berisi sosis, sosisnya tidak terlalu sulit dicari. Mungkin yang sulit hanyalah sejenis bumbu-bumbu untuk masakan Eropa seperti daun mint, oregano, daun bay, tarragon atau thyme dan lain-lain yang tidak ada. Selebihnya tersedia sesuai yang kami butuhkan

Yang menarik dari pasar belakang rumahku, antara penjual dan pembeli saling kenal, karena kami bertetangga. Kadang setelah bertransaksi diakhiri dengan saling memaafkan atau saling mendoakan. Sudah jamak juga buatku jika di pasar agak lama, karena waktu untuk ngobrol lebih lama daripada belanjanya.

Banyak penjual yang hafal siapa anak-anakku, dan saya hafal dengan keluarga mereka. Meski saya bukan penduduk asli.

Menjelang hari raya yang tinggal beberapa jam lagi, pengunjung pasar tumplek blek seolah semua keluar dari rumah. Bersilaturahmi dan bertransaksi.

Tiba-tiba perasaanku mengharu biru di tengah keramaian.

Ketidaknyamanku bukan karena lalu lalang orang-orang tersebut. Pagi ini aku merasakan ada yang berubah. Hiruk pikuk pasar yang biasanya ditimbulkan oleh suara orang bertransaksi atau ngobrol, pagi ini diramaikan suara klakson motor dan mobil yang membuat telinga berdenging.

Beberapa pembeli memilih untuk tidak memarkir kendaraannya. Bertransaksi di atas motor atau di dalam mobil sambil teriak-teriak pada penjual.

Akibat banyak motor dan mobil yang berhenti sembarang tempat, pasar desa yang kecil itu menjadi macet. Agak geram melihatnya.

Apa salahnya memarkir kendaraan sebentar, lalu turun dan proses jual beli dengan berhadap-hadapan penjual pembeli.

Ada lagi yang membuat jengah. Selama ini pembeli di pasar adalah ibu-ibu yang berpakaian rapi menutup aurat, ada yang berkerudung atau pun tidak. Namun pagi ini sempat kulihat beberapa pembeli berkostum pantai, celana pendek atau daster kumal nan bau. Aduh. Bahkan ada yang mungkin lupa, begitu bangun tidur langsung ke pasar tanpa melengkapi pakaian dalam dan luarnya. Astaghfirullah.

Tak rela hati ini melihat itu semua.

Siapa mereka ? Apa tujuannya dengan bersikap seenaknya sendiri ?

Di pasar ini, saling menghargai menjadi kunci utama. Mengantri dan berkomukasi santun tampak terpampang nyata.

Memahami kepentingan dan kesibukan orang lain juga sudah membudaya. Menerima kedatangan orang asing juga dilandasi oleh rasa permakluman yang luar biasa, karena bertransaksi tidak boleh dihalangi oleh sekat perbedaan.

Sikap seenaknya sendiri itulah seringkali merusak tatanan masyarakat yang sudah rapi. Sebagai pendatang seharusnya belajar bagaimana menghormati tuan rumah.

Secara langsung aku tak berani menegur, hanya bisa berharap dan berdoa semoga suatu saat nanti mereka sadar bahwa kehidupan bermasyarakat yang nyaman adalah saat kita bisa membaur untuk saling menghargai, menunjukkan sikap rendah hati, menghormati budaya lingkungan dan menghormati perbedaan.

Piyungan, 24 Juni 2017.

Gambar dari : http://pemudatataruang.org/index.php/publikasi/artikel/152-pasar-tradisional-akhir-akhir-ini

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hampir sama dengan kondisi t empat tinggal saya bu,. Sepekan terakhir ini malah saya tidak berani pergi ke pasar, tidak tahan dengan pasar yg sangat berdesakan, takut ada copet!

27 Jun
Balas

Saat itu saya tertegun & terheran2 mlht pendatang yg seenaknya sendiri, utk keamanan msh lumayan terjaga bu.

28 Jun

Kangen suasana yang saling menghargai seperti pasar yang bu Sri gambarkan.

26 Jun
Balas

Butuh kesadaran dan kesabaran bersama sama. Terima kasih pak Yudha

27 Jun

Subhanallah...keren

27 Jun
Balas

terima kasih bu Umul,

30 Jun



search

New Post