WARTEL DAN THIWUL
“Nak…peristiwa masa kecil apa yang masih kamu ingat?” tanyaku pada Bram anak sulungku. Bram kini sudah kuliah di PKNStan semester empat. Alhamdulillah dia anak yang pintar, santun, patuh pada orang tua dan Insyaallah sholeh.
“Yang aku ingat saat ibuk nyanyi tentang jendela dan mentari, di kamar depan” jawab Bram.
Dari balik jendela di kamarku
Menyelinap seberkas cahaya
Hingga ku terjaga segera
Dari tidurku malam itu
Dan mimpiku yang mesra
Ketika daku membuka jendela
Sinar mentari menyambut pagi
Burung-burungpun memberikan salam
Dalam kesejukan dan indahnya pagi
Seandainya suasana pagi ini
Kan sepanjang hari, betapa bahagia
Lagu Tika Bisono itu kerap kunyanyikan saat pagi, membangunkan Bram. Gorden biru aku buka, jendela kaca meneruskan kehangatan sinar mentari hingga masuk kamar. Segar dan sejuknya udara pagi , menjadi penyemangat pembuka hari.
“Ayo sayang…bangun nak…” kalimat rutin itu selalu aku gunakan untuk merayu dia supaya bangun pagi.
Ada kisah lucu saat Bram duduk di kelas satu MI. Seusai ulangan semesteran, aku lihat hasil pekerjaan yang dibagikan. Salah satunya mata pelajaran Bahasa Jawa. Ada dua nomor yang dia mengerjakannya keliru. Pertanyaannya begini…
Nek tuku panganan ono ing…(kalau beli makanan di …)
Pertanyaan itu dijawab Bram Wartel.
Pertanyaan berikutnya…
Jajan thiwul digawe soko…(Kue thiwul di buat dari …)
Bram menjawab beras.
Terang saja saat itu aku tertawa. Dia diam saja. Karena belum paham dengan kekeliruannya. Menurutnya itulah jawaban yang paling tepat.
“ Maafkan ibuk ya nak, ibuk belum mengenalkanmu dengan warung dan thiwul.
Lha..coba terangkan ke ibuk, kenapa kamu jawab wartel untuk pertanyaan pertama! pintaku pada Bram.
“ Kalau aku habis ngaji, kepingin beli jajan kan ke wartel dekat masjid ,buk..” Bram menjelaskan.
Wartel di Timurnya masjid, memang strategis. Wartel tersebut menyediakan berbagai jenis makanan, minuman, dan alat tulis sekolah hingga mainan anak-anak.
“Terus..untuk pertanyaan yang kedua, kenapa kamu jawab beras?”tanyaku kembali.
“Ya buk, aku nggak pernah tahu thiwul, nggak paham…tapi aku berusaha menjawab” jawabnya.
“ohya nak..maafkan ibuk, belum pernah mengenalkan kamu dengan makanan thiwul”. Permintaan maafku kepada Bram.
Perasaan bersalah kurasakan saat itu. Aku memang jarang mengajaknya beli makanan ke warung, dan wartellah yang setiap hari dia kenal. Hampir setiap hari dia beli jajanan atau mainan di sela waktu ngajinya di.TPA Al Hidayah .yang bertempat di masjid. TPA itulah yang mengantarkan dia sekarang menjadi anak yang berakhlak baik.
Kepolosan menjawab pertanyaan, apa adanya sesuai pemahaman, menanamkan kejujuran, menunjukkan Bram memiliki integritas. Dengan kemandirian, sikap dan perilaku tidak bergantung pada temannya.
Thiwul, jajanan khas jawa yang terbuat dari gaplek (singkong yang dijemur hingga kering). Gaplek dibuat tepung kasar, dikukus, lalu dalamnya diberi gula merah, dan taburan kelapa parut. Penduduk Wonosobo, Gunung Kidul, Pacitan dan Blitar dulu dikenal mengkonsumsi jenis makanan pengganti beras ini.untuk menjadi makanan sehari-hari. Memang Bram sebelumnya belum pernah makan yang namanya thiwul. Melihatpun belum pernah. Sejak saat itu aku berusaha mengenalkan berbagai jajanan dan makanan khas Jawa.
Dua bulan lagi…di pertengahan Juni 2017 nanti, Bram akan pulang. Pasti dia sudah kangen dengan nasi goreng buatan bapaknya. Walaupun suka daging sapi goreng dan bakso buatanku, Bram pasti juga kangen sayur asem lauk layur goreng dan sambel goreng teri.
Semoga semua upaya yang aku lakukan untuk Bram, mampu menumbuhkan rasa cinta dan apresiasi terhadap budaya bangsa. Menjaga kekayaan budaya bangsa yang menjadi bagian dari nilai nasionalisme.
Handphoneku bergetar, kulihat ada kiriman chat pada wathapp.
“Buk, aku mohon maaf ya…atas semua kesalahan yang pernah aku lakukan.
Terlalu banyak buk, sebelum terlambat.
Ya Allah, izinkan hambamu ini membahagiakan orang tua hamba hingga waktu yang telah Engkau tetapkan.
Jangan Engkau tutup pintu surgaMu dari jalan ini pada waktu yang tepat ya Allah”
Kalimat Bram membuatku terharu.
“ Ya nak…ibuk maafkan semua kesalahan dan kekhilafan.
Maafkan ibuk juga dengan segala keterbatasan dan kekurangan.
Ibuk pasti juga punya salah.
Ingat pesan ibuk ya nak, ada tiga ucapan penting dalam kehidupan . Yaitu, “maaf, tolong dan terimakasih”.
Aku sangat bersyukur , anak sulungku yang merupakan amanah dari Allah SWT kini sudah beranjak dewasa.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Asyeeeek, tulisan hebat! Mengingatkanku saat di ketintang.. Mau nasi thiwulnya Bu! Moga Bram jadi anak yg berbakti dan Soleh....
Aamiin yaa robbal aalamiin...Mbak Mimin, suwun ya...Semoga ada kesempatan di ketintang bersama
Subhanallah.. smg Bram istiqamah dlm kesholehannya...Aamiin, bahagianya Bu Restuu...
Subhanallah.. smg Bram istiqamah dlm kesholehannya...Aamiin, bahagianya Bu Restuu...
Aamiin...makasih bu citra...
great post heaven of teh
great post heaven of teh