Sabtu, 4 Desember 2021 begitu tersentuh dan merinding, hati turut merintih menyaksikan berita Semeru meletus. Berbagai tayangan video di medsos maupun televisi seakan ikut merasakan kepanikan dan kecemasan yang dirasakan saudara kita. Gunung Semeru yang menurut ulasan berbagai media jam 2 siang sudah berselimut asap lahar panas mengepul. Semua warga di kawasan Lumajang sekitarnya sudah mulai evakuasi diri, ditindak lanjuti dengan bantuan pemerintah setempat. Satu kalimat yang di pikiran pastilah, satu musibah pandemi covid 19 saja belum usai, sudah ada musibah alam lagi melanda. Kondisi Semeru memang salah satu dari banyak gunung berapi aktif di Indonesia. Menurut pengawasan pemerintah pun sudah bisa diprediksi suatu saat akan mengeluarkan lahar dan semburan asap berapinya.

Fenomena alam ini sebagai musibah, tentulah Sang Pencipta dunia pasti ada rahasia dan makna yang di balik itu semua. Segi positifnya saja, musibah tidak hanya cukup diratapi namun berusaha menyelamatkan diri dengan menyandarkan kepada haribaan Allah. Kalau Allah sudah mengatakan KUN FAYAKUN pastilah itu terjadi. Hikmah lainnya muhasabah diri untuk lebih mendekatkan diri dengan Allah. Membangun rasa simpati dan empati untuk saudara kita. Musibah melanda sebagai pengingat, bahwa tiada satupun yang bisa mengelak dengan takdir. Tugas kita sebagai insan beragama meningkatkan ibadah kita baik dengan Sang Pencipta atau dengan ibadah sosial kepada sesama kita. Jalan beribadah banyak sekali, di saat seperti inilah menggugah kita untuk berempati dengan derita saudara kita yang tertimpa. Seraya menyandarkan hidup dan berharap semua akan kembali diselamatkan. baik yang kehilangan harta benda dan korban jiwa . Doa yang terbaik kita berkeyakinan selalu di kabulkan Allah. Semeru yang berduka, yang membawa rasa kepedihan saudara kita, semoga cepat berangsur membaik. Sehingga dapat beraktifitas kembali menjalani kehidupan untuk keluarga.

Penulis : Sri Sugiyati, S. Pd.

Magetan, 5 Desember 2021