Sri Sundari Catur Utami

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
My Advanture  to  Mount Merbabu

My Advanture to Mount Merbabu

Ketika duduk di semester tujuh, teman sekelasku mengajak mendaki ke gunung Merbabu. “Pukul 15.30 sore ini ya kita kumpul di kampus. Kita berangkat bareng. Besok agak siang kita pulang,” katanya. “ Haa ? Dadakan amat,” kata karibku. Sobat karibku mengajakku untuk ikut. Terselip rasa senang, penasaran, sekaligus khawatir tidak diijinkan ortu. Beberapa mata kuliah kosong hari itu. Sepakat kami semua pulang secepatnya. Karibku yang penasaran juga mengantarkanku pulang. Dia minta ijin ke orang tuaku. Tak disangka orang tuaku mengijinkan. Secepat kilat saya berkemas. Kami langsung menuju rumah karibku. Dia diijinkan juga oleh orang tuanya.

Sekitar pukul 15.30 kami tiba di kampus. Kami berangkat setelah sholat Ashar dan semua sudah kumpul. Kami naik bis sampai di terminal Selo, Boyolali. Kami mendaki lewat jalur itu. Kata mereka mendaki lebih dekat lewat sini dan aman. Mendaki di malam hari lebih enak karena tidak panas dan tidak melihat jurang. Karena bukan anak PA dan dadakan kami hanya membawa ganti baju saja. Untungnya anak – anak PA membawa peralatan lengkap. Persaudaraan mereka sangat erat, saling membantu. Cap negatif yang kami dengar selama ini ternyata tidak ada. Tanaman bawang merah, sawi, cabe, dan sayur mayor lainnya tumbuh subur. Magrib kami sampai di basecamp.

Selepas Isya’ kami mulai pendakian. Hanya cahaya bulan dan senter para pendaki yang menerangi jalan. Kami mendaki penuh kehati-hatian dan kewaspadaan Indah sekali lampu – lampu perkampungan penduduk yang tadi sore kami lewati. Tiba – tiba …. Sreeett. Saya terpeleset. Spontan saya berteriak minta tolong. Senior dibelakangku segera menarik tanganku sehingga tidak sampai terjatuh ke jurang. Beberapa senter mengarah padaku. Gemetar, takut luar biasa. Segera kami beristirahat sebentar dan minum. Kami segera bergegas setelah kondisiku stabil. Pukul 23.40 kami sampai di lembah kedua sebelum puncak Merbabu. Kami berdua tidak sanggup lagi mendaki. Akhirnya kami semua menghabiskan malam di lembah itu. Kebetulan malam tahun baru. Tidak ada kembang api. Tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit. Berjuta harapan menikmati eloknya sunset berlalu begitu saja. Kami berdua bangun kesiangan gegara lelah, letih, penat, dan rasa kantuk yang luar biasa. Subhanallah. Rasa takjub kala melihat gunung merapi menjulang kokoh di depanku. Allahu Akbar. Begitu nyata keagungan-Mu. Sungguh saya merasa sangat kecil. Jarak kami dengan Merapi begitu dekat sehingga saya bisa melihat pendaki di gunung merapi. Bunga edelweis pun nyata kami sentuh karena tidak boleh dipetik. Sungguh petualangan yang tak kan pernah terlupakan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Petualangan yang seru ya, Bu. Bersahabat dengan alam. Dulu sewaktu kuliah juga saya sering naik gunung. Kalau sekarang rasanya harus naek gojeg hehe...

13 Jun
Balas

Pengalaman yg menyenangkan Bu

14 Jun
Balas

Gapapa kali Bu pake gojek he..he..

13 Jun
Balas



search

New Post