Sri Utami

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

TEROPONG PEMBELAJARAN EKONOMI DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Revolusi Industri 4.0 pada Kerangka Kurikulum Pendidikan Indonesia

Dunia memasuki era baru, era penuh tantangan dan penuh dinamika. Era baru tersebut bernama revolusi industri 4.0. Secara periodik, revolusi industri 4.0 mulai berkembang sekitar tahun 2010-an dengan ditandai oleh rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai lokomotif pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin (Shwab, 2016). Singkatnya, revolusi industri 4.0 merupakan puncak peradaban baru manusia saat ini.

Revolusi Industri 4.0 telah mengubah seluruh aspek kehidupan manusia tidak hanya di bidang teknologi, melainkan juga di bidang pendidikan, sosial, budaya maupun ekonomi. Tentu hal ini juga telah mengubah paradigma berpikir manusia jauh lebih praktis dan progresif. Sebab, pada era ini hampir semua aktivitas manusia mengalami disrupsi (Prasetyo & Trisyanti, 2018).

Perubahan di bidang ekonomi jelas terlihat bagaimana aktivitas jual beli tidak lagi terjadi secara langsung (penjual dan pembeli bertemu), melainkan terjadi melalui ruang maya seperti aktivitas jual beli di toko online. Selain itu juga, terdapat perubahan motede transaksi dan pembayaran keuangan yang lebih sederhana dan praktis. Transaksi keuangan tidak harus di bank, namun juga bisa dilakukan melalui platform aplikasi jasa keuangan yang bisa di download dari hand phone.

Berkat kemajuan teknologi sebagai ciri dari revolusi industri 4.0 tersebut, secara nyata telah mereduksi ruang gerak dan interaksi secara fisik. Bukan hanya itu, secara praktis telah memberikan banyak kemudahan bagi manusia terutama telah menghemat waktu dan tenaga. Namun, menghadapi era revolusi industri 4.0 tidak semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang perlu dipersiapkan agar generasi muda Indonesia mampu berkompetisi ditengah tantangan yang semakin kompleks.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berupaya merespon tantangan era revolusi industri 4.0 tesebut. Tuntutan atas perubahan kompetensi, sebagaimana yang dihadapi di era revolusi industri 4.0, maka Kemendikbudristek menerapkan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka (Nugraha, 2022). Kurikulum merdeka diharapkan dapat diterapkan secara maksimal di setiap satuan pendidikan dengan bijak dan dapat dipertanggungjawabkan.

Keberhasilan kurikulum merdeka di era revolusi industri 4.0 sangat bergantung pada peran guru di masing-masing satuan pendidikan. Secara konseptual, guru harus memahami setiap tantangan di revolusi industri 4.0, aspek-aspek kurikulum merdeka serta penerapannya dalam bidang studi yang diampu. Ketiga aspek tersebut secara praktis akan mempengaruhi guru dalam memilih metode pembelajaran, model pembelajaran, serta media pembelajaran yang relevan sesuai dengan kebutuhan.

Kongkritnya, implemetasi kurikulum merdeka sebagai jawaban atas permasalahan di era revolusi industri 4.0 sebagian besar merupakan tanggungjawab guru bidang studi. Sebagai misal, guru bidang studi ekonomi bertanggungjawab terhadap perkembangan siswa dalam menyikapi setiap perubahan akibat revolusi industri 4.0 di bidang ekonomi. Oleh karena itu, pola dan karakteristis pembelajaran harus menyusaikan dengan tuntutan revolusi industri 4.0, yaitu membentuk ‘sustainable learning’, sehingga siswa bisa melewati era disrupsi, dan memasuki era baru yang disebut abundant era: era yang serba melimpah, terutama informasi, media dan sumber belajar (Dewantari, 2020).

Pembelajaran Ekonomi di era Revolusi Industri 4.0

Seperti yang telah diuraikan pada bagian pendahuluan, tanggungjawab seorang guru adalah menciptakan proses pembelajaran yang menjawab tuntutan era revolusi industri 4.0. Selanjutnya, muncul pertanyaan problematik: pembelajaran seperti apakah yang sebaiknya diterapkan oleh guru, terutama guru bidang studi ekonomi? Tidak ada jawaban yang pasti, sebab akan muncul jawaban yang bervariatif.

Variasi jawaban tersebut sangat bergantung pada stategi, kemampuan guru, daya dukung seperti fasilitas kelas serta karakteristik siswa di masing-masing satuan pendidikan. Namun, bila pertanyaan tersebut ditujukan kepada penulis, maka jawaban pun tentu akan berbeda dengan yang lain. Sebagai guru ekonomi, penulis memiliki kajian sendiri mengenai penerapan pembelajaran ekonomi di tengah tuntutan era revolusi industri 4.0.

Dalam kajian penulis, berikut ini beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses pembelajaran ekonomi sebagai jawaban atas pertanyaan seperti apakah pembelajaran ekonomi era revolusi industri 4.0.

1. Pembelajaran yang Berorentasi pada Penguatan Karakter

Penguatan karakter merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Karakter memiliki pemaknaan yang sama dengan akhlak, etika, moralitas. Jadi, karakter adalah nilai tingkah laku manusia secara umum meliputi semua kegiatan manusia, baik hubungannya bersama Tuhan, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, serta lingkungan yang diwujudkan dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perilaku yang berdasarkan norma agama, hukum, etiket, budaya dan adat istiadat (Samrin, 2016).

Studi mengenai karakter sudah sering dilakukan terutama hubungannya dengan dunia pendidikan. Akan tetapi, diskursus tentang karakter siswa hampir pasti tidak akan habisnya. Sebab, perlu diakui wajah pendidikan kita belum mampu sepenuhnya mengatasi permasalahan karakter siswa ini.

Mengurai persoalan karakter siswa sepertinya mengalami jalan buntuh. Sebagian guru seringkali pasrah terhadap sikap dan mental siswa. Bahkan ada kesan ingin melempar tanggungjawab kepada pihak lain. Alhasil, orentasi pembelajaran di kelas hanya berfokus pada aspek pengetahuan semata.

Pengetahuan bukan satu-satunya aspek yang diperlukan di era revolusi industri 4.0. Selain pengetahuan, karakter juga menjadi penentu keberhasil setiap individu dalam berkompetis di era revolusi industri 4.0. Karakter generasi harus dipersiapkan untuk mampu bertahan, bersaing dan memiliki kualitas serta mumpuni dalam bidang tertentu terkooptasi oleh arus globalisasi dan modernisasi (Jalil, 2012).

Perlu diakui bahwa karakter siswa sudah dibentuk sejak dari keluarga. Tantangannya adalah setiap siswa memiliki karakter yang berbeda. Tentu sudah pasti setiap perilaku siswa tidak selalu sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan di dunia pendidikan. Hal ini tidak berarti guru tidak bisa mengendalikan perilaku siswa yang dianggap melanggar nilai dan norma. Sebab, bagi penulis sistem pembelajaran yang baik secara perlahan akan menguatkan karakter siswa.

Ada banyak cara yang bisa dilakukan oleh guru ekonomi dalam pembelajaran sebagai upaya penguatan karakter seperti jujur, mandiri, dan tanggungjawab. Pertama, mendorong siswa agar bersikap jujur. Salah satu sikap yang ingin ditonjolkan dalam era revolusi industri 4.0 adalah jujur. Persaingan ekonomi yang semakin kompetitif, tetap harus mengedepankan sikap fair dan jujur. Generasi penerus harus dibekali dengan sikap jujur yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran ekonomi.

Hal kecil yang bisa dilakukan guru adalah menghilangkan budaya menyontek pada siswa saat ulangan atau ujian. Guru ekonomi harus bisa menyiapkan sistem evaluasi yang dapat mereduksi kebiasaan curang tersebut. Sebagai contoh misalnya: memilih evaluasi pembelajaran yang sekiranya menyulitkan siswa untuk menyontek seperti portofolio dan sebagainya. Selain itu, guru juga dapat menggunakan perangkat evaluasi berbasis digital yang secara otomatis memantau aktivitas siswa pada saat mengerjakan tes, seperti mengguanakn google form berbasis auto proctor.

Kedua, mendorong siswa agar belajar mandiri. Siswa diharapkan mampu berpikir dan bertindak sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Oleh karena itu, siswa di dorong untuk belajar mandiri untuk memahami materi ekonomi. Guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengesplorasi materi ajar melalui sumber-sumber belajar yang tersedia.

Beberapa kajian menunjukan pentingnya belajar mandiri bagi siswa. Siswa yang memiliki kemampuan belajar mandiri yang baik, mempermudah menjalankan pembelajarannya (Song, 2007). Selain itu, dengan belajar mandiri dapat meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan berpikir kritis, dapat mengambil keputusan, inovatif, dan percaya diri (Oishi, 2020).

Ketiga, mendorong siswa agar tanggung jawab. Perlu diakui bahwa era revolusi industri 4.0 merupakan era kebebasan berpikir dan bertindak, namun diharapkan tetap bertanggungjawab atas apa yang dipikirkan dan bertindak tersebut. Tanggung jawab merupakan sebagai konsekuensi logis dari setiap individu atas apa yang dipikir dan apa yang dibuat.

Proses pembelajaran mendorong agar siswa bertanggungjawab terhadap semua aspek terutama pada proses pembelajaran ekonomi. Dalam mengerjakan tugas ekonomi secara kelompok, masih banyak siswa yang acuh dan cendrung menyerahkan tanggung jawab ke ketua kelompok. Pada hal, tanggung jawab mengerjakan tugas merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya ketua kelompok atau siswa yang dianggap mampu saja.

Untuk menghindari agar hal ini tidak terjadi, guru mengarahkan kelompok kerja agar membagi tugas pada setiap anggota kelompok. Dengan kata lain, setiap anggota kelompok bertanggung jawab setiap tugas yang diberikan guru. Hal ini agar masing-masing anggota bertanggung jawab atas diri sendiri dan juga bertanggung jawab kepada anggota kelompok yang lainya.

2. Pembelajaran yang Memanfaatkan Teknologi Digital

Pemanfaatan teknologi digital pada sektor pendidikan tampak sangat jelas ketika negara dilanda pandemi covid 19. Akibat adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), pembelajaran yang lazimnya terjadi di ruang kelas bergeser ke ruang virtual. Pembelajaran tidak lagi berlangsung secara tatap muka yang mempertemukan guru dan siswa melainkan berlangsung secara daring (dalam jaringan).

Perubahan sistem pembelajaran tersebut memaksa guru agar selalu kreatif dan inovatif. Sistem pembelajaran yang dilaksanakan merupakan era belajar kontemporer yang didalamnya terdapat pergeseran paradigma belajar abad 21 yang mencirikan informasi, komputasi, otomatis dan komunikasi. Masa pandemik covid-19 ini disebut sebagai peluang dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pemanfaatan teknologi seiring dengan era revolusi industri 4.0 (Arikarani & Amirudin, 2021).

Mobilitas manusia di era revolusi industri 4.0 sangat bergantung pada kecanggihan teknologi. Sebagaimana menurut Lifter dan Tschiener bahwa prinsip dasar revolusi industri 4.0 yaitu penggabungan mesin, alur kerja, dan sistem, dengan menerapkan jaringan cerdas di sepanjang tahap dan proses produksi untuk mengendalikan satu sama lain secara mandiri (Arikarani & Amirudin, 2021). Maka penting bagi siswa untuk mengusai teknologi digital demi masa depannya.

Pembelajaran ekonomi secara otomatis berinovasi menjadi pembelajaran modern dengan memanfaatkan teknologi. Sebagai contoh guru ekonomi memberikan tugas secara online melalui platform pembelajaran online seperti google class room dan edmodo. Dengan kata lain, guru harus ekonomi menciptakan ekosistem pembelajaran yang selaras dengan revolusi industri 4.0.

Siswa juga diperkenalkan dengan teknologi digital mutahir yang berkaitan langsung dengan materi ajar. Sebagai misal, materi tentang Laporan Keuangan Perusahaan Dagang. Siswa tidak hanya ajarkan sistem laporan keuangan secara manual melainkan berbasis teknologi digital. Sebab, hampir pasti perusahan telah merapkan sistem laporan keuangan berbasis digital. Oleh karena itu, guru ekonomi harus memiliki banyak referensi mengenai materi yang akan diajarkan.

3. Pembelajaran yang Bersifat Dialog Partisipatif

Salah satu dampak negatif dari revolusi industri 4.0 adalah polarisasi sosial ekonomi. Hal ini terjadi akibat pergeseran peran kelompok manusia tertentu yang tersisih akibat penggantian tenaga kerja yang tergantikan oleh mesin (robot) (Sutrisno, 2018). Pada prinsipnya, kelompok masyarakat tersebut belum bisa menerima segala perubahan yang terjadi secara fundamental tersebut.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, guru ekonomi diharapkan menciptakan sistem pembelajaran yang mengedepankan aspek persuatif untuk menciptakan generasi yang memiliki sikap toleransi. Pembelajaran yang bersifat dialog partisipatif memiliki prinsip bahwa guru adalah teman belajar siswa. Anggapan bahwa guru merupakan satu-satunya sumber belajar siswa perlahan mulai ditinggalkan.

Pendekatan pembelajaran tidak lagi teacher center melainkan student center. Proses pembelajaran ekonomi yang baik yaitu melibatkan siswa secara aktif. Siswa diharapkan aktif bertanya dan menjawab, serta secara mandiri membuat rumusan masalah dan memecahakan masalah tersebut. Kegiatan pembelajaran bisa dilakukan secara kelompok maupun secara mandiri, bisa dilakukan di dalam maupun di luar ruang kelas.

Pembelajaran bersifat dialog partisipatif diharapkan dapat menyiapkan generasi muda Indonesia yang memahami Ekonomi Pancasila berasaskan kekekeluargaan, kegotong-royongan dan kerjasama. Pembelajaran yang mengedepankan aspek dialog dan partisipasi siswa akan meningkatkan rasa kekeluargaan, gotong-royong dan kerjasama. Dengan demikian, kekhawatiran kita atas dampak revolusi industri 4.0 pada bidang ekonomi mampu diatasi oleh generasi penerus.

4. Pembelajaran Kontekstual yang Berbasis pada Projek

Mata pelajaran ekonomi merupakan salah mata pelajaran yang mempunyai cakupan materi yang sangat kompleks dan mempunyai relevansi tinggi dalam kehidupan sehari-hari (Amir, 2016). Sederhanya, belajar ekonomi berarti belajar cara mengatur kebutuhan hidup. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus berorentasi pada kehidupan riil.

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru ekonomi adalah pembelajaran kontektual. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Santoso, 2017). Hal ini bisa dilakukan guru dengan mengajak siswa berdiskusi mengenai fenomena yang terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan materi ajar.

Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran kontekstual (Hasibuan, 2014) adalah sebagai berikut:

a. Mengembangkan ide-ide yang bermakna bagi siswa untuk belajar dengan bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan membangun pengetahuan dan keterampilan baru bagi mereka sendiri;

b. Lakukan kegiatan inkuiri pada semua topik sebanyak mungkin;

c. Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan;

d. Ciptakan komunitas belajar;

e. Sajikan model sebagai contoh pembelajaran;

f. Melakukan refleksi di akhir pertemuan;

g. Melakukan penilaian aktual melalui berbagai metode.

Selain itu, pembelajaran yang diterapkan berbasis pada proyek. pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu model pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah bermakna, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata (Rati et al., 2017).

Bidang studi ekonomi sangat tepat bila proses pembelajarannya mengarahakan siswa untuk menghasilkan produk. Sebagai contoh: siswa diberikan tugas melakukan survei tingkat dan jenis inflasi sembilan bahan pokok (sembako) di 3 pasar tradisional. Setelah itu, siswa membuat laporan dan melakukan presentasi di depan kelas.

Pembelajaran berbasis projek selaras dengan tujuan dan arah pendidikan pada kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka terdapat program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai upaya untuk mengoptimalkan kemampuan kreativitas dan inovasi siswa. Kreativitas dan inovasi yang berkarkter pancasila merupakan upaya untuk menghadapi era revolusi industri 4.0.

Daftar Rujukan

Amir, M. T. (2016). Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning. Prenada Media.

Arikarani, Y., & Amirudin, M. F. (2021). Pemanfaatan Media dan Teknologi Digital dalam Mengatasi Masalah Pembelajaran dimasa Pandemi. Edification, 4(1), 95–116.

Dewantari, A. (2020). Penerapan Pedidikan 4.0 Pada Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Di Sttkd Yogyakarta. Jurnal Manajemen Dirgantara, 13(2), 157–165. https://www.jurnal.sttkd.ac.id/index.php/jmd/article/view/207

Hasibuan, I. (2014). Model Pembelajaran CTL. Logaritma, 2(1), 1–12.

Jalil, A. (2012). Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan Karakter Abdul Jalil Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Kudus. Nadwa: Jurnal Pendidikan IslamJurnal Pendidikan Islam, 6(2), 176–192.

Nugraha, T. S. (2022). Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran. Inovasi Kurikulum, 19(2), 250–261. https://ejournal.upi.edu/index.php/JIK

Oishi, I. R. V. (2020). Pentingnya Belajar Mandiri Bagi Peserta Didik di Perguruan Tingg. Jurnal IKRA-ITH Humaniora, 4(2), 50–55.

Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 Dan Tantangan Perubahan Sosial. Prosiding SEMATEKSOS 3 “Strategi Pembangunan Nasional MenghadapiRevolusiIndustri 4.0” REVOLUSI, 22–27.

Rati, N. W., Kusmaryatni, N., & Rediani, N. (2017). Model Pembelajaran Berbasis Proyek, Kreativitas Dan Hasil Belajar Mahasiswa. Jurnal Pendidikan Indonesia, 6(1), 60–71.

Samrin. (2016). Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai). Jurnal Al-Ta’dib, 9(1), 120–143.

Santoso, E. (2017). Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa Sekolah Dasarn. Jurnal Cakrawala Pendas, 3(1), 16–29.

Shwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. New York: Crown Business. Crown Business. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

Song, L. (2007). A Conceptual Model for Understanding Self-Directed Learning in Online Environments. Journal of Interactive Online Learning, 6(1), 27–42.

Sutrisno, A. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Berbagai Implikasinya. Jurnal Tekno Mesin, 5(1), 5–7.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post