SRI WAHYUNI

Guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 22 Batanghari, Jambi. Mengajar sejak 1 Desember 1995....

Selengkapnya
Navigasi Web
MAAF TERAKHIR

MAAF TERAKHIR

MAAF TERAKHIR

Oleh : Sri Wahyuni

Awalnya Reyna ragu untuk gabung dalam acara ini. Apalagi Reyna tidak lagi di kota tempat tinggalnya saat di SMA. Berkat bujukan sahabatnya Rosita dan Halimah, akhirnya Reyna mau ikut dalam acara reuni SMA ini. Ya, Rosita dan Halimah adalah sahabat yang selalu bertegur sapa dengannya walaupun melalui media whatsapp atau telepon. Hanya setahun sekali mereka bisa berkumpul saat Idul Fitri di kota kelahiran Reyna. Hal ini karena Reyna sudah menetap di Provinsi Jambi. Halimah bekerja di Bangka-Belitung. Sedangkan Rosita masih berada di kota Palembang. Saat Idul Fitri itulah mereka bertiga bertemu dan bercerita secara langsung.

lnformasi tentang kegiatan reuni SMA sudah Reyna dengar dari Idul Fitri tahun lalu. Reyna sudah lama tidak kontak dengan teman-teman semasa SMA. Ia membayangkan sahabat-sahabatnya yang lain, yang saat ini sudah berpuluh tahun tidak berkomunikasi dengannya. Apakah ia masih bisa mengenali mereka semua? Hanya Rosita dan Halimah yang selalu berkomunikasi dengannya melalui SMS/WA dan telepon.

Idul Fitri kali ini agak berbeda. Selain akan bertemu dengan orang tua, Reyna juga berharap bisa bertemu dengan sahabat-sahabatnya semasa SMA. Reyna sudah mendaftarkan diri ikut hadir dalam acara reuni SMA yang akan dilaksanakan pada 5 Syawwal atau hari ke-5 Idul Fitri. Reyna sudah mengirim pesan singkat pada Rosita dan Halimah. Namun, mereka tidak membalasnya. Mungkin mereka masih asyik bersilaturahim dengan sanak saudaranya. “Apa mereka sudah lupa ya denganku? Sampai mereka tidak membalas SMS/WA dariku”, pikir Reyna.

Pagi itu, 4 Syawwal, Reyna ditelepon Ita. “Assalamualaikum Reyna, maaf ya WA-mu baru sempat kubaca. Mohon maaf lahir dan batin ya.” Sapa Rosita dari seberang.

“Waalaikum salam. Iya Ta, sama-sama. Aku dan keluarga juga mohon maaf lahir dan batin.” jawab Reyna.

“Bagaimana dengan keluargamu, apakah ikut hadir dalam acara reuni SMA besok ?” tanya Ita. “Kalau aku, sudah diizinkan oleh suamiku berangkat sendiri saja. Kata Mas Yudha, biar aku bisa leluasa bercerita dengan teman-teman.” Lanjut Ita, nama panggilan Rosita, sambil tertawa.

“Sama, aku pun diizinkan suamiku ikut acara reuni SMA. Suamiku, Mas Tirta tidak ikut. Jadi kita berangkat sama-sama ya.” Kata Reyna kepada Ita.

“Iya, besok aku jemput sekalian jemput juga Halimah. Tunggu saja pukul 08.30 WIB ya,” kata Ita.

Idul Fitri hari ke-5. Ita menjemput Reyna dengan mobilnya. Mereka langsung menuju rumah Halimah sekalian silahturahim Idul Fitri. Tak lama di rumah Halimah, mereka langsung menuju Cafe Cemara. Reyna melihat di sekelilingnya, Cafe Cemara sudah ramai dengan kawan-kawan seangkatan mereka waktu SMA. Mereka langsung saling menyapa dan bercerita yang mereka alami setamat SMA 30 tahun yang lalu. Ada juga yang sudah duduk berkelompok, mengenang kembali masa-masa sekolah.

Reyna, Ita dan Halimah pun bergabung dalam kelompok itu. Di situ sudah hadir beberapa teman SMA yang sekarang sudah tinggal di lain provinsi. Ada Baset dari Bandung, Togar dari Bangka, Tabrani dari Bekasi, Lena dari Jakarta dan Yayat dari Banten. Wajah-wajah mereka masih bisa dikenali Reyna, walaupun bentuk tubuh dan rambut sudah berubah warna.

“Jadi, setelah tamat SMA, Reyna tidak lagi di Palembang ya?” tanya Baset, anggota DPR di daerah Sukabumi, Bandung.

“Iya, aku menetap di Jambi. Jadi seorang guru.” jawab Reyna.

Perbincangan mereka berlangsung hangat. Acara pun dimulai. Mereka mendengarkan pidato sambutan dari Toni, mantan Ketua OSIS SMA masa itu yang menjadi ketua panitia acara reuni ini. Diikuti acara-acara lainnya.

“Reyna, masih ingat dengan Aris nggak?” tanya Yayat yang kebetulan duduk di dekat Reyna. “Itu...mantan pacarmu waktu SMA,” lanjut Yayat sambil tertawa.

“Reyna dan semua kita pasti ingat dengan Aris, bukankah dulu kita menyebut Reyna dan Aris adalah pasangan serasi.” kata Rova.

“Aris hadir juga di sini kok.” kata Tabrani. “Itu yang duduk di sudut sana,” lanjut Tabrani sambil menunjuk ke sudut cafe.

“Itu kan masa lalu, jadi jangan diingat-ingat,” kata Reyna menanggapi olok-olok kawan-kawannya.

“Dari tadi, Aris sepertinya ingin mendekatimu Reyna,” kata Ita berbisik ke telinga Reyna.

Reyna mengalihkan pandangan ke arah yang ditunjuk Tabrani. Benar saja, di sudut cafe Aris sedang memperhatikannya. Penampilannya sudah berubah. Ia kini menggenakan kacamata. Tubuhnya masih atletis yang menyisakan cerita masa mudanya yang terkenal sebagai cowok ganteng dari kelas IPS.

Aris mendekati Reyna. Mengulurkan tangan kepada Reyna. Walau perasaan indah itu tidak ada lagi di hati Reyna, namun ketika langkah kaki Aris mulai mendekatinya, hati Reyna pun berdegup. Reyna berusaha bersikap sewajarnya, seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa antara mereka di masa lalu.

“Kukira kau tidak hadir, apa kabarmu?” kata laki-laki berbaju biru dan berkacamata itu.

Setelah lulus SMA, Reyna memang tidak pernah lagi berhubungan dengan Aris. Aris beda kelas dengannya. Reyna di kelas 2 Fisika-2 sedangkan Aris di 2 IPS-1. Pertama kali mereka kenal selesai jam pelajaran olahraga. Reyna, Ita dan Halimah ingin jajan di kantin sekolah. Untuk menuju kantin, mereka harus melewati kelas Aris karena kantin ada di belakang kelas IPS. Aris yang sedang belajar di kelas tiba-tiba menegur Reyna. Padahal saat itu di kelas Aris, guru sedang menerangkan pelajaran di papan tulis. Cowok itu malah sempat-sempatnya menggoda cewek yang lewat.

“Hei, Reyna...mau ke kantin ya?” tanya Aris saat itu.

Kawan-kawan Aris yang duduk di bagian belakang hanya senyum-senyum melihat Aris yang menegur Reyna yang sedang lewat bersama kawan-kawannya. Kawan-kawan Reyna pun akhirnya ikut menggoda Reyna yang baru saja disapa cowok ganteng dari kelas IPS itu.

“Cie..cie yang barusan ditegur Aris” kata Ita menggoda Reyna. Wajah Reyna yang berubah merah karena disapa Aris menjadi tambah merah ketika digoda kawan-kawannya.

Sejak itu, Aris mulai mendekati Reyna. Ia bahkan rela bertanya dengan kawan-kawan akrab Reyna tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Reyna. Akhirnya hati Reyna pun luluh. Reyna dan Aris semakin dekat. Mereka bahkan dikenal sebagai pasangan serasi. Walau beda kelas, namun ada saja yang membuat mereka bisa selalu sama-sama mengikuti kegiatan sekolah. Reyna yang hobi menggambar ikut kegiatan ekstrakurikuler melukis, begitu juga Aris yang juga hobi menggambar. Memiliki kesamaan di kegiatan ekstrakurikuler ini membuat mereka semakin sering bertemu.

Namun, saat di kelas 3 SMA, hubungan Reyna dan Aris mulai merenggang. Ya, di kelas Aris ada murid baru, Salsa namanya. Entah apa sebabnya, Aris tiba-tiba berubah sikap kepada Reyna. Biasanya Aris rajin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, tapi saat itu ia sudah tidak pernah ikut lagi. Perhatian Aris pun mulai berkurang untuk Reyna dan lebih banyak ke Salsa.

“Apa yang membuat Aris langsung tertarik dengan Salsa, murid baru itu ya?” tanya Halimah saat itu.

“Iya ya, kalau kecantikan jelas Reyna yang lebih cantik daripada Salsa,” kata Ita heran.

Gelar pasangan serasi Reyna dan Aris tidak ada lagi. Reyna yang tidak bisa menerima kalau Aris mulai berpaling pun mulai menjauhi Aris. Ia yang selama ini sudah bertekat untuk mengejar cita-citanya lebih memilih meninggalkan Aris daripada sibuk memikirkan atau meminta penjelasan darinya. Saat Aris mengajaknya untuk menjelaskan hubungan mereka selanjutnya, Reyna menolaknya.

Reyna tidak lagi mempedulikan Aris. Saat itu Reyna dan Aris sudah kelas 3 SMA, mereka mulai disibukkan dengan belajar untuk menghadapi EBTANAS dan masuk Perguruan Tinggi Negeri yang diharapkan. Reyna adalah gadis yang gigih dalam belajar. Hubungannya dengan Aris yang sudah tak lagi indah, tak membuatnya menjadi gadis yang cengeng.

Ujian EBTANAS dilalui dengan lancar, begitu juga UMPTN. Reyna lulus di FKIP sesuai dengan harapannya. Saat perpisahan sekolah, Reyna sempat bertegur sapa dengan Aris.

“Maafkan aku, Reyna.” kata itulah yang meluncur dari laki-laki yang pernah dekat dengannya.

Hanya kata “maaf” yang terucap dari mulut Aris dan Reyna hanya membalas dengan senyum yang dipaksakan sebagai tanda perpisahan. Setelah itu mereka tidak lagi pernah melakukan kontak. Reyna sudah sibuk dengan dunianya sendiri, dengan pekerjaan yang dicita-citakannya. Reyna hanya mendengar kabar dari Rosita dan Halimah kalau Aris bekerja sebagai teknisi di sebuah perusahaan besar di Palembang.

“Hei, apa kabar?” tanya Aris membubarkan lamunan Reyna tentang masa lalunya bersama Aris.

“Alhamdulillah baik. Kalau Idul Fitri aku pasti pulang, jadi aku bisa ikut acara ini. Tapi kalau hari-hari lain, mungkin aku tidak bisa hadir.” Kata Reyna menjawab tanya Aris.

“Lama kita tak bertemu ya. Tak terasa 30 tahun sudah.” kata Aris mengawali percakapan mereka.

“Iya, berapa orang anakmu?” tanya Reyna

“Anakku hanya satu” jawab Aris.

“Anakmu ada berapa?” tanya balik Aris kepada Reyna.

“Lebih banyak.” jawab Reyna sambil tertawa. “Anakku ada tiga orang, yang sulung dan tengah perempuan, sedangkan yang bungsu laki-laki.” lanjut Reyna.

“Apakabar dengan Salsa, kok dia tiak ikut reuni ini?” tanya Reyna. Pertanyaan ini spontan tercetus dari mulut Reyna karena ia tidak melihat kehadiran Salsa.

“O...kau tidak tahu cerita kami ya?” tanya Aris

“Tidak, cerita tentang apa?” tanya Reyna lagi.

“Aku minta maaf, waktu SMA aku belum sempat menjelaskan kepadamu tentang sikapku waktu itu. Hal itu karena kau juga sudah tidak mempedulikan aku lagi,” kata Aris sambil tertawa kecil.

“Sudahlah, tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Itu kan masa lalu” kata Reyna sambil tertunduk.

“Salsa sebenarnya adalah anak direktur tempat ayahku bekerja. Waktu itu, papa Salsa meminta ayahku agar aku menjaga dan melindunginya karena ia dideteksi dokter menderita kanker otak. Aku berusaha menuruti perintah orang tuaku. Jadi aku dekat dengannya untuk sekedar menjaganya yang sedang dalam kondisi sakit. Awalnya Salsa tidak tahu kalau kita pacaran. Ia memintaku untuk menjelaskannya kepadamu. Tapi sayangnya, waktu itu kau menolak penjelasanku. Akhirnya hubunganku dengan Salsa semakin dekat. Ia mencintaiku. Ayah Salsa pun setuju, memintaku untuk menikahi Salsa karena tahu hidup Salsa hanya sebentar karena kanker jahat itu. Jika tidak diikuti keinginannya, ayah Salsa akan memecat orang tuaku bekerja di perusahaan miliknya.” Jelas Aris.

“Tapi waktu itu, kau seperti benar-benar mencintai Salsa,” kata Reyna.

“Waktu itu aku berpura-pura saja. Hal itu demi menjaga agar ayahku tidak dipecat dari perusahaan. Aku ingin menjelaskannya kepadamu dan mohon kesabaranmu, namun kau menolaknya.” kata Aris tertunduk.

“Ya, itulah kita di masa lalu. Kita selalu mengutamakan emosi kita. Tapi sekarang kita sudah bahagia dengan kehidupan kita masing-masing.” kata Reyna sambil tertawa.

“Setamat SMA aku kuliah di politeknik. Ketika lulus kuliah aku dan Salsa menikah. Sayangnya pernikahanku dengan Salsa tidak bertahan lama. Satu tahun setelah pernikahan kami dan Salsa melahirkan putra pertamaku, ia meninggal dunia. Ia yang sudah lama menderita kanker otak, tidak bisa mengurus bayi mungil kami.” kata Aris dengan wajah sedih.

“Jadi, Salsa meninggal setelah melahirkan anak pertama kalian?” tanya Reyna terkejut.

“Iya, aku dan keluarga Salsa bersama-sama membesarkan anak itu. Saat Salsa akan meninggalkanku, ia berpesan padaku untuk mencarimu. Ia mohon maaf padamu karena tak seharusnya ia merampas kebahagiaamu dan kebahagiaanku saat itu. Namun, aku kehilangan jejakmu. Ketika sudah kudapat kabar tentangmu, ternyata kau sudah berkeluarga dan tinggal di Jambi. Maafkan aku,” lanjut Aris.

“Aku pun minta maaf. Ternyata aku salah duga tentangmu saat itu.” kata Reyna.

“Tidak apa-apa, aku juga salah. Aku bahagia mendengarmu sekarang hidup bahagia dengan suami dan anak-anakmu. Sekali lagi, maafkan aku,” kata Aris lagi.

“Ya, sekarang kita sudah bahagia dengan kehidupan kita saat ini. Jadi lupakan dan maafkan aku juga,” kata Reyna lagi.

Acara reuni SMA berjalan lancar. Semua bahagia bertemu dengan kawan-kawan yang tak lagi lugu yang ceritanya tak lagi masalah PR, guru dan cinta. Reyna pulang diantar Rosita ke rumah orang tuanya. Ia disambut hangat oleh suami dan anak-anaknya. Reyna berterima kasih karena Mas Tirta suaminya percaya kepadanya dan mengizinkannya hadir di acara reuni ini.

Seminggu kemudian, Reyna membaca di whatsapp grup SMA.

Telah berpulang ke rahmatullah sahabat kita Aris Wijaya bin Saparudin pagi ini di Rumah Sakit Muhammad Husni Thamrin Palembang. Semoga almarhum tenang di sisi-Nya. Tak ada lagi penyakit kanker hati yang selalu menyiksanya. Selamat jalan kawan.

Reyna terkejut. Saat reuni tidak ada tanda-tanda kalau Aris sedang menderita sakit parah. Rosita meneleponnya. memberitahukan kalau saat reuni SMA seminggu yang lalu Aris sudah sering sakit sebelumnya. Aris sengaja datang untuk meminta maaf dengan Reyna. Aris menceritakan ini kepada Rosita dan memintanya untuk tidak menceritakannya kepada Reyna. Aris juga bahagia melihat Reyna sudah bahagia sekarang. Kata “maaf” saat reuni itu ternyata adalah permohonan maaf terakhir yang diucapkan Aris kepada Reyna.

Persahabatan yang berubah menjadi percintaan atau sebaliknya, kadang kala membuat bahagia atau luka. Hanya bagaimana cara seseorang menyikapi dari semua kejadian di masa lalu dan persahabatan itulah yang membuat seseorang bahagia dengan caranya masing-masing.

Muara Bulian, 15 Agustus 2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa buk Sri.. Ikutan hanyut dengan alur ceritanya... Kereeeeen.... Lanjuuut. Sukses selalu

11 Sep
Balas

Keren ibu, maaf baru terbaca kisah romantisnya Bu, salam literasi

22 Sep
Balas



search

New Post