Dian
“Aku berangkat dulu ya Bu, Pak, Assalamualaikum” Pamit Dian pada Ibu dan Bapaknya sambil berlalu dengan mengayuh sepedanya. Tiap pagi Dian berangkat sekolah dengan memakai sepeda satu-satunya yang dimiliki keluarga Pak Yadi. Dian merupakan putrid kedua Pak Yadi yang masih bersekolah di SMA kelas XI. Jarak dari rumah ke sekolah tidak begitu jauh hanya sekitar satu kilo meter saja.Walaupun rumah Pak Yadi termasuk dalam kota, namun untuk masuk ke kampong Pak Yadi jika sudah menjelang malam sudah sangat sepi karena masyarakat sekitar memilih sudah berada di rumah masing-masing. Begitu juga orang-orang jarang sekali yang melintas di kampong tersebut, maklumlah untuk ke kampung Pak Yadi harus melewati area kuburan.
Sore ini Dian ada acara latihan drama dengan teman-temannya di sekolah.Dian memilih baju yang akan dikenakannya. Akhirnya Dian memilih memakai baju kaos Olah Raga saja sekalian dengan jilbab putih sesuai dengan warna kaosnya. Pukul 15.30 setelah sholat Ashar Dian sudah sampai di sekolah. Dian menunggu teman-temannya yang masih ada beberapa orang yang datang. Akhirnya setelah sekitar lima belas menit menunggu, teman-temannya sudah datang semua. Latihan dramapun dimulai. Tak terasa dari asyiknya latihan drama Adzan maghrib sudah terdengar. Dian dan teman-temannya memutuskan untuk sholat maghrib berjama’ah dulu di mesjid sekolah sebelum pulang ke rumah masing-masing. Tak lupa Dian dan teman-temannya mengabari orang tua masing-masing.
Setelah sholat maghrib Dian mengayuh sepedanya untuk segera pulang ke rumah. Sesampai di area pekuburan yang jalanannya sangat sepi dan gelap, Dian segera mengejar sepeda yang ada di depannya. Maksud Dian biar Dian ada temannya sehingga mengurangi rasa takutnya. Sepeda yang di depan Dian terus ngebut seperti menghindar dari kejaran Dian. Dian terus mengejarnya dan semakin dikejar, sepeda tersebut semakin mempercepat laju sepedanya. Karena kurang konsentrasi akhirnya sepeda yang di depan Dian terjatuh. Dian segera menghampiri anak yang terjatuh dari sepeda tersebut. Dian melihat anak tersebut wajahnya sangat pucat, bibir gemetar dan menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Dian segera menanyakan “Adik kenapa kok ngebut?” Dengan terbata-bata anak yang disapa Dian yang ternyata bernama Dedy itu dengan gugup menjawab “Mbak saya kira hantu”
#menulis hari ke 20
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren, Bu.
Trmksh
Ha .ha..pakai baju putih sih, mbak
Trmksh sdh singgah
Ha...ha...ha, gara-gara dikejar Dian.
Trmksh sdh singgah
Super keren...
Trmksh
Keren say.... salam literasi
Trmksh... salam literasi
Waduh kasihan Dedy..trnyata sama2 takut ya..hehehe..slm kenal bu, slm literasi
Trmksh... salam kenal juga
Ha ha ha....pasti kaget deh dikira hantu....keren cerpennya bun
Trmksh
Keren bun. Salam sukses.
Trmksh
keren Bu, Ide ceritanya.
Trmks
He he he. Seram ya, maka dibilang hantu. Salam Literasi.
Trmksh... salam literasi
Wakakakakakakakaaa... Ending yang menghibur. Terus berkarya Bu. Terima kasih atas kunjungannya ke tulisan saya, Bu.
Trmksh juga Pak...sy masih belajar menulis... salam literasi
Hahaha...kocak bun. Banyak juga yg mengalami ini.. Salam kenal
Iya trmksh...ini kisah nyata putri tmn saya... salam literasi
EEEEh.... kasihan tuh Dedy. mantap Bu