“Kayaknya Mak kesiangan, nih pintunya masih tutup” Roby memberi tahu pada teman-temannya saat Roby melintas di rumah kecil sebelah Asrama

“Gak biasanya Mak seperti ini, kita lihat saja ke dalam “ Ria menunjukkan kekhawatirannya.

“Ayo…kita masuk, pintunya kan memang tidak dikunci” begitu Tiara menimpali.

Benar saja apa yang dikhawatirkan anak-anak, ternyata Mak memang sedang terduduk di kursi rotan sebelah tempat tidur dalam keadaan sangat lemah dan wajah yang pucat. Sesekali terbatuk dan memegang perut dan kepalanya.

Rupanya Mak memang lagi sakit dan seketika itu pula anak-anak Asrama langsung membawa Mak ke Rumah Sakit. Ternyata Mak harus diopname.

Ketua Asrama menyusun jadwal piket untuk menjaga Mak di rumah sakit karena memang Mak tidak punya sanak saudara.

“Ibu, saya ijin tidak hadir bimbingan nanti sore” Ria ijin tidak mengikuti bimbingan belajarku nanti sore

“Ada apa Ria?”

“Saya kebagian jadwal menjaga Mak, bu “

Aku bergegas untuk menjenguk Mak di rumah sakit. Aku perhatikan betapa tulusnya anak-anak memperlakukan Mak. Ria yang menyuapkan makanan, Roby yang mengurus obatnya dan Rina yang bersih-bersih.

Sudah seminggu Mak ada di rumah sakit, rupanya kondisi tidak juga membaik mengingat usia Mak yang sudah lanjut. Anak-anak masih dengan setia bergilir merawat Mak.

Jam dinding menunjukkan pukul 22.00 WIB. Roby,Ahmad,Dony yang mendapat jadwal malam dengan setia menunggu di luar kamar, sedangkan Rina,Ayu dan Tiara menunggu Mak di samping tempat tidur. Tiba-tiba terdengar suara lirih dari Mak dengan nafas yang sudah tidak teratur, dengan menyebut nama Allah. Rani segera terbangun dari tidurnya diikuti Ayu dan Tiara.Sekejap saja suara Mak kemudian hilang dan Mak sudah menghadap sang Kuasa.

Yah….Mak sudah tiada, tidak ada lagi yang melayani anak-anak asrama dengan ketulusan yang luar biasa. Selamat jalan Mak, semoga Allah menerima segala amal ibadah Mak.

(tamat)

#menulis hari ke 7