sri wahyuni hatta

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
memupuk rasa sosial pada anak usia dini

memupuk rasa sosial pada anak usia dini

“Kakak…kakak..”!! kata farzana didalam rumah. Anak usia 2 tahun memanggil tetangga yang sedang asyik bermain di halaman. Dengan menarik tangan ibunya dia meminta untuk dibukakan pintu ingin bermain bersama. Ibu yang masih sibuk dengan pekerjaanya tidak dapat menemani. Khawatir melepaskan anaknya begitu saja Disebabkan umur yang masih sangat belia. “Aduh nak main didalam saja ya..?”. “ ibu masih repot ini..!” kata ibunya dari dalam. Usia 2 tahun jika bermain memang masih membutuhkan pengawasan ekstra saat bermain bersama teman yang selisih dua tahun diatasnya. Diusia tersebut anak belum dapat mengontrol gerakannya. Anak masih mudah jatuh saat berlari atau ditabrak oleh anak yang lainnya. “Ehmmm…ehmmm” sontak anaknya merengek meminta keluar rumah. Langsung saja ibunya keluar dan meminta teman-temannya untuk bermain didalam rumah. Anaknya terdiam dan mulailah mereka mengambil mainan yang tersedia. “Aku mau main ini…”. “Aku mau main yang ini..”. “main sama- sama ya…?” kata ibu ke anak-anak. Anak yang berjumlah 3 orang tersebut tengah asyik bermain. Tiba- tiba Laila menangis dan berteriak tante…tante Farzana bongkar mainan saya. Merasa mainanya diambil, Farzana mengganggu temannya yang sedang asyik bermain bongkar pasang. Hal itu terus ia lakukan sampai membuat ketiga temannya merasa jengkel dan akhirnya mereka hendak bermain di luar saja. Itu membuat anak yang bertubuh mungil itu menangis karena ditinggal oleh teman-temannya. Melihat cerita diatas Nampak bahwa anak usia 2 tahun masih berada pada masa kritis anak usia dini (0-6 tahun). Diamana anak mau menang sendiri, menguasai mainan sendiri dan belum mau berbagi. Sebagai orang tua kita perlu mengarahkan anak dengan memperkenalkan aturan aturan yang disepakati saat bermain bersama teman. Agar perkembangan emosi dan sosialnya dapat terbentuk. Memupuk rasa sosial pada anak usia tersebut tidak mudah. Diperlukan latihan melalui pembiasaan dan pantang menyerah. Bagi orang tua yang tidak mau melihat anaknya menangis kadang kala menuruti semua keinginan anaknya asalkan anknya berhenti merengek. Namun dari sikap tersebut akan mematikan rasa sosial pada anak, karena anak merasa sering dilindungi oleh orang tuanya. Yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah tetap memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun hubungan bersama teman-temannya. Tetap Memberikan kasih sayang meskipun anak belum menunjukkan sikap yang positif terhadap teman sepermainnya. Ceritakannlah dongeng yang dapat menumbuhkan sikap positifnya jika sedang berkumpul bersama. Tetap mengawasi anak saat bermain agar tidak terjadi rebutan mainan. Dan latihlah anak untuk tetap bias bergaul dengan anak lainnya tanpa terjadi konflik anatara anak yang satu dengan yang lainnya.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Memang benar bu diajarkan dari kecil...Salam kenal

26 Feb
Balas

Siap pak... salam kenal juga

26 Feb



search

New Post