" PKG menjadi bumerang " Oleh : Sri Winarni SDN Sumbergondo 02

Bulan Nofember adalah saat guru menerima rapor kerja untuk mengetahui prestasi kerja dan perilaku kerja yang dia peroleh satu semester. Ternyata PKG yang digagas membantu menyelesaikan problem pembelajaran didalam kelas ini rupanya belum bisa dipahami oleh semua guru secara bermakna sesuai dengan tujuan dan manfaat dari PKG oleh Kepala Sekolah maupun pengawas.

Semoga program PKG dan tujuan PKG ini tidak hanya sebagai isapan jempol yang membuat Kredibilitas Kepala Sekolah terancam dengan oknum guru yang belum faham tujuan dan manfaat dari PKG ini. PKG yang terprogram dan tersusun dengan mening mening ini sebagai tugas supervisor ini bisa menjadi jembatan hubungan yang harmonis antara guru dan kepala sekolah bukan malah menjadikan fungsi eksekutor adanya tidak kepuasan guru dengan rapor kerjanya atau kepala sekolah yang menjadi marah karena provokasi yang tinggi dari emosi karena tidak dihargai sebagaimana dia menghargainya.

Kegiatan yang dimulai dengan sosialisasi dan kesepakatan untuk seluruh kegiatan ini rupanya tidaklah lazim bila dikemudian hari ada yang kurang memahami dan memaknai dengan rasa yang tidak memuaskan karena diakhir kegiatan ada satu program yaitu RTL pada RTL inilah guru akan mendapat arahan dan solusi untuk perbaikan proses pembelajaran sebagai profesional.

Pada sistomatika laporan program Supervisi atau PKG juga dijelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan dan mempunyai dwi fungsi untuk guru dan kepala sekolah sehingga perlu adanya komitmen yang mendukung program wajib ini sebagai suatu keharusan yang membawa perubahan kesejahteraan bagi keduanya. Menurut saya tidaklah etis bila ada yang mengatakan PKG sebagai simbolis saja bahkan yang lebih estrim lagi abal abal ,ini adalah bentuk buliying kebijakan yang tidak bertanggung jawab. Bahkan menurut saya PKG adalah kegiatan rutinitas yang sakral dan bermartabat yang harus dilakukan dan diterima sesuai dan semestinya.

Batu,25-12-2017