Sriyanto

Pemuda kampung yang tak berhenti belajar. Belajar menulis, dari apa yang dibaca pada realitas sosial, pendidikan dan agama. Diruang ini bisa menuangkan id...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menjaga Tradisi

Menjaga Tradisi

Oleh; Sriyanto

(Hamba yang dhoif)

Budaya kita dalam suasana idul Fitri, identik dengan saling memaafkan antar sesama. Menyambung silaturrahim sanak keluarga. Dalam bahasa Jawa istilahnya unjung-unjung. Saya masih ingat waktu dulu di kampung. Keliling tiap rumah untuk memohon maaf. Hampir satu kampung. Butuh waktu dua hari. Tak melihat sanak famili. Orang lainpun didatangi.

Sekarang di kampung rasanya budaya ini mulai pudar. Unjung-unjung hanya dilakukan pada sanak famili. Saudara. Dan keluarga dekat. Sama halnya hidup diperkotaan. Tradisi itu mulai luntur. Biasanya cukup menunggu halal bihalal dilingkungan RT sudah selesai. Tak perlu silaturrahim rumah ke rumah. Padahal kita tidak tahu, melakukan dosa pada siapa dan lingkungan yang mana.

Maka biasanya, setelah mudik dari kampung. Saya sempatkan silaturrahim keliling satu lingkungan. Demi menjaga tradisi. Saya kira banyak manfaatnya menyambung silaturrahim. Dengan bersilaturrahim, kita bisa saling memaafkan. Dengan memaafkan bisa melebur dosa-dosa kita. Sehingga kita kembali suci. Itulah esensi Idul Fitri.

Jika mengutip pendapat M. Quraish Shihab. Makna Idul Fitri, diambil dari kata Ied artinya kembali. Fitri dari kata fitrah artinya suci, asal kejadian, agama yang benar. Jika melihat dari asal kata, Idul Fitri bisa dimaknai kembali suci seperti asal kejadian manusia. Atau kembali pada tuntutan agama yang benar.

Dari makna diatas, esensi dari idul Fitri adalah kita kembali pada kondisi suci seperti bayi baru lahir. Sesuai asal mula manusia. Sebagaimana sabda Rasul, "setiap manusia yang lahir, dalam kondisi fitrah (suci),".

Dan apabila kita berfikir, bahwa asal muasal manusia adalah dari air mani. Bersumber dari sari patih tanah. Jika dijual dipasaran tidak laku. Dari air yang hina. Dan menjijikkan. Itulah bahan dasar manusia. Terus apa yang kita sombongkan di dunia. Apalagi tidak mau saling memaafkan diantara sesama. Nauzubillah...

Padahal memaafkan sesama adalah modal meraih kesucian diri yang sempurna.

Selain mengharap ampunan dari Allah Swt atas segala dosa. Tetapi juga, manusia butuh ampunan dari manusia atas segala dosa yang pernah dilakukan.

Ramadhan telah menyediakan ruang, mengharap ampunan dari Allah SWT. Mungkin kita banyak melupakan perintah Allah, banyak melakukan maksiat, bahkan melanggar syariat Allah. Akan tetapi, jika kita mau bertaubat, mohon ampun sama Allah Swt. Allah pasti mengampuni. Karena Allah Maha pengampun. Dan mengabulkan segala doa.

Namun, menjadi persoalan. Jika kita memiliki dosa pada sesama manusia. Maka harus saling memaafkan. Harus kita selesaikan di dunia. Jika tidak, kesucian diri ini kurang sempurna. Habblum minaallah harus tuntas. Habblum minannas juga tuntas. Baru dikatakan meraih Idul Fitri.

Menebus kesalahan pada sesama sangat penting. Sampai-sampai Rasulullah Saw diakhir hayatnya, takut jika masih menyimpan dosa pada sesama. Suatu kisah Rasulullah menyuruh Bilal adzan untuk sholat. Berkumpulnya kaum Muhajirin dan Anshar.

Selesai sholat, Rasulullah berkutbah. Intinya seperti ini. Wahai sahabat jika, selama hidupku ini ada kesalahan, maka berdirilah dan qisoslah sekarang. Sebelum Aku di qisos nanti di akhirat. Pernyataan ini diulang sampai tiga kali. Baru ada Sahabat dari belakang, berdiri. Namanya Ukhasah. Rasanya membuat perhitungan sama Rasulullah sebelum wafat.

Ukhasah menyampaikan bahwa orang tuaku menjadi taruhannya. Dulu saat perang badar, untaku bersama unta Rasulullah. Di saat saya mencium paha Rasulullah, engkau mengeluarkan cambuk dan mengenai lambungku. Maka ya Rasul, aku meminta balasannya, "ujar Ukhasah.

Terus Rasulullah memerintahkan Bilal untuk mengambil cambuk di rumah menemui Fatimah. Para sahabat mulai pada panik. Dan geram atas sikap Ukhasah.

Ketika cambuk sudah ditangan Rasulullah memerintahkan Ukhasah untuk mencambuknya. Dua sahabat, Abu bakar dan Umar bin Khattab berdiri, langkahi mayatku sebelum menyakiti Rasulullah Saw. Bahkan Umar, berkata seandainya diizinkan ku pengal kepalamu dengan pegangku. Tapi Rasulullah menyampaikan Allah Swt mengetahui kedudukanmu, maka duduklah.

Ketika Abu Bakar dan Umar duduk. Ali bin Abi Thalib menjadi taruhannya. Bahkan anak cucunya Rasulullah Hasan Husein ikut menghadang gerak Ukhasah. Tapi Rasulullah, juga meminta semuanya untuk tidak menghalangi Ukhasah.

Para sahabat semakin geram, ketika Ukhasah meminta Rasulullah Saw melepas baju, karena saat itu Ukhasah kena cambuknya tanpa menggunakan baju. Suasana semakin tegang dan panas. Rasulullah Saw mencoba menenangkan. Ini urusan Rasulullah dengan Ukhasah. Bukan dengan yang lainnya.

Ketika melihat putihnya jasad Rasulullah, Ukhasah menubruknya dan mencium punggungnya. Tidak jadi menyambuknya.

Berkatalah Ukhasah: “Nyawaku sebagai tebusanmu ya Rasulullah, siapakah yang akan sampai hati untuk membalasmu ya Rasulullah. Aku melakukannya hanya mengharapkan agar tubuhku dapat menyentuh jasadmu yang mulia, dan Allah akan memelihara aku berkat kehormatanmu dari neraka.”

Walaupun ending kisah ini tidak sampai qisos terjadi. Tetapi Rasulullah Saw begitu kwartir, jika pernah bersalah dengan sahabatnya. Walapun Baginda Rasul orang yang Maksum dijaga dari dosa. Akan tetapi Rasulullah tak ingin diqisos di akhirat.

Saya kira ini menjadi pelajaran penting buat kita, bahwa Rasulullah saja dijaga dari dosa, dijamin masuk surga, tetapi tetap berusaha meminta maaf pada sahabatnya apabila dianggap bersalah. Apalagi diri ini yang penuh dosa, seyogyanya memohon pada semua yang pernah kita sakiti sengaja atau tidak sengaja.

Idul Fitri momentum yang tepat untuk saling memaafkan antar sesama. Baik dilingkungan keluarga, teman, dan masyarakat. Sampai pada urusan negara. Khususnya para elit politik dan pendukungnya. Apalagi saat dan pasca pilpres, diwarnai antar pendukung saling menghujat. Saling memaki. Yang itu jelas menyakiti satu sama lainnya. Maka Idul Fitri waktu yang baik untuk saling memaafkan. Saling silaturrahim demi persatuan bangsa dan umat. Sekaligus sebagai bentuk itiba' Rasul, dan menjaga tradisi bangsa yang dibangun puluhan tahun seperti di kampung dulu. Wallahualam bishowab...

#Renunganakhiramadhan

Sidoarjo, 4/6/2019

Saya atas nama pribadi dan keluarga apabila ada kata-kata yang kurang berkenan. Dengan rasa keikhlasan Mohon maaf lahir batin. Selamat hari raya Idul Fitri 1440 H. Semoga Allah Swt mempertemukan kita di Ramadhan yang akan datang. Aamiin ya rabbalalamiin🤲

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post