Sriyanto

Pemuda kampung yang tak berhenti belajar. Belajar menulis, dari apa yang dibaca pada realitas sosial, pendidikan dan agama. Diruang ini bisa menuangkan id...

Selengkapnya
Navigasi Web

MENYEPI DI WAKTU SUNYI

“Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat Tahajud

(sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu,

mengangkatmu ke tempat yang terpuji,”.

(QS.Isra:79)

Teringat pesan bapak ketika pulang kampung, “Nak, ojo lali melek bengi, insyaallah dilancarno urusanmu,”ujarnya. Terjemahanya seperti ini. “Nak, jangan lupa bangun (sholat) malam, insyaallah dimudahkan segala urusanmu,”. Pesan sederhana dan penuh makna. Walaupun bapak tak bisa membaca dan mengerti Al Quran, tetapi pesannya seperti apa yang terkandung didalam Al Qur’an.

Apa yang dipesankan bapak diatas. Itu pas seperti saya baca tapi pagi surah Al Isra’, saya menemukan ayat yang berpesan tentang sholat malam. Perhatikan Qs. Isra’;79,” Dan pada sebagian malam, lakukanlah sholat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhanmu, mengangkatmu ke tempat yang terpuji,”.

Kemudian saya berpikir, kenapa Allah itu mengangkat derajat manusia ke tempat terpuji, jika seseorang melakukan sholat Tahajud. Apa rahasianya? Saya mencoba untuk merefleksikan diri. Ketika keluar rumah di seperti malam, rasanya sepi dan sunyi. Hanya mendengar suara kentogan pak satpam, teng…teng…teng…, itu tandanya waktu jam tiga. Sebuah waktu yang sangat tepat untuk berkomunikasi langsung dengan Allah.

Ibarat kita memakai internet, jika yang menggunakan itu banyak orang, biasanya lemot dan sinyal kurang baik. Jika orangnya sedikit yang menggunakan internet, maka cepat dan lancar. Sama halnya kita berdoa di waktu siang, tentu banyak juga orang meminta kepada Allah diwaktu siang. Karena yang minta itu banyak, mungkin Allah selektif mengabulkan doanya. Ada yang langsung dikabulkan, ada yang ditunda lain waktu. Akan tetapi jika yang berdoa sedikit, dibanding dengan jumlah penduduk bumi, maka insyaallah akan dikabulkan doa kita.

Bukan perkara mudah bangun diwaktu malam, ujiannya sangat berat sekali. Tak semua orang bisa melakukan. Dan memang hal yang wajar, jika mencapai sesuatu yang terpuji itu ujiannya berat. Hanya orang tertentu yang bisa melewati malam itu. Oleh karena itu Rasulullah SAW menyampaikan bahwa waktu sepertiga malam itu, waktu yang mustajabah. Waktu yang istimewa. Waktu yang special.

Baginda Rosul sangat senang menyepi diwaktu itu. Rasulullah menikmati malam itu bisa ‘berkholwat’ dengan Allah. Tak terasa sampai kakinya bengkak. Aisyah istri baginda Nabi sampai ‘cemburu’ ketika seorang hamba yang mulia, menghadap Sang Kholiqnya. Aisyah berkata,” bukankah Engkau wahai Rasul, manusia yang suci dan dijamin masuk surga, tetapi Engkau masih beribadah seperti ini,”. Nabi Muhammad menjawab,” bukankah begitu banyak nikmat Allah yang diberikan kepadaku. Pantaskah kalau Aku tidak bersyukur?. Kurang lebih itulah komunikasi baginda Rasul bersama istrinya. Itulah prilaku sang Tauladan Umat. Orang yang sudah dijamin masuk surge oleh Allah, masih tetap bersyukur melalui sholat malam.

Kita semestinya mencontoh Nabi. Apalagi kita ini, tidak lepas dari dosa, dan belum dijamin masuk Surga. Waktu yang tepat untuk menyepi disepertiga malam. Di waktu yang sunyi dan hening untuk merefleksikan apa yang kita lakukan diwaktu siang hari. Waktu yang tepat untuk mengharap ampunan dosa, karena diri kita tidak lepas dari dosa. Waktu yang tepat untuk mencurahkan hati semua persoalan yang kita hadapi, agar diberikan sebuah solusi. Waktu yang tepat untuk memohon doa agar anak kita, murid-murid kita sukses dunia akhirat. Waktu yang tepat mendoakan kedua orang tua. Waktu yang tetap untuk mengharap dikuatkan Iman dan Islam sampai yaumul qiyamah.

Itulah kira refleksi terhadap pesan bapak, ojo lali melek bengi. Mungkin itu rahasianya orang orang tua dulu itu ‘ilate manndi’ (apa yang diucapkan itu dikabulkan). Bisa jadi orang tua dulu itu, yang diucapkan dan dilakukan itu sesuai nilai-nilai dalam kitabullah. Kitab yang sejatinya mengandung sebuah nilai kebenaran. Sehingga orang dulu walau tak pandai membaca Al Qur’an, tetapi sudah menerapkan isi kadunganya. Bagaimana dengan diri kita?

Waallhualam bishowab …

Surabaya, 1/3/2018

*Seseorang belajar menyelami Samudera Illahi …

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post