Sriyatni

Kepahitan hidup pernah ia jalani, dengan menjadi orangtua tunggal yang harus merawat ABK. Keadilan Allah sungguh dahsyat tiada manusia yang sanggup menyan...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cempluk

Cempluk

Cempluk

Oleh: Sriyatni

Sore itu matahari cukup cerah menerangi bumi. Terlihat seorang bocah mengikuti perjalanan ayahnya menuju pematang sawah. Terik matahari tak menyurutkan langkah-langkah kecilnya. Gadis kecil yang pipinya seperti bakpau, dengan rambut di kepang 2 dipanggil Cempluk oleh bapaknya. Dengan topi laken (topi bulat hitam terbuat dari beludru) milik bapaknya yang kebesaran, selalu dia pakai. Hidungnya mancung, mulutnya agak lebar, dan cerewetnya yang buat orang di sekitarnya sangat menyukainya. Ketika di sawah dia hanya bermain-main, kadang menangkap capung atau mengejar kupu-kupu. Sesekali dia ikut mencabut rumput-rumput liar yang mengganggu tanaman padinya.

Pernah suatu hari, bapak tidak mengajaknya ke sawah karena dia sedang tidur. Setelah dia bangun, dia akan terus menangis sampai bapak pulang. Entah apa yang dipikirkannya, namun yang pasti dia sangat senang, ketika di sawah bapaknya banyak bercerita. Tentang masa kecil bapak yang harus ikut ibu tiri karena ibunya telah meninggal. Nenek sakit keras kala itu, namun perintah dukun tempat kakek membawa nenek berobat melarangnya tidur dengan tikar dan bantal. Jadi nenek yang sedang sakit hanya boleh tidur di bale bambu tanpa alas. Nenek juga tidak boleh diberi makan dan minum. Hanya minyak goreng yang boleh dikonsumsi. Jika mendengar cerita itu, cempluk selalu menangis. Dia membayangkan betapa berat perjuangan neneknya untuk bertahan hidup. Namun, apa daya sarana pengobatan belum ada. Bapak bertutur dengan deraaian air mata pula. Bapak yang masih kecil kala itu tidak bisa berbuat apa-apa menyaksikan penderitaan nenek.

Bapak harus berganti 3 ibu tiri sepeninggal nenek, karena ibu tirinya selalu memperlakukannya tidak baik. Jangankan jajan, makan pun kurang. Bapak dipaksa bekerja berat ketika kakek tidak berada di rumah. Kakek seorang penarik delman. Setiap pagi kakek ke pasar, pulangnya beristirahat sebentar, lalu pergi ke sawah hingga petang hari. Jadi, kakek tidak tahu perlakuan buruk itu. Bapak dan kakaknya juga tidak pernah bercerita kepada kakek. Hingga suatu hari kakek mengetahuinya sendiri. Jika kakek tahu maka, akan meninggalkan istrinya. Kakek menikah lagi karena ingin ada yang merawat anaknya ketika ia bekerja. Demikian kisah-kisah kehidupan yang selalu diceritakan bapak kepada Cempluk.

Seusai mendengar cerita bapak, Cempluk bermain kembali. Dia berlari-lari mengelilingi pematang sawah. Gadis kelas 2 SD itu memang menyukai tantangan. Dia lebih suka mengerjakan tugas-tugas anak laki-laki daripada tugas anak perempuan. Begitu pula dalam pergaulan, dia senang berteman dengan anak-anak laki-laki. Dia suka bermain bola, bermain kelereng, gobak sodor dan benthik. Bapak juga tidak pernah melarangnya. Cempluk agak dimanjakan oleh orang tuanya. Dia anak kedua karena kakaknya meninggal waktu berumur 2 tahun. Cempluk anak “mbarep urip” yang sakit-sakitan, jadi orangtuanya sangat menyayanginya.

Kendati dimanjakan, Cempluk tidak menjadi gadis yang malas. Dia sangat rajin belajar. Dia takkenal menyerah dan selalu berusaha, itu membuatnya selalu menjadi juara satu di sekolah.

“Nduk jika kamu juara satu lagi, nanti dibelikan bapak sepeda baru.” kata bapak sore itu.

“Hore, beneran ya, Pak? Saya siap belajar lebih giat lagi.” sahutnya dengan wajah berseri-seri.

Benar saja hari kenaikan kelas tiba. Seperti biasanya Cempluk menjadi juara satu. Sepeda mini baru dibelikan oleh bapaknya. Cempluk berusaha keras belajar sepeda. Walaupun jalan desa masih berbatu kala itu. Saking kerasnya dia belajar pernah suatu hari jatuh. Kepalanya berdarah hingga ada bekas luka di dahinya.

Di sekolah pun dia sangat disayang oleh gurunya. Dia penurut dan pintar, jika ditanya guru-gurunya pasti dia yang menjawab dahulu. Hanya satu kelemahanya, fisiknya sangat rapuh. Jika kegiatan olahraga keras di bawah terik matahari, dia sering pingsan. Cempluk juga sering tidak masuk. Setiap bulan pasti ada satu atau bahkan tiga hari di izin karena sakit. Namun, dia tidak pernah tertinggal pelajaran. Jika tidak masuk sekolah dia selalu bertanya kepada temannya pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dia selalu mempelajarinya di rumah Bersama bapak. Entahlah, cempluk sangat dekat dengan bapak daripada dengan ibunya. Dari umur dua tahun cempluk sudah punya adik, dua tahun berikutnya menyusul punya adik lagi, oleh sebab itu dia dekat dengan bapak.

Kakek masih hidup kala itu, cempluk masih ingat bagaimana kasih sayang kakek kepadanya. Kakek selalu mengajaknya berkeliling desa dengan delman waktu sore hari. Pada hari Minggu, Cempluk juga sering diajak kakek menarik delman di pasar. Kakek sangat sayang padanya. Dia cucu perempuan satu-satunya. Jika bapak atau ibuk memarahinya, kakek selalu datang membela dan menggendongnya pergi. Cempluk kecil penuh dengan limpahan kasih saying, kendati demikian dia sangat mandiri.

Pergaulan dengan teman-temannya juga sangat baik. Kalau membeli kue dia selalu membaginya dengan teman-temannya. Waktu itu jarang sekali anak yang diberi saku oleh orang tuanya. Kehidupan sangat susah, sehingga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari mereka kekurangan. Kendati pandai Cempluk tidak sombong. Dia selalu berbagi dengan teman-temannya. Dia juga sangat telaten mengajari teman-temannya membaca dan menulis. Cempluk kecil sangat senang ketika teman-teman yang belajar dengannya akhirnya bisa menulis dan membaca. Tak segan-segan pula dia mengajari teman-temannya yang masih kesulitan menerima pelajaran yang lain. Dia selalu melayani teman-temanya dengan ramah. Cempluk bercita-cita menjadi guru sejak kecil.

Akhirnya Cempluk kecil yang sangat keras berjuang sekarang bisa mewujudkan cita-citanya. Dia menjadi seorang guru SD di desa. Sama sekali dia tidak pernah bermimpi akan jadi seperti sekarang. Guru berprestasi yang bisa menulis dan menginspirasi dan menjadi mentor teman-teman guru yang lain. Suatu yang luar biasa yang harus disyukuri Cempluk setiap saat.

Salam Lega dan Bahagia

Sriyatni_Ketua Ikatan Guru Penulis Tuban (IGPT)

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post