Koneksi Antar Materi

Modul 2.3 Coaching Clinic dalam Supervisi Akademik

Coahing adalah percakapan antara coach dengan couchee dengan tujuan membantu coachee menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Coach berusaha untuk hadir penuh, mendengarkan aktif dan memberi pertanyaan berbobot agar coachee mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya untuk menyelesaikan masalah. Agar bisa hadir penuh maka perlu mindfullnes agar antara coach dan coachee terjalin kemitraan yang baik. Coach dapat hadir sepenuhnya untuk membantu coachee dengan mengajukan pertanyaan berbobot.

Dalam pelaksaanaan coaching harus memberikan pertanyaan-pertanyaan sesuai alur TIRTA. Alur TIRTA meliputi menetapkan tujuan, identifikasi masalah, menyusun rencana aksi dan mempertanggungjawabkan apa yang telah direncanakan dengan baik. Adanya rasa percaya dalam hubungan coach dan coachee serta dalam proses coaching. Ketika sedang melakukan percakapan coaching, maka perilaku seorang coachlah yang ditampilkan adalah memfasilitasi coachee untuk menyelesaikan sendiri permasalahannya.

Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching memberikan sebuah dimensi pertumbuhan dan pengembangan diri yang seringkali hilang dari sebuah rangkaian supervisi (Dolcemascolo, Miori- Merola, dan Ellison 2014 dalam Costa, A. 2016). Percakapan-percakapan coaching membantu para guru berpikir lebih dalam (metakognisi) dalam menggali potensi yang ada dalam diri dan komunitas sekolahnya sekaligus menghadirkan motivasi internal sebagai individu pembelajar yang berkelanjutan yang akan diwujudnyatakan dalam buah pikir dan aksi nyata demi tercapainya pembelajaran yang berpihak pada murid.

Kaitan modul 2.3 Coaching Clinic dalam Supervisi Akademik dengan Modul 2.1 Memenuhi Kebutuhan Belajar Peserta Didik Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi, adalah coaching dilakukan karena ada kasus dalam pembelajaran. Kasus ini timbul karena guru belum memberikan pelayanan pembelajaran diferesiasi kepada muridnya. Jika murid diberikan pelayanan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan belajarnya kasus akan jarang terjadi. Ini disebabkan karenaa murid mempunyai keunikannya masing-masing. Ada murid yang memopunyai gaya belajar audi, visual, atau kinestetik. Oleh sebab itu dengan memberikan pelayanan pembelajaran berdirensiasi maka, kasus akan berkurang dan coaching clinic jarang diperlukan.

Kaitan modul 2.3 Coaching Clinic dalam Supervisi Akademik dengan Modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosiaonal adalah dalam melakukan coaching clinic sebagai coach dan coachee harus hadir penuh, mendengarkan aktif, dan memberi pertanyaan berbobot sesuai alur TIRTA. Oleh sebab itu antara coach dan harus memiliki sosial emosiaonal yang baik. Ini diperlukan agar antara coach dan coachee bisa menjadi mitra yang menentukan keberhasilan coaching yang berlangsung.

Di samping itu terjadinya masalah karena kurangnya pemahaman tentang pembelajaran sosial emosional. Saya yakin jika pembelajaran sosial emosional berjalan dengan baik maka akan mengurangi permasalahan pembelajaran. Coaching clinic juga akan jarang dilakukan karena sosial emosional guru dan siswa sudah teratur dengan baik, jadi konflik akan jarang terjadi.Koneksi Antar Materi