Diberikan nikmat sakit, ada banyak hal yang mesti disyukuri. Setidaknya, dengan sakit yang melanda, hubungan dengan Allah semakin membaik, semakin dekat dengan-Nya. Selain itu, sakit juga bisa menjadi moment untuk mengistirahatkan tubuh dari berbagai aktivitas, yang selama ini mungkin bekerja di luar batas normal.

Seimbang dalam memberikan hak tubuh sangat penting untuk dilakukan. Bahwa tubuh bukan hanya untuk bekerja, makan dan liburan. Tapi ia juga butuh olahraga dan rutin pemeriksaan kesehatan. Jadi ingat selama ini cuma bekerja, bahkan kadang menggunakan waktu tidur untuk bekerja. Jika lelah, selalu menggunakan makan di cafe atau tempat yang bagus sebagai cara menghilangkan lelah. Pun liburan, pantang ada tanggal merah berderet, langsung angkat koper.

Itulah selama ini umumnya yang terjadi dan dilakukan. Tak peduli bagaimana kondisi tubuh, harapannya dengan liburan atau makan, tubuh akan kembali fresh.

Seperti halnya yang kulakukan. Tanggal merah berderet sayang sekali kalau diangguri. Akhirnya kubawa ransel sampai ke Berastagi, tujuannya cuma satu, bisa akrab sekeluarga dan tubuh kembali fresh. Sederhana dan tidak muluk-muluk.

Tapi ternyata keadaan berkata lain, tubuh bukan semakin fresh, cuaca yang sudah 2 hari hujan membuat tubuh menggigil dan bersin-bersin, padahal tujuan belum mencapai setengah perjalanan, masih jauh. Tapi untuk putar arah, kembali pulang juga tidak mungkin, karena jarak kurang lebih sama, apalagi kondisi jalan juga macet.

Alhamdulillah setelah beberapa kali berhenti untuk sekedar istirahat minum teh dan sholat, akhirnya bisa mengistirahatkan tubuh di hotel di sekitaran kota Berastagi. Sebelum masuk hotel, minuman vitamin C sengaja dibeli, karena selama ini hanya dengan minuman vitamin C tubuh bisa kembali baik.

Tapi mungkin karena tubuh memang sudah sangat tidak fit dan butuh ditangani, akhirnya kami mencari apotek, disana kami bertanya ke apoteker terkait apa yang saya derita dan obatnya.

Setelah makan dan minum obat, berharap tidur bisa membuat tubuh istirahat dan sehat kembali. Alhamdulillah, hidung terasa enakan, tidak lagi meler dan bersin-bersin, kepala juga baikan, tidak lagi terasa sakit luar biasa. Alhamdulillah, sepertinya akan semakin membaik, begitulah pikiranku waktu itu.

Tepat jam 3 malam, terbangun ingin ke kamar mandi dan tubuh hanya menggunakan atasan saja. Entah apa yang terjadi, tubuh ini tergeletak tak berdaya di sudut kamar mandi. Yang diingat cuma suami yang panik menepuk-nepuk pipi kanan kiri untuk istighfar, bangun, terus saja dia memanggil. Masih menurutnya, beberapa kali aku siuman, tapi langsung tak sadarkan diri lagi, terus saja begitu.

Saat sadar, aku sudah terduduk di toilet dan suami masih berusaha keras agar kondisiku sadar sepenuhnya.

Pelajaran dari apa yang terjadi :

1. Berikan hak tubuh secara seimbang, bekerja, makan makanan bergizi dan seimbang nutrisi(jangan hanya mengikuti nafsu), olahraga, liburan, rutin periksa kesehatan.

2. Kita tidak pernah tahu kapan dimana dan bagaimana saat asal menjemput, karena itulah kita diminta untuk melangkahkan kaki ke tempat yang baik dan menggunakan pakaian yang selalu menutup aurat.

3. Kita tak bisa hidup sendiri. Semakin bertambahnya usia, kita semakin butuh orang lain, bisa jadi pasangan kita. Bersikap jujurlah kepada pasangan, bahwa kondisi kita begini dan begitu. Kebersamaan dengan pasangan akan membuat ketergantungan satu sama lain. Lain halnya lagi, saat terjadi apa-apa dengan diri kita, maka ada pasangan kita yang menolongnya.

Bismillah, semoga kita selalu sehat.