Sri Yusniar

Pendidik bocah - bocah di desa kecil di Deli Serdang....

Selengkapnya
Navigasi Web
Patriotisme Bocah

Patriotisme Bocah

Aldo tinggal di Desa Cinta Kasih. Sebuah desa yang terkenal memelihara nilai-nilai kebersamaan dan cinta tanah air. Meskipun masih kecil, bocah itu tumbuh dalam lingkungan yang penuh semangat patriotisme.

Aldo sekarang duduk di kelas tiga SD Bintang. Di ruang kelas, Aldo dan teman-teman mendengar kabar gembira, akan diadakan Lomba Kreativitas Anak untuk merayakan Hari Kemerdekaan. Aldo yang penuh semangat langsung berdeklarasi. Mereka akan membuat pertunjukan untuk menghormati para pahlawan.

Dengan bantuan teman-temannya, Aldo merencanakan beberapa pertunjukan. Ada tarian tradisional, nyanyian lagu kebangsaan dan dramatisasi perjuangan pahlawan nasional. Mereka berlatih setiap hari setelah pulang sekolah. Terkadang ada saja hal-hal lucu terjadi. Salah mengingat lirik lagu atau saat melakukan gerakan tarian, menjadi bahan untuk tertawa bersama.

“Eh Roni, tanganmu itu agak lentiklah sikit! jangan kaku kayak gitu,” ucap Melan yang kemudian diikuti oleh tawa seisi kelas. Mereka tampak sangat menikmati apa yang dilakukan.

“Liriknya salah, Sinta!” ucap Maya mendengar Sinta bernyanyi. Sahabatnya itu menyanyikan lagu Satu Nusa Satu Bangsa dengan lirik yang terbalik-balik. Semua itu membuat mereka tertawa bahagia. Kelucuan membuat mereka semakin kompak.

Namun, tidak semua teman sekelas Aldo setuju dengan ide pertunjukan tersebut. Beberapa temannya merasa tidak perlu repot-repot dan menurut mereka, mereka itu terlalu kecil untuk memahami arti kemerdekaan.

“Ded, mau kemana?” Aldo terlihat menyentuh pundak Dedi, memintanya jangan pulang dulu. Anak itu hendak meninggalkan kelas, saat jam pelajaran usai.

“Ya, pulanglah! Untuk apa aku repot-repot seperti kalian.” Ia tak menggubris perkataan Aldo. Justru Dedi mengajak beberapa teman lainnya untuk pulang bersamanya. Aldo bersedih.

Kejadian ini berulang sampai beberapa hari, hingga hampir menyurutkan semangat Aldo. Semangatnya yang membara untuk berkarya bagi kemerdekaan bangsa hampir redup.

“Udahlah! Kita itu masih kecil. Tak perlu payah-payah begitu, Aldo!” Rehan teman sebangkunya pun ikut-ikutan menentangnya. Padahal anak itu sudah beberapa hari ikut latihan.

Namun, Aldo tidak menyerah. Ia ingin membuktikan bahwa anak-anak juga bisa berkarya dalam memperingati kemerdekaan.

Suatu hari, Aldo mendapat ide brilian. Ia mengajak teman-temannya untuk mengunjungi Panti Asuhan Mulia Hati. Panti itu berada di desa sebelah. Mereka berencana memberikan pertunjukan kemerdekaan di sana. Ini sebagai bentuk penghargaan kepada anak-anak panti asuhan.

“Aku setuju, Aldo. Ayo kita minta izin Bu Nana.” Ide Aldo langsung disetujui Indah. Teman lain pun terlihat manggut-manggut menandakan setuju. Anak-anak itu akhirnya menuju ruang guru untuk menjumpai Bu Nana, wali kelas mereka.

“Wah, ide yang sangat bagus itu.” Bu Nana menanggapinya dengan senyum mengembang, bangga dengan ide yang mereka utarakan.

“Ya sudah, kalian persiapkan dulu penampilan kalian ya! Nanti Ibu bantu. Kita sama-sama ke sana,” tambah Bu Nana sambil tersenyum.

“Aldo, Indah, tunggu dulu!” Bu Nana sedikit menjerit, yang membuat mereka terkejut dan langsung berhenti.

“Tapi, kalian harus izin orang tua kalian terlebih dahulu, oke!” ucap guru berjilbab dan berkacamata itu sambil berjalan ke arah mereka. Tak lupa dengan terus memasang senyum mengembang di wajah cantiknya.

“Baik, Bu!” ucap Aldo dan teman-temannya kompak.

Jam pulang sekolah, setelah latihan hari ini, mereka pun mengikuti saran Bu Nana untuk meminta izin terlebih dahulu kepada orangtua masing-masing.

“Ide yang bagus itu, Do! Ya sudah nanti Ibu titip makanan juga untuk anak-anak panti asuhan ya, Nak.” Ibunya Aldo merasa senang dengan ide anaknya. Beliau menyemangati dengan menitipkan makanan untuk dibawa ke panti asuhan.

Setelah mendapatkan izin dari guru dan orangtua, anak-anak bersiap-siap untuk pertunjukan spesial di Panti Asuhan Mulia Hati. Mereka membawa bendera merah-putih, pakaian adat dan semangat patriotisme yang berkobar-kobar. Bu Nana sebagai wali kelas tiga, ikut mendampingi untuk memberikan dukungan.

“Aldo, tunggu! Aku ikut ya…” teriak Rehan yang akhirnya tertarik ingin ikut. Sontak membuat Aldo dan teman lainnya merasa senang dan menambah semangat.

Di sudut ruangan, Dedi dan teman-temannya seolah bersiap akan pulang. Mereka memandang tak acuh. Padahal sebenarnya tertarik untuk ikut, tapi malu. Mereka hanya diam dan memperhatikan saja. Namun tak juga anak-anak itu beranjak pulang.

Aldo dan teman-teman dengan langkah mantap menuju panti asuhan Mulia Hati. Saat tiba di sana, mereka diterima dengan sangat baik oleh pengurus panti. Anak-anak panti asuhan juga menyambut senang.

Pertunjukan dimulai. Aldo dan teman-teman melihat senyum bahagia di wajah anak-anak panti asuhan. Mereka menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat, menari dengan ceria dan memainkan peran pahlawan dengan antusias. Seiring pertunjukan berlangsung, semakin banyak anak di panti asuhan yang ikut terlibat. Mereka merasakan kehangatan persahabatan dan semangat kemerdekaan.

Saat pertunjukan selesai, anak-anak panti memberikan ucapan terima kasih kepada Aldo dan teman-teman. Mereka merasa sangat beruntung dapat merayakan Hari Kemerdekaan ini. Pertunjukan begitu indah dan penuh makna. Aldo dan teman-teman merasa bangga bisa memberikan kebahagiaan kepada anak-anak tersebut.

Kembali ke sekolah, semangat patriotisme Aldo dan teman-teman menular kepada siswa lain. Akhirnya Dedi dan beberapa temannya yang awalnya menentang idenya, ikut mendukung dan terlibat. Mereka tidak hanya merayakan kemerdekaan dengan ikut perlombaan, tetapi juga dengan berbagai kegiatan sosial yang melibatkan seluruh masyarakat. Desa Cinta kasih menjadi semakin bersatu dan penuh kebahagiaan.

Hari Kemerdekaan tiba. Desa Cinta Kasih meriah dengan berbagai acara. ‘Lomba Kreativitas Anak-Anak’ diikuti dengan semangat oleh seluruh anak desa. Aldo dan teman-teman memenangkan lomba, tetapi yang lebih penting, mereka merasa telah memberikan hal positif dan berkarya untuk masyarakat.

Patriotisme Aldo dan teman-temannya membuktikan hari ini, bahwa kecil bukanlah penghalang untuk berbuat baik dan mencintai tanah air. Mereka memahami bahwa kemerdekaan tidak hanya milik orang dewasa, melainkan hak semua generasi, bahkan bocah sekalipun. Semangat itu terus berkobar dalam setiap langkahnya, menjadi cahaya, menerangi Desa Cinta Kasih dan mewarnai masa depan yang lebih cerah.***

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post