Sesajen
Sesajen
"Lain kali gak boleh kayak gitu, itu untuk buyutmu, apa kau gak dikasih makan?" Nenek ngomel terus, sementara aku yang masih megang paha ayam kampung, gak berani melanjutkan memakannya, jongkok menghadapi satu bakul sesajen yang diletakkan di sudut kamar nenekku.
Paha ayam masih kupegang, rasanya manis, gurih, ah entahlah, baru kali itu makan ayam lagi setelah lebaran tahun lalu. Saat itu aku masih kelas 1 SD. Nenek masih memandangi dan mengomeliku, tak kudengarkan apa yg ia katakan, yang kupikirkan cuma satu, menghabiskan ayam engkung yang kupegang ini.
"Udah keluar, mandi sana!", alhamdulillah perintahnya menyelamatkan ayam yang kupegang. Aku segera berhambur keluar, masuk ke kamar mandi, melanjutkan aktivitas makan ayam engkung yang menurutku sangat endulita.
Ya begitulah dulu, selalu ngintip makanan sesajen yang dibuat khusus oleh nenek, kalau di rumah, bapak dan mamak memang tidak pernah bikin yang beginian.
Aktivitas makanin sesajian ini sampai SMP kalo gak salah, waktu itu aku menyayangkan saja kenapa harus dibuat begitu, sampai basi kemudian dibuang. Kan sayang, mubadzir. Maka dari sanalah sering kuintip, nenek pas naruh sesajian ini. Kami cucu nenek ada berdua waktu itu, nenek pergi langsung kami makanlah itu ayam, pisang dan bubur. Makanan lain biarlah yang makan jinnya.
Pernah juga sesajian di kuburan cina kami ambil, waktu itu pas imlek atau apa gitu, rame makanan ditaruh di depan kuburan. Nah waktu itu, kita berdua dan kawan² lain yang sedang sepedaan melihat jeruk, apel, kue apam disitu, weeesss.., kami ambillah itu beberapa buah jeruk dan apel, terus kita makan sepanjang jalan. Waktu itu, yang kita pikirkan cuma sayang, mubadzir makanan dibuang-buang, itu saja. Eh ada lagi ding, kita juga jarang di rumah makan begituan, hahahaha.
Sebenarnya apa sih sesajen itu? Boleh gak sih dalam agama kita?
Sesajen menurut KBBI adalah makanan (bunga-bungaan dan sebagainya) yang disajikan untuk orang halus dan sebagainya. Sesajen adalah tradisi adat budaya Indonesia, ia diperuntukkan untuk arwah para leluhur yang sudah meninggal.
Sesajen dipersembahkan dengan niat untuk keselamatan, pertolongan yang ditujukan kepada keluarga yang sudah meninggal. Permohonan agar kita tetap sehat, selamat, dijauhkan dari segala bala. Inilah yang tidak sesuai dengan Islam, bahwa hanya Allahlah tempat kita meminta, bukan kepada lainnya.
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (Syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar," (QS An-Nisa:48).
Lah bagaimana hukumnya memakan makanan sesajen itu?
Dari beberapa sumber, jika daging yang disembelih dengan menyebut nama Allah maka boleh dimakan. Namun jika niat menyembelih tidak atas nama Allah maka haram memakannya. Jika buah-buahan, kue atau roti boleh dimakan.
Namun tetap saja, kita harus meluruskan pemahaman orang yang memberikan sesajen tersebut. Bukan hanya dibiarkan, kemudian diam-diam memakan makanan yang jadi persembahan itu.
Nah cara memberitahu juga harus dengan cara yang baik, lagi-lagi hindari marah apalagi dengan kekerasan. Karena niat kita juga kan baik, maka lakukanlah dengan cara yang baik-baik juga.
Semoga kita selalu menjadikan Allah sebaik-baik penolong.
Gambar diambil dari :
**(censored)**
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tulisan yang informatif dan edukatif. Mantab. Salam literasi, sukses selalu.
Terima kasih Pak
Ceritanya keren.. mantap. Salam sukses
Terima kasih Pak
Keren. Memang sebagian masyarakat msh mempercayainya, sulit untuk merubah tradisi. Di daerah saya juga masih ada. Salam Literasi. Salam kenal
Salam kenal kembali bu, Terima kasih