Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web

Menulis : Jangan Jadikan Sekedar Hobby Melainkan Kewajiban

MENULIS : JANGAN JADIKAN SEKEDAR HOBBY, TAPI KEWAJIBAN !

Oleh : SUAEFI LATIF (Peserta Sagusabu Banten 1)

Kompleks Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B) di Jalan Syekh Nawawi Albantani Senin pagi itu tampak ceria menyambut 6 ladies Smanjas plus sopirnya. Sayang sekali tak tampak satu spanduk pun terpasang menandakan ada acara besar di kawasan itu. Spanduk pertanda bahwa lokasinya di situ, bukan di tempat lain. Gerbang KP3B lewat sudah tanpa diperiksa petugas sekuriti. Mesjid Raya nan megah di kompleks pemprov sudah terlewati, belum ada tanda-tanda gedung Bapeda yang dituju. Tak ada orang yang bisa kami tanya. Kabar baiknya di depan ada abang anggota pasukan oranye sedang giat menyapu jalan. Lantas tak hentikan mobil di sampingnya. Kaca jendela kiri tak buka, dan Bu Lia mengajukan pertanyaan lugas. "Mang, punten. Kalau gedung Bapeda yang mana, ya?"

Mengikuti petunjuk petugas kebersihan itu, kami segera meluncur terus belok kiri lantas belok kanan. Sampailah ke depan sebuah gedung megah 3 lantai yang di halamannya ada plang dengan tulisan cukup besar : BAPEDA. Saya pun turun dan bergegas menuju ruang lobby sekedar untuk memastikan bahwa lokasi acara diklatnya tepat di situ.

Setelah informasi fixed, saya kembali ke mobil. The Six Ladies semuanya masih di dalam mobil.

"Ayo semua turun, ladies! Tempatnya benar di sini," kata saya sambil membuka pintu depan. Berhamburanlah the six ladies masuk ke Gedung Bapeda Pemprov Banten. Sementara saya mencari tempat parkir di seberang gedung itu yang rumput hijaunya bikin ngiler untuk pasang tenda pramuka.

Dari parkiran sepintas tak lihat ke arah gedung, ternyata mereka sudah lenyap di balik pintu utama. Bergegas saya juga menuju gedung itu, bukan karena sekedar ingin bergabung dengan para ladies, tapi karena sudah kebelet pipis. Maklum, sopir yang ini tak biasa buang sampah sisa metabolisme tubuh di sembarang tempat. Harus pada tempatnya di balik pintu yang tertulis : Toilet Pria. Pernah sih sekali waktu dulu salah masuk, -saking kebeletnya, ke toilet wanita. Saat ke luar dari toilet itu di depan pintu sudah berbaris kaum yang punya hak atas toilet itu. Salah satunya berujar nyolot :

"Gak bisa baca, ya?"

"O tidak, karena ini juga buat wanita!" ujar saya santai sambil menunjuk bagian bawah perut.

Kembali ke laptop! Eh, acara Sagusabu. Saat kami sampai di aula Gedung Bapeda lantai III yang dipimpin Bapak Hudaya itu, lagu kebangsaan Indonesia Raya sedang dinyanyikan persis di bait terakhir. Karena kami harus ke toilet dahulu, tentunya hanya bisa mengikuti acara pada sesi ke- 2, yaitu sesi sambutan baik dari Ketua Pelaksana, Ibu Dewa maupun Kabid GTK Disdik Pemprov Banten Ibu Vina yang didapuk membuka secara resmi pelatihan ini.

Menyoal rendahnya literasi kita pada sambutan pejabat provinsi paling ujung kulonnya tanah Jawa ini, penyebab utamanya adalah belum tertanamnya kebiasaan membaca dan menulis sejak dini.

Literasi masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Sebuah survei yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain yang bekerja sama dengan sejumlah peneliti sosial menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara terkait minat baca. Rangking ke-2 dari bawah!

Survei itu dilakukan sejak 2003 hingga 2014. Indonesia hanya unggul dari Bostwana yang puas di posisi 61 alias juru kuncinya. Sedangkan Thailand berada satu tingkat di atas Indonesia, di posisi 59. Miris sekali, kan? Penyebab lainnya menurut beliau adalah akses pendidikan yang belum merata di negeri ini. Utamanya adalah sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan program literasi. Apalagi di provinsi bungsu di Pulau Jawa ini. Antara Tangerang Raya,--kabupaten dan kota serta Tangsel, sangat timpang kemajuannya dengan Kabupaten Lebak dan Pandeglang.

Mendengar pernyataan Bu Vina ini, saya jadi ingat bagaimana perjuangan anak-anak sekolah di Banten Selatan yang mau ke sekolah harus meniti jembatan maut dari tali mirip di adegan film Indiana Jones dulu. Gambar-gambarnya cukup viral beberapa waktu yang lalu.

Gambar 1 : Jembatan Gantung Ci Berang, Lebak.

(Sumber : www.kaskus.co.id/10_jembatan_berbahaya_di_indonesia_ala_indiana_jones)

Tentang upaya pemerintah untuk meningkatkan dan membudayakan literasi, masih menurut Bu Vina, adalah pengiriman buku tanpa biaya alias gratis setiap tanggal 17 melalui PT POS. Dengan kebijakan ini, diharap harga buku bisa lebih terjangkau karena telah menihilkan biaya transportasi.

Terakhir yang berkaitan langsung dengan diklat bagi calon penulis ini menurut beliau, paradigma lama kita yang harus diubah menjadi paradigma baru. "Menulis jangan dijadikan sekedar hobby, melainkan kewajiban!"

Nah, karena menulis sudah menjadi kewajiban, ijinkanlah saya memposting tulisan ini.

**************

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Silahkan. Dan tulisan ini cukup bergizi untuk santapan pagi. Salam literasi.

20 Dec
Balas

Salam literasi juga.

25 Dec

Ayo, Ibu juga pasti bisa. Yang penting mulai ngetik, trus periksa, ngetik lagi dan kirim.

25 Dec
Balas

Top markotop pokona mah pa..

21 Dec
Balas



search

New Post