Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pasir Reungit : Trek Pendakian G. Salak yang Super Basah
Ci Kuluwung, Gunung Salak, Bogor.

Pasir Reungit : Trek Pendakian G. Salak yang Super Basah

Pasir Reungit : Trek Pendakian G. Salak yang Super Basah

Oleh Suaefi Latief

Sarapan pagi itu luar biasa. Tenda darurat di Bumi Perkemahan Gunungbunder di Kawasan Wisata Gunung Salak Endah yang dipasang khusus oleh pemilik warung telah jadi saksi sarapan kami yang 'wah'. Bukan menunya yang bikin lain dari yang lain. Nasi putih sambal terasi plus tomat. Mie goreng dan telur ayam balado ditambah pisang ambon untuk cuci mulutnya. Biasa saja, kan? Tapi karena 'kemewahan' tenda darurat itu yang dipasang tidak jauh dari warung. Hanya 2 meter kurang sedepa jaraknya dari warung. Tapi posisinya persis di lembah, untuk mencapainya kita harus menuruni lereng licin karena hujan semalam. Di dalamnya selain meja terpasang dengan menu lengkap tadi, terpasang pula alas duduk kami ber-52 tim Geotrek MataBumi. Tentu saja dengan tenda ukuran 4,5 X 3 m itu mampu menampung semua anggota tim, sehingga sebagian ada yang makannya nongkrong di luar tenda. Beruntung aku kebagian tempat duduk beralas plastik bahan yang sama dengan atap tenda itu. Dengan sigapnya aku duduk bersila di samping peserta Geotrek lainnya. Apa lacur, kenikmatan santap pagi itu terganggu oleh sesuatu yang terasa dingin menembus celana luar dan dalamku! Pantas orang lain tak ada yang mau duduk di situ, rupanya tanah basah sisa hujan semalam begitu diduduki mampu menembus alas parasut itu.

Walaupun begitu, sarapan tetap kulanjutkan. Mengumpulkan energi untuk pendakian itu penting, Bro! Tapi rasanya agak aneh dengan celana basah di bagian pantat itu. Begitu beres urusan ngisi perut, tempat yang pertama kucari adalah toilet. Pertama untuk mengeringkan dengan memeras kandungan air rembesan alas tenda pada celanaku. Kedua sekalian buang air kecil, karena aku tak mau di perjalanan harus 'ngompol' lagi. Aku tak biasa buang air sembarangan. Dan untungnya warung itu juga menyediakan toilet representatif di belakangnya.

Keluar dari toilet tim Geotrek sudah berkumpul di halaman warung. Mereka berbaris membentuk lingkaran besar. Aku pun menyelinap di sela-sela Pak Yudi dan Pak Naka.

"Kita berkenalan dulu. Ada beberapa anggota tim yang baru ikut Geotrek kali ini. Tinggal sebutkan nama dan tempat tinggalnya secara bergilir. Terakhir nanti mohon Pak Latief memimpin do'a!" begitu komando Pak Titi sebagai sesepuh dan interpreter Geotrek MataBumi memberi arahan. "Mulai dari Bu Mima!" tambahnya.

Kami pun secara bergantian memperkenalkan diri. Ada yang dari Tangerang Selatan, Pak Yasa namanya dngan keponakannya usia 12 tahun Rafi yang belakangan ku ketahui pintar dan fasih berbahasa Inggris. Ada yang dari Bogor juga seperti aku Pak Rudi dan Bu Asih. Ada yang dari Jakarta tapi kebanyakan dari kota Bandung.

Sementara yang lain sibuk memperkenalkan diri, aku justeru sibuk memikirkan kenapa Pak Titi menunjukku untuk memimpin doa? Apa karena rambutku yang 99 % memutih atau karena alasan lain. Kenapa aku berpikir seperti itu, karena saat kuliah di Bandung dulu aku lebih banyak dipanggil Latief dari pada Efi seperti di tempat kerjaku sekarang. Dan Pak Titi jelas-jelas kakak kuliahku dan lebih jelas lagi tadi dengan tandas menyebut nama itu sebagai pemimpin doa. Untung aku tidak segera membaca doa pada waktunya, memilih menunggu dipertegas lagi, ternyata Pak Yudi maju selangkah mendahuluiku dan mulai membaca ummul Qur'an sebagai pembuka doa. Walaupun masih dilanda tanda tanya, sejatinya aku senang ada yang lebih pantas dan mau memimpin doa.

Selang beberapa menit berikutnya kami sudah melakukan pendakian via pos Pasir Reungit di dekat Buper Gunungbunder ini. Dengan beriringan kami melangkah. Yang menarik di Pos Pasir Reungit ini banyak terpasang spanduk dan banner peringatan agar tidak membuang sampah. "Gunung bukan tempat buang sampah!" misalnya dan masih banyak versi lainnya yang intinya sama. Tak lupa aku pun berswafoto dan minta tolong difoto dengan kamera Canon mungilku.

Perjalanan awal kemiringan 30 derajat sampai 35 derajat saja dengan jarak 300 m. Kondisinya pun trek kering dengan batu kerakal terpasang rapi. Harus hati-hati hanya karena batu licin akibat hujan semalam. Sambil berjalan kami terus menerus mengambil gambar baik dengan kamera berbagai merk dan model maupun dengan hp android masing-masing. Tak ada hal yang menarik yang luput dari jepretan kami. Yang unik dan menarik tentunya. Buat dipajang di sosmed atau sekedar koleksi seperti kebiasaanku. Kalau aku, kondisi jalur pendakian yang super basah menjadi objek bidik kameraku. Berbeda dengan saat pertama ke Kawah Ratu tahun1993 lalu via jalur Cimelati Sukabumi yang kering, di jalur ini benar-benar basah!

Mulai ketemu jalur yang basah setelah km 0,5 Pasir Reungit. Trek menyusuri Ci Kuluwung yang sejernih embun harus kami lalui. Batu-batu andesit berlumut sebesar bongkah dan kerakal harus kami lalui. Tak jarang kami tergoda untuk jongkok membasuh muka yang mulai berkeringat. Tentu dingin menusuk tulang temperatur airnya. Tak jarang pula kami mengambil foto dengan objek gemericik air diantara bebatuan terjal berlumut atau flora unik yang menghiasi sepanjang trek basah itu. Selain pohpohan, parasi dan harendong si hitam manis serta pucuk pteridophyta sp yang anggun tak luput dari jepretan kameraku.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waahh kereen Pak.. Jadi ingat masa lalu

17 Feb
Balas

Trims Bu Edit. Walau belum sejago Bu Edit, saya mulai menulis lagi. Meniru Bu Edit dg menulis di hp. Apa lacuur, bbrp kali naskah yg hampir selesai malah hilang karena salah pijit. Dasar gaptek!

17 Feb



search

New Post