Suaefi Latief

Saya guru jaman old di alam jaman now. Mencoba untuk menyelami atmosfer jaman now yang beda banget dengan jaman kejayaan Sandiwara Radio Saur Sepuh dan Sinlat K...

Selengkapnya
Navigasi Web

STOP MENEBAR ENERGI NEGATIF ITU !

STOP MENEBAR ENERGI NEGATIF ITU !

Kata-katanya masih terngiang di telinga. Masih segar dalam ingatan. Saat itu, sesi Pelatihan Sagusabu Banten 1, narasumber Mohammad Ihsan mewanti-wanti dengan sangat agar grup WA Kelas Sagusabu Banten tidak dijadikan ajang curhat. Khususnya curhat soal mood yang tak kunjung datang. Atau curhat tentang mandeg alias macetnya ide penulisan dan sejenisnya.

"Dilarang keras mengunggah hal-hal negatif segala macam keluhan di grup!" ujar Pak Ihsan tegas.

"Sekali ada seorang yang upload hal semacam itu, pasti akan banyak yang menimpali. Akibatnya akan timbul perasaan oh ternyata saya tidak sendiri. Ada banyak teman yang senasib. Perasaan senasib sepenanggungan ini justru akan menjadi energi negatif yang menjadi tembok penghalang tujuan Anda menjadi penulis!"

Olala...! Tepat sekali ramalan beliau. Barusan saya menghentikan chatting antara Bunda Risma dengan Umi Rika. Berawal dari Umi yang menulis begini :

"Baru beberapa lembar . Umi sudah mati gaya, kata anak saya.”

"Jalanan malam minggu macet. Persis seperti tulisanku." Bunda Risma menimpali.

"Haaa.... Sama, Bu Risma," timpal Umi Rika pula.

Pada tahap inilah saya mencoba mengintervensi percakapan mereka berdua. Saya pikir ini sudah tiba pada tahap yang diwanti-wanti oleh Pak Ihsan. Apalagi timpal menimpalinya itu sudah persis yang diprediksi. Saling meng-iya-kan permasalahan yang dihadapi. Maka saya menyelinap di antara obrolan mereka berdua yang disaksikan segenap anggota grup karena mereka ngobrolnya di tempat umum. Saya cuma mengingatkan pesan sakti CEO MediaGuru. Enggak dilebihi enggak dikurangi.

Walhasil, obrolan mereka terhenti. Jangan marah ya, Bunda. Ojo ngambek yo, Umi. Saya cuma beramar ma'ruf, sekedar mengingatkan agar kita tetap menjaga semangat mewujudkan cita-cita dan obsesi bersama sesuai platform yang sudah disepakati bersama di grup.

"Kata Pak Ihsan, kita tidak boleh curhat di grup soal kemacetan tarian jemari di atas keyboard. Bahayhay, mempengaruhi yang lain," tulis saya.

Mahesya mengirim emosicon nyengir kuda.

Ibu Ermawati menambahi. Rupanya beliau mengetik bersamaan dengan saya tapi dikirimnya duluan saya. Akibatnya isi tulisannya masih seirama dengan Bunda Risma dan Umi Rika. Ini chat dari beliau: "Hari ini anak bungsu saya yang sudah SMK ngambek enggak mau makan karena menunya goreng jengkol dan tempe. He he he...bikin ceplok telor sendiri akhirnya. Emaknya sih, sok sibuk di depan komputer."

Ibu Ermawati yang baik hati. Tak usah Ibu merasa bersalah karena Ibu sudah menjalankan kewajiban memasak buat keluarga goreng jengkol dan goreng tempe. Si bungsu enggak mau makan goreng jengkol, dan memilih bikin ceplok telor itu hanya masalah selera saja. Memang tak banyak yang suka dengan jengkol bukan karena takut asam urat. Takut baunya tak hilang-hilang. Apalagi remaja era ayeuna. Ibu lupa, ya? Ini malam Minggu! Kalau mau disesali, kenapa memilih masak jengkol di jelang malam minggu begini? Soal waktu yang berharga antara masak dengan ngetik naskah, tak pikir malah lebih praktis bikin telor mata sapi dari pada goreng jengkol. Jengkol kan harus dikupas dulu kulit tebal dan kulit arinya terus dibelah dua dan diiris-iris jadi empat iris baru digoreng. Sedangkan nyeplok telor tinggal panaskan wajan dengan sedikit minyak goreng atau margarin langsung pecahkan telor ayam di atasnya. Adrakadabra! Jadilah telor ceplok yang mirip mata seekor banteng yang sedang ngambek karena lubang kupingnya dimasuki lalat. Betul?

************

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus sekali pencerahannya, Pak Suaefi. Semua penulis hrs selalu semangat. Atasi semua persoalan tanpa keluhan.

07 Jan
Balas

Betul sekali Mas Edi dan Mbak Raihana. Salam literasi juga buat semua Gurusianer.

07 Jan
Balas

Terimakasih Pak. Iya Pak kita harus menebar energi positif.Semangat! Salam Literasi.

07 Jan
Balas



search

New Post