PTK
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
( PTK )
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMUKUL BOLA KASTI MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 02 LURAGUNG KECAMATAN KANDANGSERANG KABUPATEN PEKALONGAN
SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN
2022 / 2023
Oleh :
SUBEKHI
NIM. 2398014261
PENDIDIKAN PROFESI GURU DALJAB GELOMBANG 3
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN
Penelitian Tindakan Kelas
“ Peningkatan Hasil Belajar Memukul Bola Kasti Melalui Modifikasi Alat pada Siswa Kelas V SD Negeri n02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan Semester
Ganjil Tahun Pelajaran 2022 / 2023 “
Telah disahkan dan ditanda tangani
Luragung, Desember 2022
Mengetahui Kepala Sekolah Pembuat AHMAD MODHOFAR,S.Pd.SD SUBEKHI, S.Pd NIP. 196911231994081002 NIP. 197110262005011004
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena limpahan Rahmat serta anugrah darinya sehingga dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar memukul Bola Kasti melalui Modifikasi Alat pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022/2023.
Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui cara meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui modifikasi alat pembelajaran sehingga pembelajaran PJOK dapat berjalan lebih baik dan dapat menjadikan sebuah inovasi bagi guru khususnya guru PJOK di SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan .
Terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan nlaporan ini. Semoga penelitian ini dapat menjadi acuan saya maupun rekan guru yang lain dalam membuat penelitian kelas atau karya lainnya.
Luragung, Desember 2022
Peneliti
SUBEKHI,S.Pd
NIP. 197110262005011004
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………….. i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1. LATAR BELAKANG………………………………………………….. 1
2. RUMUSAN MASALAH…………………………………………........ 2
3. TUJUAN PENELITIAN……………………………………………….. 2
4. MANFAAT PENELITIAN…………………………………………….. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………. 4
A. KAJIAN TEORI……………………………………………………….. 4
BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………………….. 17
1. SUBYEK PENELITIAN………………………………………………. 17
2. OBYEK PENELITIAN………………………………………………... 17
3. WAKTU PENELITIAN……………………………………………….. 17
4. LOKASI PENELITIAN……………………………………………….. 17
5. PROSEDUR PENELITIAN…………………………………………… 18
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 23
1. HASIL PENELITIAN…………………………………………………. 23
2. PEMBAHASAN………………………………………………………. 32
BAB V PENUTUP………………………………………………………… 35
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 37
BAB I
PENDAHULUAN
A . LATAR BELAKANG MASALAH
Hambatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah terutama di Sekolah Dasar, adalah kurang memadainya sarana yang dimiliki oleh sekolah-sekolah tersebut. Disamping itu adalah masih kuatnya ketergantungan para guru penjas pada sarana yang standar serta pendekatan pembelajaran pada penyajian teknik-teknik dasar yang juga standar sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Kedua hal tersebut menyebabkan pola pembelajaran yang kurang variatif dan cenderung membosankan siswa peserta didik.
Saat ini sarana dan prasarana untuk kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah-sekolah dasar masih memprihatinkan.Jangankan kuantitasnya, kualitas kelayakan untuk terselenggaranya kegiatan penjas yang nyaman masih jauh dari harapan. Hal tersebut sulit untuk dihindari, karena keberadaan sekolah yang semakin terasa sempit, apalagi bila kebijakan pemerintah atau sekolah kurang berpihak pada kegiatan pendidikan jasmani.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mungkin saja di beberapa sekolah dasar hanya mempunyai lahan untuk kegiatan penjas berupa halaman untuk upacara bendera, dan itupun sudah boleh dikatakan ada, karena di atasnya masih dapat digunakan untuk berbagai kegiatan penjas ala kadarnya. Ketergantungan guru penjas pada sarana standar seringkali menghambat aktivitas pembelajaran penjas. Apalagi bila jumlah alat yang dimiliki sekolah tidak sesuai dengan jumlah siswa yang diajar. Disisi lain, keberadaan struktur fisik, kondisi fisik dan kemampuan fisik siswa sekolah dasar masih belum memadai untuk kegiatan yang mengacu pada standarisasi alat maupun lapangan. Beratnya alat-alat yang digunakan permainan olahraga seringkali menganggu dalam hal penguasaan keterampilan dasar permainan tersebut. Demikian pula dengan jenis permainan kasti. Hal ini bisa dimengerti, karena sekolah mempunyai kebutuhan yang sangat banyak dan hamper semuanya mempunyai tingkat urgenitas yang tinggi untuk dipenuhi oleh sekolah. Sehingga menuntut sekolah utnuk menyediakan bola kasti sesuai dengan kondisi ideal, merupakan suatu yang tidak realistis dan lebih jauhnya bisa menimbulkan gejolak dan iklim yang tidak kondusif di sekolah. ( I Gusti Ketut Wardana , Gatot Darmawan : 2013 , 459 – 462 )
Berdasarkan observasi awal ditemukan rendahnya hasil belajar memukul bola kasti di kelas V SD Negeri 02 Luragung . Dari siswa berjumlah 26 terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 12 siswa Perempuan . Dari sejumlah 26 siswa di dapati 13 siswa (50%) yang mendapat nilai di bawah KKM ( 72 ) sedangkan 13 siswa yang lain telah memperoleh nilai di atas KKM .
Rendahnya hasil belajar tersebut disebabkan dari guru PJOK yang masih melaksanakan pembelajaran yang bersifat konvensional . Artinya guru mengajar dengan cara yang tidak menarik karena monoton dan membosankan , sehingga motivasi peserta didik dalam mengikuti lasticn sangat kurang. Apabila kondisi ini dibiarkan terus menerus, maka secara tidak disadari akan mempengaruhi terhadap lastic kesegaran jasmani dan penguasaan keterampilan gerak siswa yang
semestinya dapat dikembangkan sesuai perkembangan gerak seusianya. Dengan demikian potensi siswa tidak dapactobmemrkietmtobuansegrseperti yang diharapkan.
Rendahnya hasil belajar juga di sebabkan dari peserta didik itu sendiri , karena peserta didik masih kurang memperhatikan cara memukul bola kasti yang telah di jelaskan oleh guru bagaimana caranya memukul bola dengan benar. Di samping itu peserta didik takut terkena lemparan atau lambungan bola sehingga akurasi perkenaan bola pada saat memukul tidak tepat . Kemudian sarana dan prasarana yang ada di SD Negeri 02 Luragung Kecamatan kandangserang Kabupaten Pekalongan kurang memadai sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran permainan kasti kurang maksimal.
Oleh karena itu penulis memilih media modifikasi alat yaitu pemukul dengan kayu papan dan bola kasti sebenarnya di ganti dengan bola lastic yang di isi kertas untuk mengatasi masalah tersebut. Mengapa memilih media modifikasi karena dengan memodifikasi alat akan mempermudah peserta didik dalam melakukan ketrampilan memukul bola dalam permainan kasti.
B . RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas ini yaitu Bagaimana meningkatkan hasil belajar memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2022 / 2023?
C . TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah Untuk meningkatkan hasil belajar memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan Semester ganjil tahun Pelajaran 2022 / 2023
D . MANFAAT PENELITIAN
1 . Bagi sekolah yaitu Guru – guru yang kreatif dan inovatif dengan selalu berupaya meningkatkan hasil belajar siswa, secara langsung akan membantu sekolah yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan Pendidikan untuk mendidik siswanya. Dengan demikian tidak dapat di pungkiri lagi manfaat PTK untuk sekolah, sebab keberadaan dan sikap guru memiliki hubungan yang erat dengan kemajuan suatu sekolah. Sekolah yang di huni oleh orang – orang yang tidak kreatif akan sulit memajukan sekolah yang bersangkutan. Sebaliknya manakala guru – guru di suatu sekolah memiliki sikap profesionalitas yang tinggi, kreatif dan inovatif , maka terbuka kesempatan bagi sekolah yang bersangkutan untuk maju dan berkembang
2 . Bagi Guru yaitu :
- PTK dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
- PTK juga dapat mendorong guru untuk memiliki sikap professional.
- Guru akan selalu mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Keberhasilan PTK dapat berpengaruh terhadap guru lain.
3 . Bagi Siswa yaitu :
- PTK dapat mengurangi bahkan menghilangkan rasa jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran.
- PTK dapat menciptakan suasana baru yang dapat meningkatkan gairah belajar siswa.
- PTK dapat berpengaruh positif terhadap pencapaian hasil belajar siswa.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A . Kajian Teori
1 . Pengertian Hasil Belajar.
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada
semua orang dan berlangsung seumur hidup,sejak masih bayi (bahkan
dalam kandungan) hingga liang lahat.Salah satu pertanda bahwa seseorang
telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat
pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) maupu menyakut
nilai dan sikap (afektif).
H.C. Witherington dalam educational psychology menjelaskan
pengertian belajar sebagai sesuatu perubahan didalam kepribadian atau
suatu penegtian.Gage Berlinger mendefinidikan belajar sebagai suatu
proses simana suatu organism berubah prilakunya sebab akibat dari
pengalaman. Belajar memiliki ciri-ciri sebaga berikut .
1. Adanya kemamapuan baru atau perubahan.perubahan tingkah laku
tersebut bersifat pengetahuan (kognitif),keterampilan
(psikomotor),maupun niali dan sikap (afektif)
2. Perubahan itu tidak berlangsung tidak sesaat saja,melainkan menetap
atau disimpan.
3. Perubahan itu tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha
perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkunganaya.
4. Perubahan tidak semata mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau
kedewasan,tidak karena kelelahan,penyakit atau pengaruh obat-obatan
Jerome S, Bruner (Muhibin syah, 2003:110) belajar itu
merupakan aktivias yang berproses sudah tentu di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap, perubahan-perubahan yang
terjadi melalui tahapan antara satu dan lainnya secara berurutan dan
fungsional. Dalam proses belajar siswa menempuh tiga tahapan
diantaranya:
a. Tahap Informasi
Seorang siswa yang sedang belajar, diantara informasi yang
diperoleh itu ada yang sama sekali baru ada pula yang yang
berfungsi menambahkan dan memperdalam pengetahuan yang
sebelumnya
b. Tahap Transformasi
Informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual
atau supaya nantinya dapat dimanfaatkan pada yang lebih luas.
c. Tahap evaluasi
Seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana
informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan
untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadap
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh sesuatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.(Slameto 2005 : 2)
Nana Sujana (2009 : 5) memberikan arti belajar adalah
sebagai berikut.“Belajar adalah suatu proses yang disadari
dengan perubahan pada diri seseorang sebagai hasil proses dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain pada
indvidu yang belajar. Perubahan tingkah laku tersebut karena
adanya interaksi”
Skiner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku
pada saat orang belajar, maka responnya menjadi baik.
Sebaliknya bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dimyati (1999: 9) Menurut Athiyah al-Abrasyi (2004 : 6) Belajar
adalah suatu kewajiban agama yang diwajibkan oleh Islam atas
setiap muslim laki-laki dan wanita.
Sementara itu Oemar Hamalik (2004 : 27) dalam bukunya
Proses Belajar Mengajar. Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Maksudnya belajar
merupakan proses bukan suatu hasil atau tujuan. Beliau juga
menyebutkan ada tiga ciri-ciri belajar sebagai berikut:
1) Belajar adalah perubahan tingkah laku
2) Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental
3) Cara belajar yang hasilnya menetap.
Dari sekian banyak definisi tentang belajar, pada
dasarnya belajar selalu berkenaan dengan perubahan-perubahan
pada orang belajar tersebut, serta hal lain yang terkait dengan
dalam belajar adalah pengalaman. Yakni pengalaman yang
terbentuk interaksi dengan orang lain ataupun lingkungannya.
Sardiman A.M (2006 :23)
Proses belajar ditandai dengan adanya perubahan pada
perilaku individu, tetapi tidak semua perubahan pada perilaku
individu terjadi karena belajar. Perilaku atau kemampuan tertentu
dikuasai individu bisa karena adanya refleksi, insting, perkembangan
dan kematangan.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses
pendidikan formal dengan guru sebagai pemegang peranan utama.
Dalam proses belajar peserta didik belajar mengajar sebagian besar
hasil belajar peserta didik ditentukan oleh peranan guru. Guru yang
kopenten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang
efektif dan akan lebih mampu mengelola proses belajar mengajar.(B.
Suryasubroto, 2007 : 20) Untuk melaksanakan kegiatan belajar
mengajar dengan baik dan berhasil guna tentu saja diperlukan syaratsyarat yang harus dimiliki oleh seorang guru. Secara global guru
harus memiliki kemampuan dibidang pengetahuan (knawledge),
keterampilan (skill) dan sikap (attitude). Tabrani Rusyan (2000 : 26)
Seseorang yang sudah melakukan belajar mengalami
perubahan tingkah laku. Slameto (1995 :3) memaparkan tentang ciriciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai
berikut :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar
Ini berarti bahwa individu yang belajar akan
menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya
individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan
pada dirinya.
2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi pada
individu berlangsung terus-menerus dan tidak statis. Satu
perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan
berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam belajar bersifat aktif dan pasif
Perubahan belajar, perubahan-perubahan itu
senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu
yang lebih baik dari sebelumnya.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan yang bersifat sementara yang terjadi
hanya untuk beberapa saat saja, tidak dapat digolongkan
sebagai perubahan dalam arti belajar. Tetapi yang bersifat
permanen itulah yang merupakan perubahan dalam arti
belajar.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku terjadi
karena ada tujuan yang akan dicapai.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia
akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh
dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan
sebagainya. Sardiman (2006 : 23)
Belajar merupakan perubahan tingkah laku yang relatif tetap
dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman (Morgan :3).
Dari pengertian ini diketahui bahwa seseorang yang belajar
akan mengalami perubahan tingkah laku, dari tidak bisa
menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan(Anita Lie, 2008:5). Merujuk pemikiran Gagne,
hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tertulis.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan
mempresentasikan konsep dan lambang.
3. Strategi kognitif yaitu kecekapan menyalurkan dan
mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi,
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Proses belajar terdiri dari beberapa tahap yang kesemuanya
harus dilalui jika seseorang ingin belajar dalam arti yang
sesungguhnya. Gambar dibawah ini menunjukkan bagan proses
belajar. Proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh
seorang pelajar untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak
diketahui (Rooijakkers : ed. 1991 : 14). Ada bebarapa faktor yang
mempengaruhi proses belajar antara lain sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa,
meliputi kemampuan yang dimilikinya, motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi,
factor fisik dan psikis.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar siswa
atau faktor lingkungan.Sifat faktor ini ada yang social yaitu
berkaitan dengan manusia, misalnya perilaku guru, danada yang non
social, seperti alat dan media pendidikan, bahan pendidikan,
terutama kualitas pembelajaran.
Hasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai setelah
dilaksanakan program kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hasil
belajar dalam periode tertentu dapat dilihat dari nilai raport yang
secara nyata dapat dilihat dalam bentuk angka-angka.
Robert M. Gagne (Sujana, 1990 : 22) mengungkapkan ada
lima kategori hasil belajar yaitu :
1. Keterampilan intelektual : kapasitas intelektual seseorang
2. Strategi kognitif : kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir
seseorang
3. Informasi verbal : kemampuan menyerap pengetahuan dalam arti
informasi dan fakta
4. Keterampilan motoris : menulis, menggunakan peralatan
5. Sikap dan nilai : kemampuan ini berhubungan dengan tingkah laku.
Sujana,( 1990 : 22) mengungkapkan tiga tujuan pengajaran
yang merupakan kemampuan seseorang yang harus dicapai dan
merupakan hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Ketiga ranah tesebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara
tiga ranah itu, ranah kognitiflah yang di nilai oleh para guru di sekolah,
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi
bahan belajar.
Keberhasilan seorang guru diukur dari keterlibatan siswa
dalam proses belajar mengajar dan hasil belajar yang dicapainya.
Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar
yang optimal menunjukkan hasil yang optimal ditunjukkan dengan
ciri-ciri sebagai berikut.
1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan
motivasi belajar intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak
mengeluh pada prestasi yang rendah dan ia akan berjuang
lebih keras untuk memperbaikinya dan setidaknya
mempertahankan apa yang telah dicapai.
2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu
kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi
yang tidak kalah dari orang lain apabila ia berusaha
sebagaimana mestinya.
3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan
tahan lama diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk
mencapai aspek lain, kemauan dan kemampuan untuk belajar
sendiri dan mengembangkan kreatifitasnya.
4. Hasil belajar yang dicapai bermakna secara menyeluruh
(komprehensif) yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan
atau wawasan, ranah afektif (sikap) dan ranah psikomotorik,
keterampilan atau perilaku.
5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan
mengendalikan diri terutama dalam menilai hasil yang
dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan
usaha belajarnya (Sujana, 1990 : 57).
Hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi
keefektifan, efisiensi, dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran
dapat diukur dengan kriteria:
a. Kecermatan penguasaan kemampuanatau perilaku yang diajari
b. Kecepatan untuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
c. Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh
d. Kuantitas untuk kerja sebagai bentuk hasil belajar
e. Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai
f. Tingkat alih belajarTingkat retensi belajar.
Sedangkan efesiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio
antara keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan
jumlah biaya yang dikeluarkan. Daya tarik pembelajaran biasanya
diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk
berkeinginan terus belajar.
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan
menjadi tiga bidang, yakni :
1. Bidang kognitif
a. Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knawledge)
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
knowledge.
b. Tipe hasil belajar pemahaman (confrehention)
Tipe hasil pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar
pengetahuan hafalan.
c. Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan, dan mengabraksi suatu
konsep, ide, rumus, hokum dalam situasi yang baru
d. Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, megurai suatu suatu
integritas(kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
yang mempunyai arti atau mempunyai tingkat
e. Tipe hasil belajar sintesis.
Sintesis adalah lawan analisis. Bila pada analisis tekana pada
kesanggupan mengurai sesuatu integritas menjadi bagian yang
bermakna.
f. Tipe hasil belajar evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai
sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang
dipakainya.
2. Bidang afektif
Bidang efektif berkenaan dengan sikap dan nilai .Hasil belajar
tingkat efektif kurang mendapat perhatian dari guru. Para guru lebih
banyak memberi tekanan pada bidang kognitif semata-mata.
3. Psikomotorik
Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bidang
keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang).
(Abin Syamsuddin Makmun 1996 : 116)
Tipe hasil belajar yang dikemukakan diatas sebenarnya tidak
berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain bahkan ada
dalam kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognitifinya
sebenarnya dalam kadar tertentu telah berubah pula sikap dan
perilakunya.
2 . Tujuan Dan Manfaat Modifikasi
Tujuan ModifikasiHusdarta (2011:85) mengemukakan mengenai tujuan modifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dikutip oleh Husdarta yaitu agar (1) Siswa memperoleh kepuasan dalam mengikuti pelajaran, (2) Meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berprestasi, (3) Siswa dapat melakukan pola gerak secara benar. Pendekatan modifikasi ini dimaksudkan agar materi yang ada didalam kurikulum dapat tersampaikan sesuai dengan tahap perkembangan kognitif, apektif, dan psikomotor anak, sehingga pembelajaran PENJAS dapat dilakukan secara intensif. Tujuan memodifikasi juga dapat meningkatkan kemungkinan keberhasilan dalam berpartisipasi belajar siswa dengan melakukan modifikasi dan guru penjas akan mudah menyajikan pelajaran. Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru pendidikan jasmani sebagai salah satu alternatif atau solusi dalam mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani, modifikasi merupakan implementasi yang sangat berintegrasi dengan aspek pendidikan lainnya.
Manfaat Modifikasi
Setiap pembelajaran yang di dalamnya memiliki materi pembelajaran, akan selalu berkembang dari waktu ke waktu. Proses perkembangan tersebut akan selalu membutuhkan inovasi dan modifikasi sebagai penunjang kesuksesan proses pembelajaran. Pembelajaran penjas yang merupakan pembelajaran dengan menggunakan aktifitas fisik dan praktik langsung di lapangan juga memerlukan adanya modifikasi. Siedentop (1991) dalam Suherman (2009) menjelaskan bahwa:
Modifikasi secara umum dapat diartikan sebagai usaha untuk mengubah atau
menyesuaikan. Namun secara khusus modifikasi adalah suatu upaya yang
dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik, dan
menarik tanpa menghilangkan unsur-unsur pokok dari apa yang dimodifikasi.
Bahagia & Suherman (2000) menjelaskan bahwa Modifikasi juga tidak terfokus
pada satu arah saja, tetapi ada modifikasi modifikasi tujuan pembelajaran,
modifikasi materi pembelajaran, modifikasi kondisi lingkungan pembelajaran dan
modifikasi evaluasi pembelajaran. Oleh karena itu dalam melakukan modifikasi
pembelajaran penjas, guru harus memperhatikan prinsip modifikasi, sehingga
proses pembelajaran tetap dapat diikuti siswa karena sesuai dengan perkembangan
kemampuan motorik siswa. Mengenai hal tersebut, (Bahagia & Suherman, 2000)
menjelaskan bahwa:
Untuk mempermudah melakukan pengembangan dan modifikasi dalam
pembelajaran penjasorkes, kita mengenal aspek psikomotor yang harus
dikembangkannya (misalnya kesegaran jasmani dan skill).
Dalam pembelajaran kesegaran kita kenal komponennya (misalnya kekuatan dan
fleksibilitas). Dalam pembelajaran skill kita kenal klasifikasinya (misalnya
open dan close skill). Dalam pembelajaran konsep gerak kita kenal
klasifikasinya (misalnya prinsip dan kualitas gerak).
Manfaat Media Modifikasi
Guru dapat memodifikasi suatu pembelajaran dengan bebas agar proses
pembelajaran dapat bermakna dan membuat siswa berhasil meningkatkan
kemampuannya. Suherman dan Bahagia (2000: 1) mendefinisikan modifikasi
sebagai berikut:
Modifikasi adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh para guru agar
pembelajaran mencerminkan Developmentally Appropriate Practice
(DAP). Oleh karena itu, DAP termasuk didalamnya body scalling atau
ukuran tubuh siswa, harus selalu dijadikan prinsip utama dalam
memodifikasi pembelajaran pendidikan jasmani. Esensi modifikasi adalah
menganalisa sekaligus mengembangkan materi pelajaran dengan cara
meruntunkan dalam bentuk aktivitas belajar yang potensial dapat
memperlancar siswa dalam belajarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa modifikasi merupakan
cara guru untuk lebih memudahkan proses pembelajaran di kelas. Guru dapat
memodifikasi segala hal dalam pembelajaran seperti alat atau media
pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa cara guru memodifikasi
pembelajaran harus memperhatikan aspek analisa modifikasi sebagai berikut:
1) Tujuan, modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan tujuan
pembelajaran dari mulai tujuan yang paling rendah sampai dengan
tujuan yang paling tinggi.
2) Karakteristik materi, modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan
keterampilan yang dipelajari.
3) Kondisi lingkungan, modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan
kondisi lingkungan pembelajaran. Misalnya alat yang akan digunakan,
penataan ruang gerak dalam berlatih, jumlah siswa yang terlibat, dan
organisasi atau formasi berlatih.
4) Evaluasi, maksudnya penyusunan aktivitas belajar yang berfokus pada
evaluasi skill yang sudah dipelajari siswa berbagai situasi. Aktivitas
evaluasi dapat merubah fokus perhatian siswa dari bagaimana
seharusnya suatu skill dilakukan menjadi bagaimana skill itu
digunakan atau apa tujuan skill itu.
3 . Sejarah Permainan Bola Kasti di Dunia
Permainan kasti pertama kali di mainkan di Inggris sejak dinasti Tudor tahun 1744 di Pretty LittlePocket-Book. Dinasti Tudor adalah dinasti raja dan ratu di Inggris Raya, Dimana di sebut “ dasar bola “ oleh Jhon Newbery.
Di London, Willuiam Clarke menerbitkan edisi kedua buku The boy 1828, yang berisi peraturan permainan bola kasti yang di cetak pertama kali di Inggris. Kemudian di tahun berikutnya, buku ini di terbitkan Kembali oleh Massachusetts yang pertama membuat aturan nasional di Boston. Aturan permainan ini kemudian di informasikan dan di susun oleh Gaelic Athletic Association ( GAA ) di Irlandian Pada 1884
Permainan ini masih diatur oleh GAA di Irlandia. Sementara di Inggris diatur oleh National Rounders Asociation, yang dibentuk pada 1943. Kemudian dua asosiasi yang berbeda, berbagi elemen permainan dan budaya yang sama.
Kompetisi kasti diselenggarakan antara tim dari kedua tradisi berbeda, dengan permainan yang dilakukan bergantian antara kode dan satu versi yang dimainkan di pagi hari dan satu lagi di sore hari.
Setelah aturan kasti diformalkan di Irlandia, Asosiasi didirikan di Liverpool dan Skotlandia pada 1889. Permainan ini sekarang dimainkan hingga tingkat internasional.
4 . Masuknya Permainan Kasti Di Indonesia
Di Indonesia sendiri permainan bola kasti diperkirakan telah ada sebelum masa penjajahan Belanda (1816-1942) dan Jepang (1942-1945), yakni pada saat era sebelum masehi yang dibawa oleh pedagang-pedagang dari luar yang singgah di bumi nusantara, namun permainan ini semakin berkembang setelah penjajah Jepang dan Belanda masuk ke Tanah Air. Pada zaman penjajahan Belanda, banyak penjajah yang memainkan bola kasti, kebanyakan dimainkan oleh kalangan anak-anak dan wanita, namun tidak sedikit pula tentara-tentara Belanda yang ikut memainkan olahraga ini. Semakin populernya bola kasti oleh rakyat Indonesia, banyak yang memainkan dan melakukan pertandingan dari berbagai lapisan masyarakat entah itu anak-anak , dewasa, laki-laki maupun perempuan.
Seiring berjalannya waktu permainan ini mulai masuk ke dunia pendidikan dan banyak pertandingan antar sekolah, bahkan pertandingan bola kasti juga masuk dalam kurikulum sekolah dalam materi pelajaran penjaskes. Sejarah permainan bola kasti kini telah menjadi salah satu permainan tradisional dan budaya di tanah air karena telah ada sejak zaman dahulu. Pada akhirnya pada 28 februari 1967 Indonesia mendirikan Perbasasi (Perserikatan Baseball dan Bisball Seluruh Indonesia) sebagai lembaga yang mengayomi permainan bola kasti di bumi nusantara ini dan menyelengarakan kejuaraan nasional bisball untuk pertama kali pada tahun yang sama. Hingga tahun 90an masih banyak rakyat Indonesia yang menggemari olahraga ini, tapi sayang permainan ini sekarang mulai kehilangan popularitasnya, bahkan mungkin banyak anak-anak generasi saat ini yang tidak mengetahui bola kasti pernah menjadi tren pada eranya.
Padahal Indonesia sempat ikut kompetisi dunia di cabang baseball dan beberapa kali meraih pretasi dalam beberapa tahun, seperti pada Pesta Olahraga Asia Tenggara tahun 2005 dan 2007 timnas Indonesia meraih peringkat 3, lalu tahun 2011 timnas kita di peringkat 2, dan pada tahun 2019 Indonesia kembali meraih peringkat 3. Kemudian pada tahun 2001 dan 2003 dalam ajang Kejuaraan Bisbol Asia Divisi 1, Indonesia berada di peringkat 6, tahun 2009 timnas ke peringkat 7 dan pada tahun 2015 timnas bisbol Indonesia meraih peringkat 5. Prestasi lain yang diraih Indonesia adalah mendapatkan peringkat 1 pada Kejuaraan Bisbol Asia Divisi 2 ditahun 2001 dan 2009.
ATURAN DASAR DAN CARA BERMAIN BOLA KASTI
Di kutip dari buku Pembelajaran PJOK Anak Sekolah Dasar yang ditulis oleh Samsul Azhar ( 2022 ) , lapangan bola kasti berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30X60 meter, di dalam lapangan terdapat 3 titik hinggap dan 1 titik ruang bebas, olahraga ini menggunakan 1 tongkat pemukul yang biasanya terbuat dari kayu dengan panjang kira-kira 50-60 cm dan 1 bola kecil (bola tenis) yang dahulunya terbuat dari karet atau kulit yang didalamnya berisi sabut kelapa dengan diameter rata-rata 20 cm dan berat antara 70-80 gram. Durasi waktu olahraga ini adalah 30 menit di babak pertama dan kedua, setelah babak pertama selesai pemain diberi waktu istirahat selama kurang lebih 15 menit dan dilanjutkan babak kedua.
Pada umumnya olahraga ini terdiri dari 2 tim dan per tim beranggotakan 12 orang yang harus saling bekerja sama, kompak, mampu berlari dengan cepat, tangkas dan cekatan serta membutuhkan akurasi yang tinggi, satu tim sebagai pemukul bola dan tim yang lain berjaga dan menangkap bola yang dipukul oleh tim lawan. Tim pemukul harus memukul bola dengan baik dan keras lalu berlari secepat mungkin ke tiang hinggap atau titik bebas dan kembali ke pos pertama di lapangan sambil menghindari lemparan bola dari tim penjaga/penangkap bola, jika ada pemukul yang terkena lemparan bola dari tim penjaga dalam perjalanannya ke titik hinggap dan titik bebas maka pemain dari tim pemukul dianggap mati dan ke 2 tim harus berganti posisi sebagai penjaga dan pemukul bola.
TEKNIK DASAR BERMAIN BOLA KASTI
Beberapa teknik yang harus dilatih untuk melakukan permainan bola kasti adalah teknik melempar bola, teknik menangkap bola, dan teknik memukul bola. Dalam melempar bola, pemain bola kasti dapat menggunakan tiga teknik yakni melempar bola bawah, bola lurus, dan bola lambung. Melempar bola lurus biasanya digunakan untuk mengirim bola kepada teman yang dekat. Melempar bola lurus digunakan untuk melempar lawan yang berlari, dan terakhir bola lambung digunakan untuk mengirim bola operan kepada teman yang jaraknya berjauhan. Kemudian dalam menangkap bola, terdapat tiga teknik yang sama dengan melempar bola yakni bola bawah, bola lurus, dan bola lambung. Menangkap bola bawah dilakukan dengan posisi agak jongkok dan jari-jari kedua tangan dibuka lebar. Menangkap bola lurus dilakukan berdasarkan arah datangnya bola. Untuk menangkap bola lambung, biasanya dilakukan dengan posisi badan tegak dan kedua tangan siap menerima bola lambung. Selain itu, untuk memaksimalkan permainan bola, maka perlu diketahui teknik memukul bola. Teknik memukul bola bisa dilakukan lewat cara memukul bola lurus (paling mudah dilakukan), memukul bola bawah (mengecoh lawan arah bola) atau memukul bola lambung (penguasaan bola secara lambung).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam pendidikan jasmani dan kepelatihan olahraga adalah suatu bentuk kaijan yang bersifat reflektif dan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan guru/calon pelatih olahraga dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran pendidikan jasmani / kepelatihan olahraga tersebut dilakukan, dimulai dari adanya perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi untuk setiap siklusnya (Agus Kristiyanto, 2010:17).
1 . Subyek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Luragung 02 Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan Tahun 2022 dengan jumlah siswa sebanyak 26 siswa, jumlah siswa laki-laki 14 siswa dan jumlah siswa perempuan 12 siswa.
2 . Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah pembelajaran memukul bola kasti melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan Tahun 2022
3 . Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian dilangsungkan. Penelitian pada siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2022 sedangkan penelitian siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 12 Desember 2022
4 . Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan
5 . Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), prosedur atau langkah – langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilaksanakan dalam kegiatan yang berbentuk siklus penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus dan pada masing-masing siklus terdiri atas empat tahap, yaitu planning (perencanaan), action (tindakan),
observasi (pengamatan), reflection (refleksi).
Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Sumber Agus Kristiyanto 2010:19)
1 . Siklus Pertama
a. Perencanaan (Planning)
1) Merumuskan tujuan pembelajaran memukul bola kasti melalui modifikasi alat
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pembelajaran memukul bola dalam permainan kasti
3) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran
4) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes praktek / instrument analisis pembelajaran memukul bola permainan kasti
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran.
b. Tindakan ( action )
1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
2) Guru menyampaikan model pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat
3) Guru memberikan motivasi kepada peserta didik tentang materi yang disampaikan
4) Guru menerangkan gerak nonlokomotor dan manipulatif memukul bola
5) Guru mendemonstrasikan/ memperagakan gerak memukul bola
6) Peserta didik melakukan pembelajaran yang telah dicontohkan
7) Guru melakukan pengamatan tentang aspek kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik
8) Guru memberikan evaluasi terhadap hasil belajar memukul bola melalui modifikasi alat pemukul bola.
c. Pengamatan (observasi)
Observasi atau pengamatan adalah tindakan untuk mengamati jalannya pelaksanaan tindakan penelitian yaitu mengamati keterampilan peserta didik selama proses pembelajaran memukul bola melalui modifikasi alat. Dalam observasi peneliti mencatat segala perubahan yang terjadi selama pembelajaran dan disesuaikan dengan konsep atas indikatornya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama pembelajaran berlangsung. Pengisian lembar observasi dilakukan oleh observer berdasarkan pengamatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Pengisian lembar observasi berkaitan dengan proses pembelajaran kelas dari aspek psikomotor, afektif, dan kognitif serta lembar observasi yang berkaitan dengan aktivitas guru dan aktivitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
1) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus pertama
2) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran tindakan siklus pertama
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya
4) Merencanakan perencanaan tindakan lanjut untuk siklus kedua.
2. Siklus kedua
a. Perencanaan (planning)
1) Guru dapat mengorganisasikan waktu dalam pembelajaran dengan baik sehingga semua tahap dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal
2) Menyusun RPP yang sudah diperbaiki dengan materi pembelajaran memukul bola dalam permainan kasti
3) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran yang akan digunakan
4) Menyiapkan materi yang telah diberikan sebelumnya
5) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes praktek
6) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik dan guru dalam pembelajaran.
b. Tindakan (action)
1) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun, yaitu pembelajaran memukul bola melalui modifikasi
2) Memusatkan perhatian peserta didik terhadap situasi belajar
3) Guru mengulas kembali materi yang lalu
4) Guru memperagakan/mendemonstrasikan pembelajaran memukul bola
5) Guru membimbing peserta didik dalam melakukan memukul bola
6) Guru memberikan materi tentang memukul bola melalui modifikasi alat
7) Guru memberikan kuis atau tanya jawab kepada peserta didik tentang pembelajaran yang telah di laksanakan
8) Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran yang telah di laksanakan
c. Pengamatan (observasi)
Pengamatan dilakukan untuk mengamati proses pembelajaran dan dibuat seperti pada siklus pertama.
d. Refleksi (refletion)
1) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus kedua
2) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan efek tindakan siklus kedua
3) Membuat daftar penilaian terhadap pengamatan atas Tindakan pada siklus kedua
4) Evaluasi tindakan siklus kedua.
e . Analisis Data
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini ada dua teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hasil dari penelitian:
1) Teknik yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar memukul bola dengan menggunakan modifukasi alat dari aspek psikomotor, aspek afektif, dan aspek kognitif.
2) Teknik yang digunakan untuk mendapatkan hasil akhir berupa nilai yang mencakup tiga aspek dalam pembelajaran, yaitu psikomotor, afektif dan kognitif pembelajaran memukul bola yang telah dilakukan. Hasil tersebut dapat dibandingkan dengan setiap siklusnya.
a. Persentase Ketuntasan Belajar
Rumus untuk menghitung persentase ketuntasan belajar adalah sebagai berikut:
Setelah hasil diperoleh maka hasil dapat dimasukan dalam tabel kriteria tingkat ketuntasan belajar siswa dalam persen seperti tabel berikut ini.
Tabel. Kriteria Ketuntasan Belajar dalam (%)
Tingkat Keberhasilan (%)
Arti
>80% 60%
- 79%
Sangat tinggi
Tinggi
40% - 59%
20% - 39%
<20%
Sedang
Rendah Sangat rendah
(Zainal Aqib dkk, 2011:41)
b. Hasil Akhir Pembelajaran memukul bola dengan Menggunakan Media Modifikasi alat Pembelajaran.
1) Aspek Psikomotor
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja siswa, dengan rentang nilai antara 0 sampai dengan 100. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari aspek psikomotor, dapat menggunakan rumus berikut ini.
2) Aspek Afektif
Data observasi diperoleh pada setiap tindakan yaitu dengan menggunakan mengamati aspek afektif yang dilakukan pada setiap siklus, untuk menilai perubahan peningkatan sikap siswa pada setiap siklus. Penilaian terhadap aspek afektif, dengan rentang nilai antara 0 sampai dengan 100. Untuk mengetahui nilai yang diperoleh dari aspek afektif,dapat menggunakan rumus berikut ini.
3) Aspek Kognitif
Peserta didik menjawab soal yang berbentuk tes lisan tentang materi memukul bola yang sudah diberikan oleh peneliti sebelumnya. Setelah tes dilakukan kepada peserta didik, hasilnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
4) Nilai Akhir Hasil Belajar memukul bola
Nilai akhir pembelajaran memukul bola melalui modifikasi alat diperoleh dengan mencari rata-rata dari nilai ketiga aspek. Untuk memperoleh nilai akhir tersebut digunakan rumus sebagai berikut:
5) Indikator Keberhasilan Belajar
a) Adanya peningkatan hasil belajar memukul bola melalui modifikasi alat.
b) Prosentase ketuntasan minimal 85% peserta didik tuntas dari jumlah keseluruhan siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Siklus Pertama
Pelaksanaan siklus pertama terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (obervastion), dan refleksi (reflection). Tahaptahap yang dilaksanakan pada siklus pertama adalah sebagai berikut:
4.1.1.1 Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan siklus pertama ini peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri atas rencana pembelajaran satu, lembar observasi proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi pembelajaran memukul bola melalui permainan sasaran tembak dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
4.1.1.2 Pelaksanaan tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran dalam siklus pertama berlangsung satu kali pertemuan dengan rincian kegiatan sebagai berikut: pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan pada tanggal 4 Desember 2022 selama empat jam pelajaran (140 menit), adapun subyek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas V SD Negeri 02 Luragung kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 26 siswa.
4.1.1.3 Observasi (Observation)
Hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung dalam mengikuti pembelajaran memukul bola masih banyak siswa yang belum mampu melakukan memukul bola dengan baik. Hal ini dikarenakan peserta didik mempelajari materi memukul bola dengan alat pemukul asli dan bola yang standar dan petunjuk di buku. Pada siklus pertama dari 26 peserta didik kelas V, sebanyak 13 siswa yang sudah tuntas sesuai kriteia ketuntasan minimal (KKM).
Pengisian lembar observasi dilakukan oleh observer berdasarkan pengamatan pembelajaran. Pengisian lembar observasi berkaitan dengan proses pembelajaran kelas dari aspek psikomotor, afektif, dan kognitif. Adapun hasil proses pembelajaran siklus pertama sebagai berikut:
1) Psikomotor
Tabel 4.1 Penilaian Aspek Psikomotor
No.
Aspek
Hasil
Rata- rata
Sangat Baik
(81-100)
Baik (61-80)
Cukup (41-60)
Sedang (21-40)
Kurang (0-20)
1.
Sikap awal akan memukul bola
5
21
0
0
0
74
2.
Akurasi perkenaan bola
3
17
6
0
0
73
3.
Gerak akhir setelah memukul bola
6
19
1
0
0
73
Dari tabel 4.1 menunjukkan dari 26 siswa, aspek 1 psikomotor yang berkriteria sangat baik sebanyak 5 siswa (19%), kriteria baik sebanyak 21 siswa (81%), sedangkan kriteria cukup, kriteria sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata- rata yang diperoleh dari aspek 1 psikomotor sebesar 74.
Data dari aspek 2 psikomotor yang berkriteria sangat baik sebanyak 3 siswa (11%), kriteria baik sebanyak 17 siswa (65%), kriteria cukupsebanyak 6 siswa (23%), sedangkan kriteria sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 2 psikomotor sebesar 73.
Data dari aspek 3 psikomotor yang berkriteria sangat baik sebanyak 6 siswa (23%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (77%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 3 psikomotor sebesar 73.
2) Afektif
Tabel 4.2 Penilaian Aspek Afektif
No.
Aspek
Hasil
Rata- rata
Sangat Baik
(81-100)
Baik (61-80)
Cukup (41-60)
Sedang (21-40)
Kurang (0-20)
1.
Siswa Aktif
5
21
0
0
0
73
2.
Disiplin
3
20
3
0
0
73
3.
Percaya Diri
5
20
1
0
0
73
Dari tabel 4.2 menunjukkan dari 26 siswa, aspek 1 afektif yang berkriteria sangat baik sebanyak 5 siswa (19%), kriteria baik sebanyak 21 siswa (81%), kriteria cukup sebanyak 2 siswa (9%), sedangkan kriteria sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata- rata yang diperoleh dari aspek 1 afektif sebesar 73.
Data dari aspek 2 afektif yang berkriteria sangat baik sebanyak 4 siswa (17%), kriteria baik sebanyak 19 siswa (83%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 2 afektif sebesar 73.
Data dari aspek 3 afektif yang berkriteria sangat baik sebanyak 2 siswa (9%), kriteria baik sebanyak 21 siswa (91%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 3 afektif sebesar 73.
3) Kognitif
Tabel 4.3 Penilaian Aspek 1 Kognitif
No.
Aspek
Hasil
Rata- rata
Sangat Baik
(81-100)
Baik (61-80)
Cukup (41-60)
Sedang (21-40)
Kurang (0-20)
1.
Menjelaskan cara bermain kasti
3
20
3
0
0
73
2.
Menjelaskan teknik dasar permainan kasti
1
20
5
0
0
72
3.
Menjelaskan memukul bola dengan tiang penyangga
1
22
3
0
0
72
Dari tabel 4.3 menunjukkan dari 26 siswa, aspek 1 kognitif yang berkriteria sangat baik sebanyak 3 siswa (10%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (77%), kriteria cukup sebanyak 3 siswa (13%) sedangkan kriteria sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yangdiperoleh dari aspek 1 kognitif sebesar 73.
Data dari aspek 2 kognitif yang berkriteria sangat baik sebanyak 1 siswa (3%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (77%), kriteria cukup sebanyak 5 siswa (20%), sedangkan kriteria sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 2 kognitif sebesar 72.
Data dari aspek 3 kognitif yang berkriteria sangat baik 1 siswa (4%), kriteria baik sebanyak 22 siswa (85%), kriteria cukup sebanyak 3 siswa (11%), sedangkan kriteria sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 3 kognitif sebesar 72.
5.1.1.2 Refleksi (Reflection)
Dalam pelaksanaan pembelajaran memukul bola melalui modifikasi alat pada siklus pertama sudah berjalan dengan lancar. Namun hasil belajar masih belum maksimal sesuai dengan target yang diharapkan. Dibawah ini deskripsi data hasil belajar memukul bola dan kriteria ketuntasan belajar siklus pertama siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan kandangserang Kabupaten Pekalongan Tahun 2022
Tabel 4.4 Hasil Belajar Siklus Pertama
No
Nama Siswa
Aspek Yang Dinilai
Nilai
Keterangan
Psikomotor
Afektif
Kognitif
01
Afifah Nurul Qolbi
70
71
70
70
Tidak Tuntas
02
Ahmad baihaqi
72
73
72
72
Tuntas
03
Aini nur amanah
70
71
70
70
Tidak Tuntas
04
Aisyshra dwi putri
76
76
74
75
Tuntas
05
Denis setiawan
74
73
72
73
Tuntas
06
Dhiyo nanda afrizal
70
71
70
70
Tidak Tuntas
07
Febi meyriska
76
74
73
74
Tuntas
08
Hafide syahidin hazri
73
74
74
74
Tuntas
09
Hanung januar aprilio
64
60
63
64
Tidak Tuntas
10
Ifaldo rizqi pratama
75
72
72
73
Tuntas
11
Khoirul adriansyah
82
81
82
81
Tuntas
12
Laela martania ulfa
70
71
70
70
Tidak Tuntas
13
M. Arsil firmansyah
68
67
60
68
Tidak Tuntas
14
Maulida alfiyatul k
65
69
69
68
Tidak Tuntas
15
Meysana nur amira
79
80
77
79
Tuntas
16
Muhamad faisal
78
75
76
76
Tuntas
17
Muhamad rafi
70
69
68
69
Tidak Tuntas
18
Nabila
72
72
73
72
Tuntas
19
Putri laina sasa
77
75
81
75
Tuntas
20
Rafa Fazliansah
67
60
71
69
Tidak Tuntas
No
Nama Siswa
Aspek Yang Dinilai
Nilai
Keterangan
Psikomotor
Afektif
Kognitif
21
Rekhan Andika prasetyo
74
75
73
74
Tuntas
22
Reno adi pratama
81
80
80
80
Tuntas
23
Salwa naihul alvia
70
71
70
70
Tidak Tuntas
24
Sandi nur diyantoro
70
71
70
70
Tidak Tuntas
25
Syafana jaliya indriyani
70
71
70
70
Tidak Tuntas
26
Wakhidah rizqi inayah
70
71
70
70
Tidak Tuntas
Rata-Rata
73
72
73
73
Presentase Ketuntasan siswa :
Siswa yang tuntas = 13 / 26 x 100% = 50 % Siswa
yang belum tuntas = 13 / 26 x 100% = 50 % Siswa
Berdasarkan data diatas jumlah siswa yang tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal sebesar 50% sedangkan siswa yang belum tuntas sebesar 50%. Hal tersebut menunjukkan target yang diinginkan peneliti yaitu 75% dari jumlah siswa belum tercapai, sehingga harus ditingkatkan lagi di siklus kedua.
5.1.2. Siklus Kedua
5.1.2.1 Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan siklus kedua, peneliti mempersiapkan pembelajaran yang terdiri atas rencana pembelajaran dua, lembar observasi proses pembelajaran pendidikan jasmani dengan materi memukul bola kasti melalui modifikasi alat
5.1.2.2 Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pelaksanaan tindakan pada proses pembelajaran dalam siklus kedua berlangsung satu kali pertemuan dengan rincian kegiatan sebagai berikut: pembelajaran dilaksanakan di SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan pada tanggal 12 Desember 2022 selama empat jam pelajaran (140 menit), adapun subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan yang berjumlah 26 siswa.
5.1.2.3 Observasi (Observation)
Hasil pengamatan oleh guru kolaborator atau observer selama proses pembelajaran pada siklus kedua berlangsung peserta didik dalam mengikuti pembelajaran memukul bola kasti sudah berminat dan termotivasi, pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan lancar. Metode yang digunakan guru atau peneliti dalam mengajar lebih efektif dan menarik bagi siswa dibanding dengan siklus pertama. Adapun hasil proses pembelajaran kelas dari aspek psikomotor, aspek afektif, aspek kognitif siswa siklus kedua sebagai berikut:
1) Psikomotor
Tabel 4.5 Penilaian Aspek Psikomotor
No.
Aspek
Hasil
Rata- rata
Sangat Baik
(81-100)
Baik (61-80)
Cukup (41-60)
Sedang (21-40)
Kurang (0-20)
1.
Sikap awal akan memukul bola
9
17
0
0
0
77
2.
Akurasi perkenaan bola
8
17
1
0
0
77
3.
Gerak akhir setelah memukul bola
8
18
0
0
0
76
Dari tabel 4.5 menunjukkan dari 26 siswa dapat diperoleh data dari aspek 1 psikomotor yang berkriteria sangat baik sebanyak 9 siswa (35%), kriteria baik sebanyak 17 siswa (65%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 1 psikomotor sebesar 77.
Data dari aspek 2 psikomotor yang berkriteria sangat baik sebanyak 8 siswa (31%), kriteria baik sebanyak 17 siswa (65%), sedangkan kriteria cukup 1 siswa (4%), sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 2 psikomotor sebesar 77.
Data dari aspek 3 psikomotor yang berkriteria sangat baik sebanyak 8 siswa (31%), kriteria baik sebanyak 18 siswa (69%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 3 psikomotor sebesar 76.
2) Afektif
Tabel 4.6 Penilaian Aspek Afektif
No.
Aspek
Hasil
Rata- rata
Sangat Baik
(81-100)
Baik (61-80)
Cukup (41-60)
Sedang (21-40)
Kurang (0-20)
1.
Siswa Aktif
12
14
0
0
0
77
2.
Disiplin
3
20
3
0
0
77
3.
Percaya Diri
5
20
1
0
0
77
Dari tabel 4.6 menunjukkan dari 26 dapat diperoleh dari aspek 1 afektif siswa yang berkriteria sangat baik sebanyak 12 siswa (46%), kriteria baik sebanyak 14 siswa (54%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 1 afektif sebesar 77.
Data dari aspek 2 afektif yang berkriteria sangat baik sebanyak 3 siswa 11%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (78%), sedangkan kriteria cukup 3 siswa (11%), sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 2 afektif sebesar 77.
Data dari aspek 3 afektif menunjukkan yang berkriteria sangat baik sebanyak 5 siswa (19%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (78%), sedangkan kriteria cukup 1 siswa (3%), sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 3 afektif sebesar 77.
3) Kognitif
Tabel 4.7 Penilaian Aspek 1 Kognitif
No.
Aspek
Hasil
Rata- rata
Sangat Baik
(81-100)
Baik (61-80)
Cukup (41-60)
Sedang (21-40)
Kurang (0-20)
1.
Menjelaskan cara bermain kasti
5
21
0
0
0
77
2.
Menjelaskan teknik dasar permainan kasti
3
20
3
0
0
76
3.
Menjelaskan memukul bola dengan tiang penyangga
5
20
1
0
0
75
Dari tabel 4.7 menunjukkan dari aspek 1 kognitif yang berkriteria sangat baik sebanyak 5 siswa (19%), kriteria baik sebanyak 21 siswa (81%), sedangkan kriteria cukup, sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata yang diperoleh dari aspek 1 kognitif sebesar 77.
Data dari aspek 2 kognitif menunjukkan yang berkriteria sangat baik sebanyak 3 siswa (11%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (78%), sedangkan kriteria cukup 3 siswa (11%), sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata nilai yang diperoleh dari aspek 2 kognitif sebesar 76.
Data dari aspek 3 kognitif menunjukkan yang berkriteria sangat baik sebanyak 5 siswa (19%), kriteria baik sebanyak 20 siswa (78%), sedangkan kriteria cukup 1 siswa (3%), sedang dan kurang tidak ada. Dari hasil tersebut jumlah rata-rata nilai yang diperoleh dari aspek 3 kognitif sebesar 75.
5.1.2.4 Refleksi (Reflection)
Dalam pelaksanaan pembelajaran memukul bola melalui modifikasi alat pada siklus kedua diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
3) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
4) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa lebih semangat dan aktif selama proses pembelajaran berlangsung.
5) Kekurangan pada siklus pertama sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
Dibawah ini deskripsi data hasil belajar memukul bola dan kriteria ketuntasan belajar siklus kedua siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan.
Tabel 4.8 Hasil Belajar Siklus Pertama
No
Nama Siswa
Aspek Yang Dinilai
Nilai
Keterangan
Psikomotor
Afektif
Kognitif
01
Afifah Nurul Qolbi
85
86
84
85
Tuntas
02
Ahmad baihaqi
74
75
73
74
Tuntas
03
Aini nur amanah
71
70
71
71
Tidak Tuntas
04
Aisyshra dwi putri
80
80
80
80
Tuntas
05
Denis setiawan
77
76
75
76
Tuntas
06
Dhiyo nanda afrizal
75
74
73
74
Tuntas
07
Febi meyriska
80
77
77
78
Tuntas
08
Hafide syahidin hazri
80
77
77
78
Tuntas
09
Hanung januar aprilio
85
86
84
85
Tuntas
10
Ifaldo rizqi pratama
78
74
73
75
Tuntas
11
Khoirul adriansyah
81
82
80
81
Tuntas
12
Laela martania ulfa
79
78
77
78
Tuntas
13
M. Arsil firmansyah
70
71
72
71
Tidak Tuntas
14
Maulida alfiyatul k
70
70
70
70
Tidak Tuntas
15
Meysana nur amira
83
84
82
83
Tuntas
16
Muhamad faisal
82
80
81
81
Tuntas
17
Muhamad rafi
70
71
70
70
Tidak Tuntas
18
Nabila
74
75
76
75
Tuntas
19
Putri laina sasa
80
79
78
79
Tuntas
20
Rafa Fazliansah
75
73
74
74
Tuntas
21
Rekhan Andika prasetyo
76
79
76
77
Tuntas
22
Reno adi pratama
85
84
83
84
Tuntas
23
Salwa naihul alvia
74
75
76
75
Tuntas
24
Sandi nur diyantoro
84
83
84
84
Tuntas
25
Syafana jaliya indriyani
73
78
78
76
Tuntas
26
Wakhidah rizqi inayah
74
75
76
75
Tuntas
Rata-Rata
77
77
77
77
Presentase Ketuntasan siswa :
Siswa yang tuntas
= 22 / 26 x 100% = 84%
Siswa yang tidak tuntas
= 4 / 26 x 100% = 16%
Berdasarkan data diatas menunjukan rata-rata hasil belajar siswa dalam pembelajaran memukul bola kasti meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari banyaknya peserta didik yang tuntas sesuai target peneliti yaitu 84% siswa tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal dengan nilai 72. Dari hasil penelitian siklus kedua sebesar dari jumlah keseluruhan 26 peserta didik, 22 siswa tuntas sedangkan 4 siswa belum tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal.
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Hasil Belajar Siklus Pertama dan Siklus Kedua
Nilai rata-rata siswa pada siklus pertama dan kedua dapat diketahui dari penilaian setiap aspek yaitu psikomotor, afektif, dan kognitif dalam pembelajaran siklus pertama dan siklus kedua. Peningkatan hasil pembelajaran memukul bola melalui media modifikasi alat yang dilakukan oleh 26 siswa kelas V dari ketiga aspek dapat diperoleh hasil dari tabel berikut pada tabel berikut.
Tabel 4.9 Perbandingan Aspek Psikomotor, Afektif dan Kognitif
No
Aspek Yang Dinilai
Rata-Rata
Siklus I
Siklus II
1
Psikomotor
73
77
2
Afektif
72
77
3
Kognitif
73
76
Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Aspek Psikomotor, Afektif dan Kognitif
Berdasarkan tabel diatas pada pembelajaran siklus pertama terlihat bahwa hasil pembelajaran belum bisa maksimal dan banyak siswa yang belum tuntas KKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal diantaranya:
a) Metode pembelajaran yang digunakan kurang efektif. Sehingga masih banyak siswa yang kurang antusias terhadap pembelajaran memukul bola pada permainan kasti.
b) Motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar belum maksimal.
Dengan adanya perbaikan-perbaikan pada pembelajaran siklus kedua diatas didapatkan hasil pembelajaran yang jauh lebih meningkat dari siklus pertama. Siswa lebih tertarik dengan pembelajaran dan antusias dengan model pembelajaran yang diberikan. Pada siklus kedua siswa terlihat melakukan gerakan dengan serius dan bersemangat saat pembelajaran berlangsung.
4.2.2. Analisis Pembelajaran
Pada siklus pertama hasil belajar memukul bola kasti nilai tertinggi adalah 81 sedangkan nilai terendah 69 dan nilai rata-rata 72,84. Siswa yang telah tuntas sesuai KKM sebanyak 13 siswa, sedangkan yang belum tuntas KKM sebanyak 13 siswa. Sehingga presentase keberhasilan pada siklus pertama adalah 50% dan presentase yang belum tuntas adalah 50%.
Hasil belajar siswa pada siklus kedua adalah nilai tertinggi 85 sedangkan nilai terendah 70 dan nilai rata-rata 76,52. Siswa yang telah tuntas sesuai KKM sebanyak 22 siswa sedangkan yang belum tuntas KKM sebanyak 4 siswa. Sehingga presentase keberhasilan pada siklus keduaa adalah 84% dan presentase yang belum tuntas adalah 16%.
4.2.3. Simpulan Siklus Berdasarkan Hasil Belajar
Berdasarkan nilai-nilai dari siklus pertama dan kedua dapat disimpulkan untuk siklus pertama pembelajaran belum berhasil karena belum memenuhi standar ketuntasan belajar yang ditentukan oleh peneliti sebelumnya yaitu 84% siswa tuntas sesuai dengan KKM. Pada siklus pertama pembelajaran sudah berjalan dengan baik, siswa sudah antusias dalam pembelajaran, akan tetapi metode yang digunakan dalam siklus pertama kurang efektif bagi siswa.
Sedangkan pada siklus kedua hasil belajar siswa meningkat karena adanya perubahan metode dalam pembelajaran. Sehingga ketuntasan belajar siswa sudah mencapai 84% dari seluruh jumlah siswa kelas V. Pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan karena siswa lebih termotivasi dengan materi dan model pembelajaran yang diberikan.
4.2.4. Ketuntasan Belajar
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar pada siklus pertama dan siklus kedua dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10 Ketuntasan Belajar
No
Siklus
Ketuntasan Belajar
Tuntas
Tidak Tuntas
1
Pertama
50%
50%
2
Kedua
84%
16%
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Pada siklus pertama persentase ketuntasan belajar yaitu 50% masuk dalam kriteria rendah. Dan pada siklus kedua persentase ketuntasan belajar yaitu 84% masuk dalam kriteria sangat tinggi. Dengan demikian ketuntasan belajar siswa sudah mencapai target yang diharapkan dari peneliti yaitu 84% siswa tuntas sesuai KKM dari jumlah seluruh siswa kelas V SD Negeri 02 Luragung Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan sehingga tidak perlu diadakan penelitian pada siklus selanjutnya.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan pembelajaran dengan melalui modifikasi alat memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempersiapkan alat yang akan di gunakan dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar peserta didik, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Kristiyanto, 2010. Penelitian nTindakan Kelas ( dalam Pendidikan jasmani dan kepelatihan olah raga ). Surakarta: UPT Penerbit dan Pencetakan UNS ( UNS Press )
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar