PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI

Pendidikan di masa pandemi ini, pembelajaran “dipaksa” dilaksanakan secara jarak jauh atau dalam jaringan. Dengan demikian pihak sekolah maupun pihak orangtua di rumah sama-sama mengalami masa frustasi pada zona ketakutan dari comfortzone awal. Di sini pihak sekolah maupun pihak orangtua di rumah sama-sama mengalami kebingungan untuk menentukan peran masing-masing. Ini disebabkan tidak ada pembelajaran tatap muka yang memberikan contoh atau keteladanan dari guru kepada siswa, ada aspek sikap yang bisa dijadikan contoh dan dinilai oleh guru. Dengan adanya pergeseran pembelajaran ini perlu kita ketahui perbedaan peran apa yang dilakukan guru di sekolah dan orang tua di rumah.

Peran dari orangtua di rumah dan peran guru di sekolah sebagai berikut.

1. Pendidikan yang utama khususnya pendidikan karakter dilaksanakan di rumah sedangkan di sekolah lebih mengarah kepada pengajaran yang berhubungan dengan pengetahuan.

2. Peran utama pendidikan seharusnya dilaksanakan oleh orang tua di rumah sedangkan sekolah berperan sebagai penunjang pelaksanaan pendidikan.

3. Penanggungjawab utama pelaksanaan pendidikan adalah orangtua di rumah sedangkan sekolah berperan sebagai asisten ahli bagi pelaksanaan pendidikan dan pengajaran yang sudah dimulai dari rumah.

4. Orang tua di rumah mempunyai peran untuk penularan, keletadanan dan pembelajaran karakter sedangkan di sekolah lebih diarahkan kepada pembelajaran pengetahuan dan kecakapan.

5. Orang tua di rumah berperan untuk melakukan penularan karakter kepada anak sedangkan di sekolah berfungsi untuk transformasi pengetahuan.

6. Di rumah berfungsi untuk menumbuhkan motivasi dan recovery atau perbaikan kondisi baik fisik maupun psikis sedangkan di sekolah digunakan untuk proses pelatihan dan penggemblengan anak, di sekolah anak bisa diproses untuk ketrampilan.

Proses pembelajaran di rumah ini pada akhirnya harus kita lakukan untuk menghadapi pandemi sekarang ini. Bagaimana persiapan pendidikan pada kondisi pandemi seperti sekarang ini? Persiapan yang perlu dilakukan baik oleh sekolah, guru, orang tua dan anak itu sendiri adalah proses yang lincah, tangkas, dan adaptif untuk menghadapi situasi, kondisi dan bahkan mungkin cobaan kehidupan supaya kita tetap dapat menghadapi kehidupan ini dan dapat beradaptasi. Kemampuan adaptasi atau adaptif ini adalah salah satu cara untuk mengukur kondisi kita sehat mental atau tidak. Dalam hubungannya dengan kesehatan mental ini muncullah sebuah model pendidikan yaitu Agile Education. Agile Education adalah sebuah prinsip dan model pendidikan yang mampu memelihara kontinuitas pembelajaran dalam segala situasi, kondisi dan cobaan kehidupan secara lincah, tangkas dan adaptif, berdasarkan kehidupan nyata. Dengan adanya agile education ini menuntut adanya guru yang cekatan. Beberapa ciri dari guru yang cekatan mempunyai sifat atau peran antara lain: Motivator, Facilitator, Instructor, Counsellor, Mentor, Learning Manager, Learning Constructor and integrator, Tabel: Tasking – Behaving – Experincing – Learning. Guru termasuk di dalamnya adalah orang tua diharapkan memberikan pengaruh terhadap lahirnya pelajar-pelajar yang cekatan, pelajar-pelajar yang cerdas. Ciri-ciri pelajar yang cerdas (the smart learning) antara lain: Pencari ilmu (inside out), Pejuang: kreatif, Tahu tujuan hidup dan peran kehidupan, Memiliki Akal – Pikiran – Ilmu, Insightful: A-ha! Learning, Feminine learner: hati, nurani, peka rasa, intuitif, Pemburu hikmah

SMK Negeri 3 Tuban, 23 Nopember 2020