Sucipto

SMK Negeri 3 Tuban...

Selengkapnya
Navigasi Web

PENGUATAN KARAKTER PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN DARING (3)

1. Pentingnya penguatan nilai-nilai karakter kepada peserta didik melalui pembelajaran daring

Terdapat 3 alasan mendasar mengapa nilai-nilai karakter menjadi sesuatu yang sangat penting dalam melambari pelaksanaan proses pembelajaran daring ini yaitu: 1) arus globalisasi, 2) penyempitan makna pendidikan dan 3) dominasi dogma, dalil-dalil atau ajaran yang diperoleh dari barat.

a. Arus globalisasi

Arus globalisasi ini mengalir dan terdistribusi sangat kencang. Berita yang terjadi di belahan Amerika misalnya dalam hitungan detik sudah diketahui di Indonesia. Begitu juga sebaliknya yang terjadi di Indonesia akan dengan sangat mudah dan cepat diketahui dan tersebar di seluruh dunia. Kecepatan arus globalisasi ini apabila tidak dikelola dengan baik akan berdampak sangat buruk bagi anak bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang terjadi di dunia barat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di bangsa Indonesia apabila tidak difilter maka akan secara langsung dapat mengikutinya baik secara sadar atau tidak sadar. Di sinilah perlunya nilai karakter itu dikobarkan dalam pelaksanaan pembelajaran daring karena kita tidak memungkinkan untuk bertatap muka dan kita tidak bisa melihat penerimaaan atau penolakan anak peserta didik dengan jelas.

b. Penyempitan makna pendidikan

Penyempitan makna pendidikan ini terjadi pada penyempitan aspek atau domain yang hanya berkutat pada kognitif, afektif dan psikomotor tanpa didukung dengan aspek pendidikan karakter. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah dalam kurikulum sejak 2013 aspek spiritual menjadi bagian dari aspek sikap. Hal ini akan menjadi blunder karena dengan demikian maka aspek spiritual tidak dapat menggerakkan aspek kognitif dan psikomotorik. Padahal kalau kita merujuk pada pandangan Ki Hajar Dewantara seharusnya aspek spiritual itu harus menjadi aspek tersendiri yang harus dibuat taksonominya. Supaya indikator-indikator yang lain seperti kognitif, afektif dan psikomotor dapat diturunkan dari aspek spiritual.

c. Dominasi dogma, dalil-dalil atau ajaran yang diperoleh dari barat

Dominasi dogma dari barat ini pada saat ini secara sadar sudah menguasai pemikiran pendidikan di Indonesia. Secara sadar kita lebih menghargai pendapat Benyamin S. Bloom ketimbang merumuskan kembali pandangan Ki Hajar Dewantara yang merupakan produk bangsa Indonesia. Dogma dari barat ini begitu menguasai pemikiran ahli-ahli pendidikan di Indonesia. Contoh dominasi ini adanya kecenderungan anak didik kita lebih mencintai komik-komik dari Jepang atau game-game dari Amerika.

Ketiga hal inilah yang menjadikan perlunya pendidikan karakter ada di dalam proses pembelajaran daring. Dengan harapan apabila sudah diketahui penyebabnya akan dapat ditemukan strategi untuk penerapannya dalam pembelajaran daring.

2. Model penguatan karakter peserta didik melalui pembelajaran daring

Untuk membahas pentingnya penguatan karakter peserta didik dalam pembelajaran daring kita mengacu kepada siklus Bank & Bank (1995) yang mengatakan bahwa ada 5 strategi pengintegrasian atau internalisasi nilai-nilai karakter dan budaya yaitu: 1) content integration, 2) knowledge construction, 3) prejudice reduction, 4) equity paedagogy, dan 5) empowering school culture.

a. content integration,

b. knowledge construction,

c. prejudice reduction,

d. equity paedagogy,

e. empowering school culture.

Penguatan nilai-nilai karakter melalui pembelajaran daring

a. Penguatan Konten

Penguatan konten merujuk pada penguasaan bahan yang dilakukan melalui proses literasi (reading and writing) yang dikontrol melalui suatu pendeteksian plagiasi untuk membentuk karakter peserta didik. Pada poin penguatan konten ini terjadi fenomena yang sangat miris sekali di kalangan peserta didik kita dalam hal kesadaran literasi. Hal ini berdasarkan beberapa survei dan penelitian yang menunjukkan bahwa budaya literasi peserta didik di Indonesia sangat rendah. Padahal untuk penguatan konten ini antara membaca dan menulis (reading and writing) harus terbangun secara bersamaan. Budaya membaca dan menulis harus ditingkatkan untuk mewujudkan penguatan konten sehingga pembelajaran daring lebih efektif dan efisien dalam pelaksanaanya. Apabila kita lihat dalam agama Islam, ayat yang pertama dan kedua turun berupa membaca dan menulis. Jadi sudah menjadi ketentuan Allah bahwa apabila akan mewujudkan peradaban manusia dimulai dari membaca dan menulis. Kalau tradisi literasi ini bisa dibangun dalam learning manajemen system (LMS) misalnya dengan menyediakan modul, buku atau bahan bacaan lain (membaca) dan penugasan membuat makalah, ringkasan, atau portofolio (menulis) maka dengan mudah karakter seperti jujur, gemar membaca, kerja keras, disiplin dan mandiri akan terbangun. Apabila sekarang ada aplikasi yang dapat mendeteksi plagiasi sebuah karya tulis.

b. Penguatan Aktivitas

Penguatan aktivitas pembelajaran merupakan penerapan diskusi online, workshop, chat atau video konverensi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan platform learning manajemen system (LMS) untuk membentuk karakter peserta didik. Dengan demikian akan terbangun karakter peduli sosial, bersahabat/komunikatif, demokratis, toleransi dan rasa ingin tahu.

c. Penguatan Tugas

Penguatan tugas merujuk pada pemberian tugas-tugas terstruktur dan tidak terstruktur dengan memanfaatkan kuis dan tugas pada LMS yang menggambarkan nilai-nilai karakter peserta didik. Tugas yang berbentuk kuis berupa pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, jawaban singkat, dan essay. Sedangkan tugas berbentuk membuat makalah, transkkrip dan analisis video, meringkas buku, mencari referensi, presentasi. dengan penguatan tugas ini diharapkan dapat terbangun karakter antara lain tanggungjawab, menghargai prestasi, peduli lingkungan, cinta tanah air, semangat kebangsaan dan cinta damai.

d. Pemberdayaan Budaya sekolah

Pemberdayaan budaya sekolah adalah integrasi nilai-nilai karakter dalam kegiatan ekstrakurikuler dan manajemen sekolah. Pemberdayaan budaya sekolah untuk mendukung penguatan nilai-nilai karakter harus didukung 4 hal yaitu: 1) peraturan sekolah, 2) kegiatan ekstrakurikuler, 3) respon guru dan pegawai, 4) pelibatan masyarakat.

e. Penguatan Evaluasi Pembelajaran

Penguatan evaluasi pembelajaran merujuk pada pengukuran dan penilaian terhadap pencapaian nilai-nilai karakter dengan menggunakan LMS berdasarkan indikator yang jelas dan teratur. Evaluasi pembelajaran terdiri dari Ujian Tengah Semester, Ujian Akhir Semester dan Final Project. Dalam proses evaluasi pembelajaran ini harus dilakukan survei sikap. Strategi penguatan evaluasi pembelajaran dilakukan dengan menempuh 5 langkah yaitu: 1) menyusun indikator, 2) menentukan bobot, 3) menentukan skor, 4) melakukan pengukuran dan penilaian, dan 5) menentukan hasil.

SMK Negeri 3 Tuban, 21 Nopember 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Trimks informadibya bpk, ulasan yg inspiratif.Walaupun pembelajaran daring tidak tertutup cara utk mengmbangkan karakter peserta didik.Sukses selalu bpk..

24 Nov
Balas

"... Benyamin S. Bloom ketimbang merumuskan kembali pandangan Ki Hajar Dewantara yang merupakan produk bangsa Indonesia". Langsung tersadar, ini ide yang sangat baik. "Merumuskan kembali". Saya setuju dengan Pak SUCIPTO. Produk kita tak kalah dengan mereka, hanya kita harus mau memperbaharuinya.

23 Nov
Balas



search

New Post