H 2

Oleh Sudarwati

Siapapun pasti ingin mempunyai anak yang sempurna. Itu pasti, tak ada yang ingin anaknya ada kekurangan. Namun kehendak Allah mutlak. Tak selalu sama dengan yang kita inginkan. Allah telah menggariskan jalan hidup ummatnya. Rahasia-Nya tak mampu kita jangkau di nalar. Hanya keyakinan bahwa kehendak-Nya adalah yang terbaik.

Aku adalah hamba yang menerima rahasia itu. Allah telah memberiku anak istimewa. Anak lelakiku kedua dengan keterbatasan IQ. Pada awalnya nalarku tak bisa berdamai. Kuperlakukan dia layaknya anak normal. Aku tak bisa menerima kenyataan. Hingga dia sering menangis karena perlakuanku.Tapi akhirnya aku sadar. Kuterima dengan caraku. Mengubah perlakuanku, tuntutanku padanya. Harus berbeda. Tak seperti pada kakaknya.

Perlahan ikhtiarku berbalut asa dan keyakinan. Akulah ibu yang harus mengerti dia. Bahasanya selalu kumaknai dengan naluriku. Aku harus mengerti bahasa dia. Kata-katanya kadang lucu. Kadang pula membingungkan. Kali ini aku tidak berhasil memaknai dengan benar. Akhirnya dia ngambek dan nangis sambil berteriak. Semua bingung termasuk aku Banyak kata yang mirip dengan ucapannya sudah ku coba tapi salah. Aku berpikir keras sambil bersembunyi. Dia marah karena tidak ada yang mengerti ucapannya. Dia melempar mainannya pada tiap orang. Aku jadi takut juga. Alhamdulillah akhirnya aku ingat acara TV kesukaanya. Ku coba bertanya,

"Te tak tung itu….Tersanjung ya nak, acara di TV?" Tanyaku penuh harap. Anakku langsung diam. Dia mengangguk tersenyum mengusap air matanya. Ku peluk dia penuh kegembiraan.