H.1

Oleh Sudarwati

Kenangan masa lalu yang ingin ku tulis. Memang tidak terlalu istimewa, tapi melekat di benak. Mungkin karena pertentangan batin. Juga karena merasa dikibuli. Pengalaman ini ingin ku bagi. Tujuanku agar pembaca berhati-hati. Dan tidak mengalami hal yang sama seperti aku.

Waktu itu saya tinggal di komplek perumahan guru. Suasana penuh dengan persaudaraan. Kita sama-sama senasib. Penghuni dengan profesi yang sama. Seakan kita satu nafas yaitu mendidik. Dalam segala kegiatan seirama penuh kebersamaan. Dari olahraga, bersama, arisan bersama, makan bersama dan kemasyarakatan bersama.

Namun di sisi pribadi yang berbeda kita harus jeli. Artinya harus saling mengerti dan hargai. Karena jika tidak akan membekas seperti yang kualami ini. Sore itu, memacu rasa lapar. Karena aku dan ibu-ibu usai latihan volly. Secara kebetulan Bu Ani menyuguhkan menu soto panas. Wauw ini makanan kesukaanku. Apalagi kata Bu Ani soto ayam kampung. Aku dengan lahap menikmati soto itu. Selagi menikmati soto itu, aku kurang kuah. Aku ijin Bu Ani untuk menambah sendiri kuah soto. Bu Ani mempersilahkan. Panci besar di atas tungku ku buka.

"Subhanallah ini bukannya tulang rusuk kelinci," tanyaku setengah berteriak kaget. Kulihat Bu Ani tersenyum sambil mengangguk. Dengan kecewa aku menjauh dari ibu-ibu yang tercengang. Perutku tidak terima, seperti ada pompa didalamnya. Mengaduk seluruh isi perut. Rupanya selera sudah damai dengan rasa. Maka keluarlah soto kelinci. Setengah menu tuntaslah sudah.