“Selamat datang kawan,apa kabar kawan?”sepenggal ucapanku pada kawan lamaku,hujan.Terlalu banyak memang, orang menganggap hujan sebagai hambatan,rintangan bahkan sebuah gangguan.Namun bagi ku,hujan adalah kawan lama yang sesekali ingin bercengkerama dan menyapa.Maka tak hayal,jika kehadirannya pun terencana,tertanda,walau kadang juga secara tiba – tiba.Tetapi, tak jarang juga, kita begitu merindukannya saat ia tak kunjung datang.

Bagi ku,hampir setiap hari aku berjumpa dengannya.Saat pagi,ketika aku harus pergi mencari rizqi,ia begitu setia menyapa dan menemaniku dalam perjalanan muliaku.Ia begitu dekat denganku,membasahi wajah,tangan,bahkan sekujur tubuhku,seolah ia begitu rindu dengan pelukanku.Kurasakan betul kehangatan dirinya di balik jas hujan tipisku,yang tembus oleh ketulusan dan kerinduannya.Tak pernah ku mengeluh,apalagi berburuk sangka atas kehadirannya.Bagiku,itulah cara ia menyapa sahabat lamanya,sebagai penyemangat dalam bekerja.

Ketika aku sedang bekerja pun,ia sering menghampiriku,menemaniku,setia menunggu untuk pulang bersama dalam perjalananku.Hingga suatu saat,ketika aku pulang bekerja,kudapati kawan lamaku telah menunggu di rumahku.Ya,sore itu hujan,si kawan lamaku telah menghampiri,berkunjung dan singgah di rumahku,melaui pintu gentingku dan saluran air pembuangan ku.Segera, ku sisingkan baju,celanaku,kuusap dengan kain pel,seraya kuucapkan,”terima kasih Tuhan,kau telah mengirim hujan,si kawanku untuk menyapaku,keluargaku dengan membersihkan rumahku dari segala sesuatu yang tak pernah ku tahu,aku kan merindukanmu,hujan kawan setiaku.”