PERTEMUAN PARA BINTANG RVL PERDANA

Sugiarti Depok

Minggu yang ceria tepatnya ditanggal 7 Maret 2021 dengan suasana yang menyejukkan ditambah hangatnya mentari yang menyinari membuat persada tersenyum. Pagi menjelang siang pertemuan yang bersejarah tak menghalangi untuk bersua meskipun dalam daring. Tak akan ada alasan bagi pencari ilmu yang haus akan ilmu terbaru nan bermanfaat dari pak para Bintang RVL ( Rumah Virus Literasi ) yang mengusung terciptanya virus literasi. Sesuai dengan jadual yang telah ditentukan maka dilakukan pertemuan melalui google meet dengan alamat link : http://meet.google.com/edc-ymsj-etw kegiatan yang dimulai sejak jam 10.00 WIB-12.00 WIB . Peserta yang antusias dari berbagai pelosok negeri menghiasi pertemuan perdana RVL yang spektakuler. Salam sapa yang menghangatkan suasana dari bu Milati Masruroh membuat makin terasa kekeluargaan yang makin membara. Partisipan yang hadir sebanyak 19 orang diantaranya : Pak Dosen Much Khoiri, bu Milati Masruroh,bu Rosalina, Bu Nanik Wijayanti, Bu Sri Rahayu, bu Herawati, Pak Wijaya Kusumah, bu Hibatun Wafiroh, , bu Panca Lukitasari, Pak Yudi Hermawanto, Bu Nuraini, bu Sri Sugiastuti, pak Chamim Rosyidi, bu Rita, Bu Sumintarsih Min, bu Nuraini Ahwan pak Abdullah Makrus, bu Sugiarti serta pak Muhammad Arif. Para partisipan dari berbagai penjuru Nusantara, mengutamakan persaudaraan literasi meskipun semuanya sibuk namun demi mengusung skala prioritas maka pertemuan daring dapat dilaksanakan sesuai rencana.

Pembukaan sekaligus arahan dari pak Dosen Much Khori, bahwa seseorang itu tergantung dari personal branding dari tulisan yang merupakan rekam jejak kehidupannya. Masalah utama adalah penulis yang tidak memiliki etika dengan melakukan Plagiasi yang mengambil dari penulisan pengarang terkenal dengan plagiasi. Plagiasi yang buruk dengan tingkat pragiasi hampir 90 persen. AKibat perbuatan itu maka penulis yang sesungguhnya akan melaporkan kegiatan plagiasi tersebut ke jalur hukum. Hukuman terberat adalah menghentikan penerbitan buku yang bersangkutan. Semua cerpen yang terindikasi plagiasi maka akan di diskualifikasi penerbitannya. Di Amerika, plagiarism adalah menulis kembali karya orang lain, menulis kembali , tanpa menyebutkan penulisan aslinya. Proses menuliskan kembali dalam paraphrase lalu ditulis kembali menurut penulis yang kedua. Selfplagiarism/ Autoplagiarisme atau membuat plagiat karangan sendiri. Jika ada 20 persen similarisme teksnya maka muncul hasil similate atau kemiripan dari teks yang lain lalu dibuktikan dengan sumber redaksi yang terbaru maka akan digunakan penulis aslinya. Jika naskah digunakan tanpa etika maka akan ada tanda merah hasil similate. Menurut Ali Saukah Selfplagiarisme, kalau sesorang sudah mempublikasikan di web atau di blog, dalam tulisan yang baru ditulis kembali tanpa menulis tulisan asli di blog yang lalu. Kata kuncinya telah jika telah dipublikasi jangan dipublikasi ulang. Hal yang harus dihindari adalah kata kuncinya jangan melakukan kegiatan Plagiat serta selfplgiarisme/ autoplagiarisme. Yang paling aman kalau non fiksi membuat sumbernya harus benar , mengucapkan terimkasih kepada penulis sebelumnya dengan menulis dalam footnote.

Kejujuran adalah sifat dan syarat dasar yang harus dimiliki oleh penulis. Dengan menyebut nama tanpa menulis sumber bukunya hal tersebut merupakan termasuk plagiat. Tulisan refleksi secara umum maka tidak menjadi suatu permasalahan. Namun jika akan dimasukkan ke dalam buku maka sebaiknya diberikan sumber referensinya dengan benar. Ketika diabadikan dan akan dibaca oleh khalayak umum sebaiknya sumber referensi ditulis dengan baik dan benar. JIka menemukan kata yang sama persis berarti terindikasi adanya tindakan plagiarisme.

Depok

7 Maret 2021

3.21 PM