SUGIHARTI, S.Pd., M.Pd

Guru mata pelajaran IPS di SMP 7 Kota Banjar Jawa Barat.Pernah kuliah di UNS Surakarta PIPS Sejarah, Lahir 03 Feb 1975....

Selengkapnya
Navigasi Web
ARTIKEL REFLEKSI KEGIATAN DISEMINASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF
Sumber gambar dokumen peserta diseminasi Ratna Utami

ARTIKEL REFLEKSI KEGIATAN DISEMINASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Oleh : Sugiharti, S.Pd., M.Pd

A. Latar Belakang

Berdasarkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Peran Guru di sekolah adalah sebagai among yang menuntun benih-benih kebudayaan yaitu murid untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang beradab/berkarakter agar ia tidak kehilangan arah dan dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

Namun tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi yang sudah mendunia, banyak remaja yang berprilaku negatif seperti berkata kotor, berbohong, berkelahi, memalak, membolos, perundungan (bullying). Hal tersebu tmenjadi tanggungjawab yang besar bagi pendidik bagaimana mengatasi kenakalan remaja yang indisipliner ini. Untuk itu membangun karakter murid sebagai warganegara yang baik sangatlah penting untuk segera dilakukan, karena sekolah merupakan salah satu institusi pembentukan karakter.

Salah satu upaya yang bisa dilakukan di sekolah adalah dengan menciptakan budaya positif di sekolah. Dengan diterapkannya budaya positif tersebut, murid diharapkan memiliki karakter yang baik sesuai dengan karakter dalam profil pelajar Pancasila. Rencana aksi nyata yang akan saya lakukan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yaitu menyusun kesepakatan kelas dan mendiseminasikan budaya positif kepada rekan sejawat. Kesepakatan kelas ini berisi nilai-nilai kebajikan yang menjadi harapan guru terhadap murid, dan harapan murid kepada guru yang telah disepakati bersama.

B.Deskripsi Aksi Nyata

Diseminasi aksi nyata dilaksanakan pada komunitas praktisi MGMP IPS tingkat Kota Banjar, pada tanggal 3 November 2022. Bertempat di aula UPTD SMPN 7 Banjar. Dalam kegiatan tersubut dihadiri 22 orang guru perwakilan dari sekolah SMP se-Kota Banjar..

Kegiatan berjalan lancar dan menyenangkan dimulai dari pukul 09.00 sampai pukul 11.30 WIB dengan susunan acara sebagai berikut : Pertama Pembukaan. Kedua sambutan ketua MGMP IPS. Ketiga acara inti diseminasi aksi nyata budaya positif di sekolah yang disampaikan secara kolaborasi oleh calon guru penggerak yaitu penulis sendiri Sugiharti, S.Pd., M.Pd dan Ibu Evi Sukmawati, S.Pd. Keempat acara tanya jawab dan kelima penutup doa yang akan disampaikan oleh Pak Sulaiman, S.Pd

Selain disampaikan ke anggota MGMP IPS tingkat Kota. Diseminasi juga disampaikan kepada dewan guru SMPN 7 Banjar, pada hari senin tanggal 7 November 2022, pukul 07.20-09.00. Tempat pelaksanaan ruang aula sekolah. Kepala sekolah Guntur Nugraha, S.Pd., M.Pd, dalam sambutannya menyampaikan Budaya Positif merupakan budaya yang harus kita terapkan secara kompak bersinergis, berkelanjutan dan refleksi. Berharap hal tersebut diimplementasikan oleh warga sekolah secara berkelanjutan, sebagai upaya mewujudkan siswa yang berkarakter, berbudi pakerti luhur. Terbangun motivasi intrinsik untuk disiplin, memiliki kontrol diri sebagai pelajar profil Pancasila. Sebagai kepala sekolah berharap para peserta CGP ini menjadi motor penggerak perubahan positif berkelanjutan memajukan sekolah.

Dalam acara ini selain tindakan aksi nyata pembuatan keyakinan kelas, ada beberapa materi yang disampaikan penulis adalah konsep utama dalam modul budaya positif ini antara lain :

1. Disiplin Positif

2. Nilai-nilai Kebajikan Universal

3. Motivasi Prilaku Manusia

4. Konsep Disiplin dengan Identitas Gagal (Hukuman dan Penghargaan)

5. Keyakinan Kelas

6. Posisi Kontrol Guru

7. Segitiga Restitusi

Disiplin Positif.

Konsep disiplin positif yang merupakan unsur utama dalam terwujudnya budaya positif yang kita cita-citakan di sekolah-sekolah kita. Menurut Ki Hajar Dewantara disiplin Positif adalah kemampuan seseorang mengontrol diri, dan menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita hargai agar tercapai tujuan mulia yang diinginkan.seseorang yang memiliki disiplin diri bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya karena mereka mendasarkan tindakan mereka pada nilai-nilai kebajikan universal.

Selama ini kita mendengar kata ‘disiplin’, dihubungkan dengan tata tertib,teratur, dan kepatuhan pada peraturan. Kata ‘disiplin’ juga sering dihubungkan dengan hukuman. Padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif terakhir dan bila perlu tidak digunakan sama sekali.

Sebagai pendidik, tujuan kita adalah menciptakan anak-anak yang memiliki disiplin diri sehingga mereka bisa berperilaku dengan mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal dan memiliki motivasi intrinsik, bukan ekstrinsik (karena hukuman, pujian, ketidaknyamanan).

Jadi disiplin positif adalah prilaku yang mengacu pada nilai-nilai universal atas kesadaran dari dalam sendiri sendiri (motivasi intrinsik) bukan untuk menyenangkan rang lain maupun terhindar dari teguran maupun hukuman.

Nilai-nilai kebajikan Universal.

Nilai-nilai kebajikan adalah nilai-nilai yang disepakati bersama, lepas dari suku bangsa, agama, bahasa maupun latar belakangnya. Nilai-nilai kebajikan tersebut antara lain :

v Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia.

v Mandiri

v Bernalar Kritis

v Berkebinekaan Global

v Bergotong royong

v Kreatif

v Toleransi

v Rasa Hormat

v Integritas

v Persahabatan

v Menghargai

v Antusias

v Empati

v Keingintahuan

v Percaya Diri

v Komitmen Tanggung jawab

v Kejujuran (Amanah)

v Hormat dan Santun

v Dermawan, Suka Menolong

v Percaya Diri, dan Pekerja Keras

v Kepemimpinan dan Keadilan

v Baik dan Rendah Hati

v Kedamaian dan Kesatuan

v Pendengar yang Aktif

v Tidak Merendahkan Orang Lain

v Memberikan yang Terbaik dari Diri

Motivasi Perilaku Manusia

Motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seserang baik sadar maupun tidak sadar untuk melakukan sesuatu. Menurut Diane Gossen, ada 3 motivasi perilaku manusia:

Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman.Ini adalah tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Murid melakukan disiplin karena takut dihukum Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini murid berperilaku disiplin karena mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ini yang akan kita laksanakan. Motivasi yang akan membuat murid memiliki disiplin positif karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan eksternal.

Konsep Disiplin dengan Identitas Gagal (Hukuman dan Penghargaan)

Ini adalah penerapan disiplin melalui hukuman dan penghargaan. Hukuman Sesuatu yang menyakitkan, murid tidak nyaman, akibatnya murid akan menyembunyikan kesalahan. Penghargaan ternyata bukan cara yang efektif menegakan disiplin di sekolah. Penghargaan Merusak Hubungan. Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan penghargaan tersebut. Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya.

Keyakinan Kelas

Keyakinan kelas merupakan nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati bersama dengan murid di kelas, baik secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama yang dipegang/diyakini seseorang. Keyakinan disusun berdasarkan kesepakatan Kelas sebagai salah satu upaya penting untuk terbentuknya budaya positif.

Contohnya kita menggunakan helm bukan karena mentaati peraturan lalu lintas, namun karena keselamatan. Nilai keselamatan inilah yang kita sebut sebagai suatu ‘keyakinan’. Nilai-nilai kebajikan universal menjadi landasan kita dalam membuat suatu keyakinan kelas. Melalui kenyakinan kelas ini murid akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan tertulis.

Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit.Berupa pernyataan-pernyataan universal.Pernyataan keyakinan kelas dibuat dalam bentuk positif. Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut. Semua warga kelas ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.

Contoh :Tidak melakukan bulliying menjadi kenyakinan kelas saling menghormati. Tidak membolos menjadi kenyakinan kelas komitmen. Dilarang melakukan kekerasan menjadi keyakinan kelas kasih sayang

Posisi Kontrol Guru

Berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau dan Manajer.

Segitiga Restitusi

Restitusi adalah Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif melalui proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain.

Melalui pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan menanggapi dengan mengajak murid berefleksi tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya. Pendekatan restitusi tidak hanya menguntungkan korban, tetapi juga menguntungkan orang yang telah berbuat salah.

Ada peluang luar biasa bagi murid untuk bertumbuh karakternya, ketika mereka melakukan kesalahan, karena pada hakikatnya begitulah cara kita belajar. Murid perlu bertanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih, namun mereka juga dapat belajar dari pengalaman untuk membuat pilihan yang lebih baik di waktu yang akan datang.

Restitusi fokus pada karakter.Dalam proses restitusi diri, maka murid akan menyadari dia sedang menjadi orang yang seperti apa, yang itu adalah menunjukkan fokus pada penguatan karakter. Ketika guru membimbing murid untuk penguatan karakter, guru akan mengatakan, “Ibu/Bapak tidak terlalu mempermasalahkan apa yang kamu lakukan hari ini, tetapi mari kita bicara tentang apa yang akan kamu lakukan besok. Kamu bisa saja minta maaf, tapi orang akan lebih suka mendengar apa yang akan kamu lakukan dengan lebih baik lagi. Berikut merupakan ciri-ciri restitusi :

1. Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar dari kesalahan

2. Restitusi memperbaiki hubungan

3. Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan

4. Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri

5. Restitusi Fokus pada karakter bukan tindakan

6. Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan

Segitiga Restitusi

Merupakan sebuah pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif, melalui 3 proses tahapan yaitu yaitu

1) Menstabilkan Identitas Stabilize the Identity” bahwa kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan”.

2) Validasi Tindakan yang Salah, “ Semua prilaku memiliki alasan.

3) Menanyakan Keyakinan,” Kita semua memiliki motivasi internal

Alhamdulillah dalam memaparkan materi berjalan tidak terburu-buru. Dalam durasi 150 menit selesai diselingi dengan tanya jawab dan ice breaking. Sepanjang sesi peserta terlihat berpartisipasi aktif. Ada 3 pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta antara laian:

1. Ibu Sri Nurhayanti dari SMP N 4 Banjar, “tentang penghargaan, di sini dipaparkan bahwa penghargaan maupun hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang menghancurkan potensi untuk pembelajaran. Padahal selama ini banyak penjelasan bahkan kami sering melakukan memberikan penghargaan kepada murid dengan maksud untuk memotivasi dan mengakui potensi mereka. Lalu kita sebagai guru sekarang harus bagaimana karena penghargaan dianggap sebagai identitas yang gagal. Apakah penghargaan yang dimaksud adalah termasuk penghargaan yang sering kami lakukan tersebut.

2. Ibu Yani Mulyani, S.Pd. “ Saya mengakui bahwa saya sering menempatkan diri sebagai penghukum dan rasa bersalah untuk mengatasi permasalahan murid yang indisipliner, namun hal ini menurut saya malah justru efektif karena kelas menjadi tertib.

Jawaban Penulis

1. Atas pertanyaan Ibu Sri, “Penghargaan yang diaggap identitas yang gagal adalah jenis penghargaan yang bersyarat menginginkan murid melakukan sesuatu yang kita inginkan, dalam jangka waktu pendek ataupun panjang. Hal ini berbeda dengan penghargaan dengan kalimat reward yang tidak berlebihan saat siswa meraih prestasi. Menurut Alfie Kohn “Saat kita berulang kali menjanjikan hadiah kepada anak-anak agar berperilaku bertanggung jawab, atau kepada seorang murid agar mempelajari sesuatu yang baru, atau kepada seorang karyawan agar melakukan pekerjaan yang berkualitas, kita sedang berasumsi mereka tidak dapat melakukannya, atau mereka tidak akan memilih untuk melakukannya.”

2. Atas peryataan Bu Yani, “ ya selama ini saya pun melakukan hal yang sama seperti yang ibu lakukan. Namun ternyata menurut teori Alfie Kohn hukuman menyakitkan dan membuat murid/anak sakit hati dan membenci peraturan.

C. Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan

1. Adanya kesamaan pemahaman/persepsi tentang budaya positif di sekolah

2. Adanya kekompakan wali kelas dan murid menyusun kesepakatan kelas

3. Terpampang keyakinan kelas di dinding ruang kelas dan keyakinan sekolah dalam bentuk poster yang terpasang di sudut sekolah yang mudah terjangkau dan terbaca.

4. Adanya perubahan terciptanya disiplin positif di sekolah yang tercerpin pada berkurangnya tingkat indisipliner murid dan guru

B. D. Pembelajaran yang Didapat dari Pelaksanaan

Pembelajaran yang penulis dapatkan dari pelaksanaan kegiatan penyusunan keyakinan kelas dan diseminasi ke rekan sejawan ini antara lain;

a. Kegagalan

Belum 100% wali kelas/guru membuat keyakinan kelas. Sudah 10 kelas dari 15 kelas yang ada telah membuat keyakinan kelas dan terpasang di dinding kelas. Lima kelas yang belas adalah kelas VII.

b. Keberhasilan

Sudah 66% wali kelas dan murid mampu menyusun keyakinan kelas.Hal ini merupakan langkah awal yang baik menuju keberhasilan upaya menciptakan budaya positif di sekolah. Sebagai aksi nyata utk mewujudnya karakter pelajar Pancasila

E. Respon Murid dan Guru

Respon Murid

Nia kelas IXC “Saya senang, karena ikut dilibatkan secara aktif dalam proses pembuatan kesepakatan kelas yang kemudian diubah menjadi keyakinan kelas. Saya berharap keyakinan kelas yang telah dibuat dan disepakati oleh seluruh siswa ini dilaksanakan dengan penuh kesadaran dan tanggungjawab. Sehingga hubungan kami dengan guru menjadi baik. Kenakalan teman-teman berkurang seperti membolos, membully menjadi hilang dan kami menjadi lebih baik lagi kedepannya”

Respon Guru

Respon Guru diwakili oleh Pak Trias Trisnawan, S.Pd,:

“ Saya menyambut baik implementasi budaya positif di sekolah. Saya bersyukur mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru yang gratis. Apa yang dipaparkan oleh ibu Sugiharti tentang budaya positif cukup jelas, mudah dipahami. Sebelum mengikuti Diseminasi ini, saya belum pernah menerapkan segitiga

restitusi ketika menghadapi permasalahan siswa. Namun setelah ini saya akan mempraktekannya di kelas saya, terutama membuat kesepakatan/keyakinan kelas. Saya senang diperkenalkan program disiplin positif yang dinamakan Restitusi dan lima posisi kontrol guru. Saya akan segera mempraktikan pula segita restitusi untuk menemukan solusi menangani siswa yang indisipliner. Berusaha menerapkan posisi diri sebagai teman dan manajer untuk menuntun siswa dan menumbuhkan karakter baik mereka.”

F. Rencana Perbaikan untuk Implementasi ke Depan

1. Melakukan pemantau, merefleksi dan mengevaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat dan penerapannya.

2. Menghindari hukuman dan penghargaan dalam penerapan budaya positif di sekolah.

3. Pada setiap tahun ajaran baru akan membuat keyakinan kelas melalui kesepakatan kelas.

G. Dokumentasi Pelaksanaan Diseminasi

Dokumentasi kegiatan berupa video ada di https://youtu.be/OBhhQiPPsew

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang keren

08 Nov
Balas

Sangat luar bisa, semangat untuk berliterasi

06 Dec
Balas

Terimakasih bu fasilil

07 Apr

Terimakasih bu fasilil

07 Apr



search

New Post