Sugih Permono

Sugih Permono lahir di Medan pada tanggal 22 Agustus 1967. Saat ini tinggal di Jl. Ir. H. Juanda No. 47 Binjai. Tugas di Politeknik LP3I Medan....

Selengkapnya
Navigasi Web

DARI DEPENDEN KE INDEPENDEN

DARI DEPEDEN KE INDEPENDEN

Lanjutan, Merdeka belajar atau belajar merdeka

Tantangan hari ke-57

Piagam kemerdekaan Amerika disebut dengan Declaration of Independence, pernyataan tentang kemerdekaan. Independen artinya bebas dan merdeka. Berasal dari akar kata dependen yang berarti terikat, bergantung, ditindas, lalu mendapatkan tambahan awalan negasi, penolakan “In” menjadi Independen, tidak terikat, tidak bergantung, tidak tertindas, tidak didominasi, merdeka, bebas, lepas.

Manusia di awal kelahirannya berada dalam kondisi bebas dan merdeka. Sebagai makhluk yang bernama manusia, ia memiliki hak-hak mendasar yang harus dihormati dan dilindungi oleh negara yang disebut dengan hah azasi manusia. Tidak ada seorangpun yang boleh mengambil dan melanggar hak azasi yang dimiliki oleh seseorang. Hal itu dilindungi oleh hukum internasional sekalipun. Ia memiliki kebebasan untuk mendapatkan dan menjalankan hak-hak yang diperolehnya dari Tuhan Yang Maha Kuasa yang dalam konteks negara, di jamin pelaksanaannya dan diatur dalam UU Dasar dan peraturan negara lainnya. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, hak untuk berbicara, hak untuk dipilih dan memilih, hak untuk bersyarikat, hak untuk mendapatkan keadilan, persamaan perlakuan hukum yang setara dan banyak hak-hak dasar lainnya.

Meskipun begitu, adalah sebuah kenyataan sosiologis jika kemudian kita menemukan bahwa dalam kehidupan ini terjadi banyak kesenjangan yang dapat menimbulkan penindasan, penjajahan, dominasi, ketergantungan yang semuanya itu merengut kemerdekaan dan kebebasan seseorang. Di masyarakat manusia kita dapat melihat ada kelompok manusia yang memiliki materi yang berkelimpahan, kaya raya, namun disudut-sudut kota kita melihat kemiskinan yang menyesakkan dada. Yang kaya bisa saja menggunakan kekayaannya itu untuk menindas simiskin, menggusur tempat tinggal mereka karena di sana akan dibangun gedung-gedung mewah pencakar langit. Dengan uang, pilihan politik masyarakat miskin bisa dibeli, sehingga kini, tidak mungkin rasanya kita mendapatkan sosok kepala daerah atau anggota DPRD yang tidak menggunakan uang untuk bisa sampai keposisi dan jabatannya sekarang.

Kesenjangan yang lain, fenomena yang real, nyata dimasyarakat adalah antara yang kuat dengan yang lemah, yang berkuasa dengan yang dikuasai. Antara yang bodoh dengan yang pintar, antara yang cantik dengan yang jelek, antara majikan dengan pembantu, antara pengusaha dengan para buruh, antara orang dewasa dengan anak-anak. Antara kelompok mayoritas dengan kelompok minoritas dan seterusnya. Ada kelompok yang lebih baik dibandingkan kelompok lainnya, dan ada kelompok yang kurang bernasib baik, mereka terpinggirkan. Tapi semua kesenjangan itu, haruslah dijaga sedemikian rupa hingga tidak menghadirkan dominasi, penindasan, penjajahan, pembodohan dan seterusnya yang semuanya itu merenggut kemerdekaan seseorang sebagai makhluk yang harusnya tumbuh dan berkembang secara bebas, bagaikan bunga yang mekar di musim semi.

Apa kenyataan yang kita lihat dalam kehidupan nyata justeru sebaliknya, kesenjangan tersebut benar-benar melahirkan ketergantungan, pembodohan dan dominasi sedemikian rupa hingga mereka yang bernasib kurang baik tersebut menjadi makhluk-makhluk terjajah yang hidupnya penuh dengan ketakutan, pesimisme, sikap hidup nrimo, putus asa, rutinitas, terkebelakang dan sejumlah sikap mental orang terjajah lainnya. Masih ingatkan kita bahwa bangsa kita telah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda, yang kemarin ratunya datang berkunjung ke Indonesia, disambut dengan penuh rasa hormat oleh Jokowi dan Ibu Iriana. Pahamlah kita, bagaimana dampak yang muncul akibat penjajahan tersebut, kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Tidak usah lagi kita mengulang betapa dahsyatnya kekejian, kekejaman, penyiksaan, pembunuhan, pemerkosaan, yang dilakukan para penjajah itu selama ratusan tahun di bumi pertiwi ini.

Benar bahwa Indonesia telah merdeka, lebih dari 74 tahun kita telah menikmati kemerdekaan itu. Tapi apakah secara kultural, secara budaya, sikap mental kita memang benar-benar sudah seperti orang-orang merdeka. Atau sebaliknya, sebagian masyarakat kita masih saja berada dalam kungkungan budaya feodalistik, mereka yang memiliki kekuasaan telah menggantikan para penjajah dengan sikap-sikap arogansinnya pada rakyat kecil. Lihatlah budaya kita dalam relasionalitas antara atasan dan bawahan misalnya di kantor-kantor pemerintahan. Lihat budaya relasional antara masyarakat dengan aparatur penegak hukum. Bagaimana kita melihat betapa begitu berkuasanya kepala-kepala daerah itu, bertindak sesukanya dan seterusnya.

Bahkan budaya menindas itu, yang kita terima ratusan tahun dari sang penjajah, kini juga kita teruskan dalam sistem pendidikan, baik di rumah, dimasyarakat maupun disekolah-sekolah formal. Bagaimana takutnya seorang anak ketika ia berhadapan dengan orang tuanya. Kapan anak itu didengar pendapat dan fikirannya dalam proses pengambilan keputusan di rumah. Bagaimana cara orang tua mendidik anak-anaknya di rumah juga diwarnai dengan feodalisme dan penindasan. Sekolah juga menjadi lembaga yang menakutkan dan memuakkan bagi sebagian siswa, begitu banyak tugas dan hafalan, hukuman dan ancaman dari kepala sekolah dan guru. Cibiran teman-teman dan lirikan menikam buat para siswa yang tidak memiliki kemampuan matematikan yang memadai. Ujian yang menghabisi dan membunuh masa depan, serta pengajaran-pengajaran yang tidak relevan. Semuanya untuk melanggengkan dominasi sistemik terhadap mereka-mereka yang tak mampu melawan, mereka tertindas.

Masih ingatkan anda dengan film legendaris Dead Poets society, ketika seorang guru Sastra Inggris, Jhon Keating, yang diperankan oleh Robin Wiliams, menyuruh muridnya merobek-robek halaman-halaman buku satranya dan menyuruh mereka berdiri di atas meja meneriakkan puisi buatan mereka sendiri. Film tentang Pendidikan yang membebaskan ini, akhirnya menceritakan tentang guru mereka yang dipecat oleh sekolah karena mengajarkan sesuatu yang berbeda dari kurikulum sekolah, namun sangat mereka cintai dan mereka sayangi. Karena dengan metode mengajarnya, guru mereka ini telah mampu membuat mereka merasa bebas dan merdekan untum menentukan masa depan mereka masing-masing, mereka menemukan jati diri mereka masing-masing.

Tahun 2009 kita menonton 3 Idiots, film India yang menceritakan pemberontakan tiga siswa terhadap sistem pendidikan dan penindasan orang tuanya. Sungguh, kelas-kelas dan keluarga yang menyedihkan yang menganggap siswa dan anaknya adalah makhluk kecil yang tak punya kemampuan apa-apa, yang segala sesuatunya harus dituntun oleh orang dewasa, bahwa guru dan orang tua lah yang paling tahu masa depan yang terbaik bagi seorang anak, seperti dalam film 3 Idiots ini, juga terjadi di sekolah-sekolah dan keluarga di Indonesia.

Lama kita menunggu, kapan ada gerakan yang bisa merubah semua kondisi feodalistik ini. Kini kita mendengar ada gerakan Merdeka Belajar. Sebuah gerakan untuk bagaimana kita bisa menjalankan proses belajar mengajar dengan semangat merdeka. Mungkin inilah upaya untuk kita agar setelah sekian lama kita merdeka, kita bisa belajar dengan baik menjalankan nilai-nilai kemerdekaan itu dalam dunia pendidikan. Karena sudah ratusan tahun dijajah, bahkan setelah kemerdekaan itu kita peroleh, kita gugup dan gamang menjalankannya. Kita perlu belajar untuk merdeka. Atau mungkin memang ada kelompok-kelompok yang menyandera kebebasan kita, untuk kepentingan mereka, siapa tahu ?

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post