Sugih Permono

Sugih Permono lahir di Medan pada tanggal 22 Agustus 1967. Saat ini tinggal di Jl. Ir. H. Juanda No. 47 Binjai. Tugas di Politeknik LP3I Medan....

Selengkapnya
Navigasi Web
KEMENANGAN DAN BUDAYA RENDAH HATI

KEMENANGAN DAN BUDAYA RENDAH HATI

KEMENANGAN DAN BUDAYA RENDAH HATI

Tantangan hari ke-59

David Brooks dalam bukunya The Road To Character, Karakter-karakter yang menentukan kesuksesan, yang baru saja diterbitkan oleh Penerbit Gramedia, menuliskan tentang Command Performance. Sebuah program siaran radio NPR, yang menyiarkan program radio lama memperdengarkan kembali command performance, sebuah acara hiburan yang ditujukan bagi tentara selama Perang Dunia II. Episode I kebetulan disiarkan sehari setelah Hari Kemenangan Sekutu terhadap Jepang, yaitu pada 15 Agustus 1945.

Episode itu memunculkan beberapa selebritas besar pada zaman itu : Frank Sinatra, Marlene Districh, Cary Grant, Bette Davis, dan lainnya. Namun, ciri yang paling menonjol dari acara itu adalah kesederhanaan dan kerendahan hati. Pihak Sekutu baru saja mendapatkan kemenangan paling terhormat dalam sejarah manusia. Namun, tidak ada tepukan dada tandan bangga di acara itu. Tak seorang pun mengacungkan tombak kemenangan.

“Baiklah, kelihatannya sudah selesai, “kata Bing Crosby, sang pembawa acara, membuka acara itu. “Apa yang bisa kita katakan di saat seperti ini ? Kita tidak bisa melemparkan baju ke udara karena itu khas acara lomba lari di hari raya. Saya rasa yang bisa dilakukan oleh semua orang hanyalah berterima kasih pada Tuhan karena semuanya sudah selesai”. Lalu Bing Crosby pun meringkas suasana hati saat itu : “Namun, hari ini, perasaan terdalam kita adalah kerendahan hati”.

Acara itu mencerminkan reaksi Amerika Serikat secara keseluruhan, setelah mereka memenangkan perang melawan Jepang. Seorang wartawan perang, Pyle, mengantisipasi kemenangan itu dengan menyebutkan : “Kita bukan menang karena takdir menciptkan kita lebih baik dari pada orang lain. Saya harap bahwa dalam kemenangan, kita lebih bersyukur daripada berbangga”. Memang ada juga perayaan atas kemenangan itu, jalan-jalan di distrik busana New York diselimuti taburan kertas warna-warni dan para pelaut di San Fransisco mengambil alih kereta gantung dan menjarah toko minuman. Namun, suasana hati rakyat terbelah, kegembiraan menjadi duka dan keraguan diri.

Hal ini terjadi karena perang adalah peristiwa yang sangat besar yang telah menyebabkan banjir darah, sehingga orang-orang merasa begitu kecil. Begitu juga dengan bagaimana perang itu diakhiri di pasifik – dengan bom atom. Orang-orang di seluruh dunia baru saja menyaksikan kebiadaban yang mampu dilakukan oleh manusia. Sekarang ada senjata yang bisa membuat kebiadaban itu menjadi malapetaka dunia. “Kemenangan ini mengandung kesedihan dan keraguan selain kegembiraan dan syukur”, tulis James Age dalam artikelnya di majalah Time, pada minggu itu.

Kerendahan hati dalam situasi di atas, bukanlah sesuatu yang dibuat-buat untuk gaya-gayaan. Mereka tidak berkeliling dan mengumbar kehebatan mereka. Nurani pertama mereka adalah mengingatkan diri bahwa secara moral mereka tidak lebih unggul dibandingkan orang lain. Mereka mawas diri terhadap keangkuhan dan pemujaan diri, karena mereka sadar, kemenangan mereka juga diperoleh dengan begitu banyak korban manusia, yang sampai kini masih tercatat dalam sejarah manusia sebagai peristiwa paling memilukan dalam perjalanan hidup manusia.

------------------------------------

Sekarang mari kita mundur pada peristiwa yang terjadi sekitar seribu lima ratus tahun yang lalu. Ketika Muhammad SAW membebaskan Makah, Fathul Makah.

Ketika Islam mulai disampaikan secara terbuka, maka berbagai penindasan di alami oleh Muhammad dan sahabat-sahabat Rasulullah yang telah memeluk Islam. Pengucilan, pemboikotan, penyiksaan sampai pada pembunuhan. Puncaknya adalah ketika umat Islam yang terus berkembang, di boikot sedemikian rupa sehingga tidak mendapatkan akses untuk memperoleh makan dan minum di kota itu. Mereka kelaparan sampai berbulan, hingga akhirnya perintah hijrah turun dari Allah. Setelah Muhammad hijrah ke Madinah dan berhasil melakukan konsolidasi di Madinah, membangun masyarakat muslim yang terdiri dari kaum pendatang, muhajirin dengan penduduk setempat, kaum anshar, maka ketika ancaman peperangan datang dari Makah, Rasulullah dan para sahabat menyambutnya. Peperangan berlangsung dengan korban yang jatuh dari ke dua belah pihak, ratusan dan ribuan jumlahnya. Perang Badar, Perang Uhud, Perang Khandak, Perang Tabuk, Perang Hunain dan peran-perang lainnya. Tercatat ada 27 kali peperangan yang pernah terjadi di masa itu.

Dan akhirnya Rasulullah berhasil memenangkan pertempuran-pertempuran itu. Tiba waktunya untuk memasuki Makah, menaklukkan Makah, membebaskan Makah. Peristiwa penaklukan Kota Makkah disebut juga dengan Fathu Makkah. Peristiwa ini terjadi pada bulan Ramadan tahun ke delapan sesudah Hijrah. Dengan peristiwa ini, Allah menyelamatkan Kota Makkah yang awalnya penih kesyirikan dan kezaliman menjadi kota bernafaskan Islam, dengan ruh tauhid dan sunnah. Kota Makkah pun kini menjadi kota dengan lambang keimanan dan kepasrahan kepada Allah ta’ala.

Fathu Makkah didasarkan pada dilanggarnya Perjanjian Hudaibiyah. Nabi lantas memerintahkan para sahabat untuk menyiapkan senjata dan menyerang Makkah. Sebanyak puluhan ribu pasukan ikut bersama Rasulullah. Sebelum sampai ke Makkah, berbondong-bondong kerabat Nabi menyatakan taubat. Nabi pun menerima taubat mereka, termasuk Abbas, paman Beliau bersama keluarganya. Ada pula sepupu Nabi, Ibnul Harits dan Abdullah bin Umayyah—yang dulu permusuhannya sangat keras terhadap Nabi.

Rasulullah membagi dua pasukannya untuk memasuki Kota Makkah. Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan untuk memasuki Makkah dari dataran rendah, sementara Zubair bin Awwam memimpin pasukan sayap kiri dan membawa bendera Nabi SAW melalui dataran tinggi. Lalu Nabi Muhammad mengitari Kakbah dan bertakbir di setiap sudutnya. Dia menyatakan sejak saat itu Makkah menjadi kota suci dan kaum Quraisy dimuliakan oleh Allah.

-------------------------

Meski terdapat perbedaan antara kedua peristiwa ini, bahwa kemenangan sekutu terhadap Jepang, dengan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki memakan korban ratusan ribu jiwa manusia. Bahwa dalam dua sampai empat bulan setelah pengeboman, dampak bom atom ini menewaskan 90.000 – 140.000 orang di Hiroshima dan menewaskan 39.000 – 80.000 orang di Nagasaki, sementara Fathu Makah bahkan tidak menyebabkan pertumpahan darah setetespun. Karena memang tidak ada perlawanan yang terjadi dari Kafir Qurais waktu itu. Apalagi Rasulullah juga telah memberikan arahan sebelumnya, mereka datang membawa kedamaian bukan pertumpahan darah. Mungkin tidak siqnifikan membandingkan korban jiwa diantara keduanya, tapi itulah fakta sejarah yang terjadi, mungkin kita bisa mengambil hikmah atasnya.

Mari kita kembali kepada topik pembahasan kita, tentang kemenangan dan budaya rendah hati. Dalam Islam, Allah SWT menegaskan hal itu, sebagaimana firmannya dalam Quran Suci Surah An Nasr, yang berisikan tiga ayat saja, yang artinya :

Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah, maka bertasbihlah kepada Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat”.

Bukankah sesuatu yang menarik, bahwa saat kemenangan diperoleh, Allah bukanlah menyuruh kita untuk merayakannya. Tapi Allah memerintahkan kita agar mensucikan Dia, memohon ampun dan bertaubat. Apa yang bisa kita maknai ketika kita membaca firman Allah tersebut selain sebuah perintah bahwa dalam menghadapi kemenangan kita harus rendah hati.

Kita harus rendah hati, karena kemenangan kita itu sesungguhnya diperoleh dengan izin dan bantuan dari Allah SWT, bukan karena ikhtiar dan usaha kita semata. Oleh karena itu kita harus mensucikan Allah, bahwa Allah tidak pernah mengingkari janjinya untuk memenangkan kebenaran di atas ke batilan. Saat kemenangan diraih, kita diperintahkan untuk memohon ampunan Allah, itu artinya, mungkin saja dalam proses mencapai kemenangan itu, ada orang-orang yang tersakiti, orang-orang yang terkalahkan, bahkan korban-korban yang berguguran. Kita diminta bertaubat, karena mungkin saja, kemenangan itu dapat berakibat buruk pada kita, jika dengan kemenangan itu kita tidak mawas diri, takabur dan sombong, hal itu akan membuat kita lemah. Dengan bertaubat kita akan selalu mawas diri dari dosa dan kekhilafan yang mungkin akan kita lakukan.

Surat An Nasr adalah perintah untuk tetap rendah hati meskipun engkau telah memperoleh kemenangan. Dua peristiwa di atas menggambarkan situasi nyata yang telah menjadi sejarah, menjadi pelajaran dan petunjuk bagi orang-orang yang mau memikirkannya. Terimakasih.

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Rendah hati diperlukan disetiap langkah, pekerjaan atau apapun,barakallah mas, sehat terus dan sukses ya mas

14 Mar
Balas



search

New Post