Sugih Permono

Sugih Permono lahir di Medan pada tanggal 22 Agustus 1967. Saat ini tinggal di Jl. Ir. H. Juanda No. 47 Binjai. Tugas di Politeknik LP3I Medan....

Selengkapnya
Navigasi Web

MENJADI SPESIALIS ATAU GENERALIS

MENJADI SPESIALIS ATAU GENERALIS

Tentang kebijakan merdeka belajar di kampus merdeka

Tantangan hari ke-58

Dari waktu ke waktu, sesuai pada perkembangan zaman, yang membutuhkan tingkat keahlian lebih tinggi dalam upaya menjawab problem kemanusian dan pengembangan kehidupan masyarakat, kita telah menjadi semakin terspesialisasi. Profesi kita misalnya, bahwa semakin ahli seseorang, dia dituntut semakin menjadi seorang spesialis. Seorang guru misalnya, ada guru kelas yang mengajar semua mata pelajaran, itu dimungkinkan terjadi di Pendidikan Anak Usia Dini, atau mungkin di Sekolah Dasar, kecuali untuk beberapa mata pelajaran seperti Pendidikan Agama dan Olahraga.

Lalu saat di SMP dan di SMA, masing-masing mata pelajaran di asuh oleh seorang guru. Guru Matematika, guru Fisika, guru Biologi, guru Bahasa Indonesia dan seterusnya. Guru-guru yang mengajar semakin spesialis. Ketika kita di PT, bahkan untuk satu mata kuliah, kita bisa memiliki dua orang dosen. Saat masuk Metode Penelitian, ada dosen yang mengajarkan penelitian kualitatif dan ada yang mengajarkan penelitian kuantitatif. Kalau anda naik ke pasca sarjana, dosennya akan lebih spesialis lagi. Mengajar kimia misalnya, ada yang mengajar kimia fisik, ada yang mengajar kimia organik, ada yang mengajar kimia lingkungan, ada yang mengajar kimia karbon dan seterusnya.

Di dunia kedokteran, kita semua tahu ada dokter umum, ada dokter spesialis penyakit dalam, ada dokter spesialis ginjal, ada spesialis ginjal anak. Semakin spesialis, semakin ahli, semakin mahal harganya. Begitulah, kuliah di mulai dari S1, kemudian masuk ke S2 dan melanjutkan ke S3. Semakin tinggi pendidikan, maka keahlian kita semakin tertuju kepada satu fokus, satu aspek tertentu saja. Kuliah S1 di Ekonomi Studi Pembangunan, S2 di Perencanaan Wilayah dan S3 di Studi Pembangunan Pendesaan.

-----------------------------

Lalu datanglah kebijakan Pak Menteri Nadiem Makarim tentang Merdeka Belajar di Kampus Merdeka. Empat kebijakan Kampus Merdeka itu adalah, 1. Otonomi Pembukaan Prodi Baru, 2. Proses Akreditasi di lakukan secara otomatis dan sukarela, 3. Syarat menjadi PT Badan Hukum di permudah dan yang ke-4, Hak belajar tiga semester di luar program studi dan perubahan defenisi SKS. Kebijakan Kampus Merdeka yang ke-4 tersebut dijelaskan sebagai berikut, bahwa Mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengambil ataupun tidak sks (Satuan Kredit Semester) di luar kampusnya sebanyak dua semester atau setara dengan 40 sks. Ditambah, mahasiswa juga dapat mengambil sks di prodi lain di dalam kampusnya sebanyak satu semester dari total semester yang harus ditempuh. Namun, ini tidak berlaku untuk prodi kesehatan.

Menteri Nadiem menilai saat ini bobot sks untuk kegiatan pembelajaran di luar kelas sangat kecil dan tidak mendorong mahasiswa untuk mencari pengalaman baru. Apalagi di banyak kampus, pertukaran pelajar atau praktik kerja justru menunda kelulusan mahasiswa. Mendikbud juga menjelaskan tentang perubahan pengertian mengenai sks. Setiap sks diartikan sebagai ‘jam kegiatan’, bukan lagi ‘jam belajar’. Kegiatan di sini bisa berarti belajar di kelas, magang atau praktik kerja di industri atau organisasi, pertukaran pelajar, pengabdian masyarakat, wirausaha, riset, studi independen, ataupun kegiatan mengajar di daerah terpencil.

Maka jika nantinya seorang mahasiswa jurusan ekonomi dapat mengambil mata kuliah pendidikan, atau mahasiswa pendidikan mengambil mata kuliah marketing, atau mahasiswa ilmu komputer mengambil mata kuliah olahraga renang, apakah itu artinya kini pendidikan kita mengarah pada generalisasi, bukan spesialisasi. Sarjana teknologi komputer yang juga memiliki kemampuan memasak kue, karena selama satu semester menyempatkan diri kuliah di jurusan Tata Boga.

--------------

Kita masih akan menunggu, apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari kebijakan ini. Dalam penjelasan lainnya tentang kebijakan ke-4 itu, Nadiem menyebut tentang perlunya pendidikan di luar kelas. Magang, wirausaha, riset, pengabdian masyarakat, berorganisasi, studi independen atau mengajar di daerah terpencil. Tidak ada penjelasan, mengapa anak-anak kita diarahkan mengambil mata kuliah di luar prodinya selama satu semester. Satu semester itu bisa 18 sks atau sekitar 6 mata kuliah.

Tapi marilah sejenak kita berangkat dari pengalaman mengelola sebuah korporasi, perusahaan. Kita pasti tahu bahwa di sebuah perusahaan biasanya bidang kerjanya selalu ada bidang marketing, bidang SDM, bidang Keuangan, bidang penjaminan mutu, bidang produksi dan tentu core bisnis masing-masing. Core bisnis perusahaan, apakah pendidikan, teknologi, pangan, pertanian, obat-obatan dan seterusnya. Tapi tetap saja, diperusahaan itu ada marketing, keuangan, SDM, penjaminan mutu, produksi atau ditambah purchasing atau pembelian.

Perusahaan yang unggul tentu akan memiliki tim marketing yang unggul, produksi yang unggul, SDM yang unggul, sistem penjaminan mutu yang unggul dan pengelolaan keuangan yang baik. Jika anda menjadi Kabag HRD, mungkin yang perlu anda miliki adalah kemampuan di bidang SDM, dari mulai rekruitmen, pengembangan, kinerja sampai pemberhentian karyawan. Tapi, memahami juga pekerjaan di bidang-bidang lain, akan membantu anda untuk lebih siap dalam berkomunkasi dan berkolaborasi hingga menghasilkan kinerja dan produk yang kompetitip. Walaupun misalnya, memahami pekerjaan bidang lain ini, tak mesti harus ikut mata kuliah bidang tersebut, cukup dengan orientasi tugas dan pengalaman kerja di perusahaan masing-masing.

Hanya jika anda akan menjadi Direktur, menjadi CEO perusahaan tersebut, anda butuh memahami secara detail setiap jenis pekerjaan yang ada di perusahaan tersebut. Anda harus menjadi generalis. Lebih dari itu bahkan anda harus memiliki ketrampilan untuk mengambil keputusan dengan jitu, kemampuan memotivasi karyawan, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan untuk bertahan terhadap tekanan, kemampuan untuk dapat menjaga serta membangun tim kerja yang kompetitip dan seterusnya, anda adalah seorang leader.

Atau itukah maksud Nadiem sebenarnya, bahwa setiap orang yang masuk ke dunia perguruan tinggi akan disiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan. Yah, semoga saja itu dapat terwujud.

#TantanganGuruSiana

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereen ah mas

13 Mar
Balas



search

New Post