AKHMAD SUGIARTO, S.Si

SOSOK GURU MASA DEPAN YANG DIDAMBAKAN BANGSA Oleh: Akhmad Sugiarto, S.Si Guru IPA MTsN Batu Potret Buram Pendidikan Kita Berbagai ...

Selengkapnya
Navigasi Web

UPAYA MEREALISASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER

UPAYA MEREALISASIKAN PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM MEMBANGUN BANGSA

Oleh Akhmad Sugiarto, S.Si

Guru IPA MTsN Batu

HP. 08523465448/email. [email protected]

Potret Buram Pendidikan Kita

Berbagai tragedi telah mewarnai wajah dunia pendidikan kita, mulai perilaku siswa yang memukul gurunya, tawuran pelajar, hamil di luar nikah, menyontek ketika ujian, pelaku kriminal yang didalangi pelajar, penyalahgunaan narkoba dan lain sebagainya. Berbagai fakta tersebut memberikan ransangan yang muncul sebagai saran untuk memperbaiki kurikulum atau muatan pada mata ajaran, misalnya seruan untuk menanamkan pendidikan karakter.

Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini memang adalah sistem pendidikan yang sekular-materialistik. Watak sekuler-materialistik inilah yang menonjol dalam proses pendidikan, mulai dari peletakan filosofi pendidikan, penyusunan kurikulum dan materi ajar, kualifikasi pengajar, proses belajar mengajar hingga budaya sekolah/kampus sebagai hidden curiculum, yang sebenarnya berperanan sangat penting dalam penanaman nilai-nilai.

Sistem pendidikan semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang berkarakter mulia yang sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan teknologi. Terdapat kesan yang sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Kemendiknas dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Sementara, pembentukan karakter siswa yang merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan di sini justru kurang tergarap secara serius. Agama ditempatkan sekadar sebagai salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi landasan dari seluruh aspek.

Pendidikan sekuler-materialistik juga memberikan kepada siswa suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material. Disadari atau tidak, berkembang penilaian bahwa hasil pendidikan haruslah dapat mengembalikan investasi yang telah ditanam. Pengembalian itu dapat berupa gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dengan nilai materi yang telah dikeluarkan. Agama ditempatkan pada posisi yang sangat individual. Nilai transendental dirasa tidak patut atau tidak perlu dijadikan sebagai standar penilaian sikap dan perbuatan. Tempatnya telah digantikan oleh etik yang pada faktanya bernilai materi juga.

Pelaksana Pendidikan

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak baik di luar dan di dalam sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan di luar sekolah dapat terjadi dalam keluarga dan di dalam masyarakat. Jadi pendidikan itu berlangsung seumur hidup dimulai dari keluarga kemudian diteruskan dalam lingkungan sekolah dan masyarakat.

Manusia sebagai makhluk hidup selalu ingin berkembang. Keinginan ini secara manusia tidak terbatas, akan tetapi kemampuan manusialah yang membatasi keinginan tersebut. Oleh karena itu keinginan untuk berkembang berlangsung mulai dan lahir sampai meninggal dunia. Untuk mengembangkan diri itu manusia memerlukan bantuan dalam hal ini pendidikan. Keinginan untuk perkembangan itu berlangsung mulai lahir sampai meninggal, maka kebutuhan untuk mendapatkan pendidikan itu juga harus berlangsung seumur hidup.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan Dan Penyelenggaraan Pendidikan maka pendidikan seumur hidup terbagi menjadi tiga bagian yakni pendidikan informal, pendidikan nonformal, dan pendidikan formal. Penanggung jawab pendidikan informal adalah orang tua dan keluarga di rumah. Mereka perlu mendidik anak mereka agar menjadi anggota masyarakat yang berbudi dan berkarakter. Penanggung jawab pendidikan nonformal adalah masyarakat kursus dan sejenisnya. Mereka perlu mendidik peserta didik sehingga memiliki keterampilan yang memadai. Dan penanggung jawab pendidikan formal adalah sekolah dan perguruan tinggi. Peranan dan tanggung jawab pendidikan formal, informal dan nonformal ini sangatlah penting, ketiganya saling berkaitan dan harus saling menunjang demi terwujudnya tujuan pendidikan Islam dan tujuan pendidikan Indonesia yakni “membangun aqidah yang luhur dan mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Keluarga mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam membentuk karakter , kepribadian dan pembangunan masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.

Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama dan utama. Pembinaan kepribadian dan karakter, penguasaan dasar-dasar agama dilakukan melalui pendidikan dan pengamalan hidup sehari-hari dan dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di keluarga, utamanya orang tua. proses pendidikan dalam keluarga disebut sebagai pendidikan yang pertama dan utama, karena ia menjadi peletak pondasi kepribadian dan karakter anak. Keluarga ideal berperan menjadi wadah pertama pembinaan ketaatan pada yang menciptakan manusia dan sekaligus membentenginya dari pengaruh-pengaruh negatif yang berasal dari luar. Seseorang yang mengajak kepada masyarakat luas, seseorang diperintahkan untuk mengajak terlebih dulu kepada anggota keluarga dan kerabat dekatnya.

Upaya pendidikan dalam keluarga sebenarnya telah dan harus dimulai sejak usia anak dalam kandungan hingga menginjak usia baligh dan memasuki jenjang pernikahan dan bahkan akan terus berlangsung hingga usia tua.

Hampir sama dengan pendidikan di keluarga, pendidikan di tengah masyarakat pada hakikatnya juga merupakan proses pendidikan sepanjang hayat, khususnya berkenaan dengan praktek kehidupan sehari-hari yang dipengaruhi oleh sumber belajar yang ada di masyarakat, yakni tetangga, teman pergaulan, lingkungan serta sistem nilai yang berjalan.

Masyarakat merupakan salah satu elemen penting penyangga tegaknya suatu sistem selain kesholehan dan karakter individu serta keberadaan negara sebagai pelaksana aturan. Masyarakat berperan mengawasi anggota masyarakat lain dan penguasa dalam pelaksanaan hukum. Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang dipengaruhi oleh perasaan, pemikiran, dan peraturan yang mengikat mereka sehingga menjadi masyarakat yang solid. Lebih dari itu, masyarakat memiliki kepekaan indera bagaikan pekanya anggota tubuh terhadap sentuhan benda asing. Tubuh yang hidup akan turut merasakan sakit saat anggota tubuh lain terluka, kemudian ia bereaksi dan berusaha melawan rasa sakit tersebut hingga lenyap. Dari sinilah karakter saling tolong menolong, saling menasehati menjadi bagian yang paling esensial yang sekaligus membedakan masyarakat yang berkarakter dengan masyarakat yang sekuler materislik

Ketaatan individu anggota masyarakat di samping ditentukan oleh upaya pribadi, juga sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan anggota masyarakat lain dan nilai-nilai yang berkembang di tengah masyarakat. Dalam masyarakat yang baik, seseorang yang berbuat kerusakan tidak akan berani melakukannya secara terang-terangan, atau bahkan tidak berani melakukan sama sekali. Kalaupun ada yang tergoda untuk berbuat kerusakan, ia akan berusaha melakukan secara sembunyi-sembunyi. Begitu sadar akan kesalahannya, ia akan terdorong segera bertobat atas kesalahan dan kembali kepada kebenaran.

Pendidikan di sekolah/kampus pada dasarnya merupakan proses pendidikan yang diorganisasikan secara formal berdasarkan struktur hierarkhis dan kronologis, dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Selain mengacu pada tujuan pendidikan yang diterapkan secara berjenjang, berlangsungnya proses pendidikan di sekolah/kampus sangat bergantung pada keberadaan subsistem-subsistem lain yang terdiri atas: anak didik (pelajar/mahasiswa); manajemen penyelenggaraan sekolah/kampus; struktur dan jadwal waktu kegiatan belajar-mengajar; materi bahan pengajaran yang diatur dalam seperangkat sistem yang disebut sebagai kurikulum; tenaga pendidik/pengajar dan pelaksana yang bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan pendidikan; alat bantu belajar (buku teks, papan tulis, laboratorium, dan audiovisual); teknologi yang terdiri dari perangkat lunak (strategi dan taktik pengajaran) serta perangkat keras (peralatan pendidikan); fasilitas atau kampus beserta perlengkapannya; kendali mutu yang bersumber atas target pencapaian tujuan; penelitian untuk pengembangan kegiatan pendidikan; dan biaya pendidikan guna melancarkan kelangsungan proses pendidikan.

Kehidupan sekuler seperti saat ini, peran penting sekolah/kampus sangat terasa, mengingat bahan masukannya berasal dari suprasistem yang sekuler. Beban sekolah bertambah berat manakala ia pun harus mampu mensterilkan sekolah dari gempuran pengaruh negatif yang datang dari kedua suprasistem. Proses pendidikan di sekolah/kampus harus mampu menghasilkan keluaran yang berkarakter khas yakni karakter ketaan pada yang menciptakan manusia dan alam semesta, bukan sekuler.

Kesimpulannya untuk membentuk kepribadian siswa yang mempunyai karakter khas, yang akan berguna bagi bangsa dan negara, maka menjadikan fakta kerusakan yang ada untuk diperbaiki. Perbaikan terhadap sikap siswa dapat dilakukan dengan menanamkan pendidikan karakter dengan ciri khas yakni keyakinan akan pertanggungjawaban oleh yang menciptakan manusia dan alam semesta ini. Pembiasaan sikap karakter yang baik dari yang terkecil, dan tingkat pendidikan yang paling kecil pula yakni keluarga dengan ketauladanan yang ditunjukkan oleh seorang ayah dan ibu. Pembiasaan yang baik dikeluarga akan sangat terasa jika kehidupan dimasyarakat tercipta saling menasehati, saling memberikan masukan yang membangun dan saling memahami. Pola pendidikan karakter di keluarga dan dimasyarakat yang baik ini akan semakin terjamin dan terjaga jika pemerintah juga mampu memberikan suasana kehidupan yang penuh ketaatan pada hukum dan rasa takut akan pertanggungjawaban kepada yang mengusai manusia, kehidupan dan alam semesta.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post