664.Selalu Memuji Allah Swt
Allah Swt adalah Dzat Yang Maha Terpuji. Segala kebaikan ada pada-Nya dan segala keburukan serta sifat kekurangan atau negatif tidak mungkin ada pada-Nya. Semua kesempurnaan harus disandarkan kepada Dzat yang memang sempurna. Semua sifat kekurangan tidak boleh didekatkan dengan kehadiran-Nya. Haram dan terlarang bagi semua makhluk untuk sekedar terlintas dalam benak pikirannya bahwa ada sedikit saja kedzaliman yang ada pada Allah Swt. Maha Suci Allah Swt dari yang demikian. Karena keadilan bagi Allah Swt sifat yang wajib ada pada-Nya dan menjadi garangsi kelangsungan kehidupan manusia. Allah Swt Maha Adil sehingga manusia diperintahkan untuk berbuat adil agar bisa lebih dekat kepada-Nya.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maa’idah: 8). Ketika mengomentari ayat “Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang menegakkan kebenaran, menjadi saksi karena Allah” Syaikh Abu Bakar Al Jazaa’iri ra mengatakan, “(Allah memerintahkan untuk) menegakkan keadilan dalam hal hukum dan persaksian…” (Nidaa’atur Rahman, hal. 86). Abdurrahman bin Nashir As Sa’di ra mengatakan, “…Setiap kali kalian bersemangat menegakkan keadilan dan bersungguh-sungguh untuk menerapkannya maka hal itu akan membuat kalian semakin lebih dekat kepada ketakwaan hati. Apabila keadilan diterapkan dengan sempurna maka ketakwaan pun menjadi sempurna.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 224).
Dengan satu sifat keadilan Allah Swt saja,membuat seluruh makhluk wajib untuk memuji-Nya. Bagaimana dengan sifat-sifat Allah Swt yang lainnya. Sungguh bodoh dan dzalim manakala ada manusia yang enggan untuk memuji-Nya. Apalagi Allah Swt telah mensifati diri-Nya sebagai Tuhan semesta alam (رب العالمين). Ini membuktikan bahwa memang segala puji hanya milik-Nya. Sehingga jika yang berhak mendapat pujian hanyalah Tuhan semesta alam maka hanya Allah Swt-lah yang pantas untuk mendapatkan segala pujian tersebut, karena Dialah satu-satunya yang menjadi Tuhan semesta alam. Imam Jalaluddin Al-Mahally ra dalam Tafsir Al-Jalalain hlm. 10 menyebutkan bahwa;”Lafaz ayat ini merupakan kalimat berita (jumlah khabariyyah) sebagai ungkapan pujian kepada Allah berikut pengertian yang terkandung di dalamnya, yaitu bahwa Allah Ta’ala yang memiliki semua pujian yang diungkapkan oleh semua hamba-Nya.” Adapun beberapa bentuk pujian yang sudah diketahui dan biasa dilakukan manusia diantaranya adalah; Pujian yang Allah Swt lakukan untuk memuji diri-Nya sendiri, Allah Swt memuji hamba-Nya, Nabi Muhammad Saw sebagai manusia yang berakhlak agung, manusia memuji Allah swt, dan manusia memuji sesamanya atau makhluk lainnya. Semua bentuk pujian tersebut pada hakikatnya akan kembali kepada Allah Swt,karena pencipta segala sesuatu adalah Allah Swt. Tak heran dalam Islam sangat dilarang menghina orang atau makhluk lainnya. Dalam surat Al Hujurat, Allah Swt memberikan petunjuk dalam berakhlak yang baik.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al Hujurat: 11).
Maka termasuk kewajiban seorang muslim adalah untuk selalu memuji Allah Swt dalam segala kondisi,suka maupun duka,senang maupun susah,bahagai atau menderita,pujian kepada Allah Swt tetap dilakukan. Nabi Muhammad saw telah memberikan panduan hidup bagaimana seharusnya memuji Allah Swt dengan minimal mengucapkan bacaan hamdalah.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا رَأَى مَا يُحِبُّ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ ». وَإِذَا رَأَى مَا يَكْرَهُ قَالَ « الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ».
“Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Rasulullah saw apabila melihat hal yang ia sukai, beliau mengucapkan,” segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna”. Lalu apabila mendapati hal yang ia tidak suka, beliau mengucapkan, “ segala puji bagi Allah untuk segala keadaan.’” (HR. Ibnu Majah, no. 3803. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan). Para pendahulu pun telah mengajarkan dan memberilkan alasan mengapa pujian tersebut tetap perlu dilakukan. Syuraih Al-Qodhi ra menuturkan:
إِنِّي لَأُصَابُ بِالْمُصِيبَةِ فَأَحْمَدُ اللهَ عَلَيْهَا أَرْبَعَ مَرَّاتٍ , أَحْمَدُهُ إِذْ لَمْ تَكُنْ أَعْظَمَ مِمَّا هِيَ , وَأَحْمَدُهُ إِذْ رَزَقَنِيَ الصَّبْرَ عَلَيْهَا , وَأَحْمَدُهُ إِذْ وَفَّقَنِي لِلِاسْتِرْجَاعِ لِمَا أَرْجُو فِيهِ مِنَ الثَّوَابِ , وَأَحْمَدُهُ إِذْ لَمْ يَجْعَلْهَا فِي دِينِي
"Sungguh aku telah ditimpa dengan suatu musibah, maka akupun memuji Allah atas musibah tersebut Empat kali : Aku memuji-Nya, karena itu bukanlah musibah yang paling dahsyat. Aku memuji-Nya, karena karunia-Nya berupa kesabaran atas musibah tersebut. Aku memuji-Nya karena karunia taufiq-Nya, sehingga aku dapat ber-istirja-memohon pahala dari musibah tersebut. Aku memuji-Nya, karena musibah tersebut terjadi bukan pada agamaku." (Syu'abul Iman, Al-Baihaqi:9507). Sungguh luar biasa keyakinan mereka terhadap Allah Swt. Sebuah keyakinan yang berdampak pada aktifitas keseharian dan tidak akan rugi bagi yang sanggup melakukannya. Karena bagi siapa saja yang diberi taufiq dengan mengucapkan dan menghayati bacaan hamdalah tersebut tatkala terjadi musibah, niscaya musibah yang menimpanya akan menjadi kebaikan dan keberkahan tersendiri. Inilah makna bahwa seorang yang beriman seluruh keadaannya adalah kebaikan dan berpahala,suka maupun duka,mendapat nikmat maupun musibah. Allah Swt tidak pernah melupakan sedikit pun dari perbuatan hamba-Nya,apalagi ketika sedang memuji-Nya. Sa'id bin Jubair ra menuturkan :
إن أول من يدعى إلى الجنة الذين يحمدون الله على كل حال، أو قال يحمدون الله في السراء والضراء
"Sesungguhnya, orang yang pertama kali dipanggil ke surga, adalah orang-orang yang memuji Allah pada seluruh keadaan, atau beliau berkata: "Orang-orang yang memuji Allah, baik dalam keadaan lapang ataupun sempit."( Az-Zuhdu war Raqa'iq, Ibnul Mubarak : 206). Semoga kita sanggup untuk memuji Allah Swt selalu dan dalam segalakondisi yang ada. Amin []
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar