suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
780.Tiga Bagian Sholat

780.Tiga Bagian Sholat

Kewajiban utama harian seorang muslim adalah mendirikan sholat Lima waktu,yakni Dhuhur,Ashar,Magrib,Isya’,dan Shubuh. Kewajiban ini menjadi inti dari semua ibadah yang ada. Begitu pentingnya kewajiban sholat sehingga perintahnya langsung diterima Nabi Muhammad saw dihadapan Allah Swt. Nabi Muhammad saw menghadap Allah Swt di singgasana-Nya ketika peristiwa Isra’ Mik’raj terjadi. Beliau saw di-isra’-kan oleh Allah dari Makkah ke Baitul Maqdis lalu di-mi’raj-kan (naik) ke langit dengan ruh dan jasadnya dalam keadaan sadar sampai ke langit yang ke Tujuh, di Sidratul Muntaha. Kemudian beliau saw memasuki Surga, melihat Neraka, melihat para Malaikat, mendengar pembicaraan Allah Swt, bertemu dengan para Nabi, dan beliau mendapat perintah shalat yang lima waktu sehari semalam. Dan beliau kembali ke Makkah pada malam itu juga. Penjelasan demikian bisa dirujuk dalam Syarhus Sunnah lil Imaam al-Barbahari no. 72 tahqiq Khalid bin Qasim ar-Rad-dadi, Syarhul ‘Aqiidah ath-Thahaawiyyah hal. 223, 226 takhrij al-Albani, Majmuu’ Fataawaa Ibni Taimiyyah”4/328.

Sholat Lima waktu yang menjadi kewajiban umat Islam pada awalnya berjumlah Lima puluh kali dalam sehari semalam. Namun berkat usulan kepada Nabi Muhammad saw agar memohon keringanan kepada Allah Swt mengingat lemahnya umat beliau,akhirnya menjadi Lima kali saja dalam sehari semalam. Dalam penggalan hadis yang begitu panjang beliau saw bersabda: “Aku akan kembali kepada Rabb-ku.” Lalu aku memohon: “Ya Rabb, berilah keringanan kepada ummatku.” Maka aku diberi keringanan Lima shalat. Lalu aku kembali kepada Musa as kemudian aku berkata padanya: “Allah telah memberiku keringanan (dengan hanya) Lima kali.” Musa mengatakan: “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu melakukan hal itu, maka kembalilah kepada Rabb-mu dan minta-lah keringanan.” Rasulullah saw berkata: “Aku terus bolak-balik antara Rabb-ku dengan Musa as sehingga Rabb-ku mengatakan

: يَا مُحَمَّدُ، إِنَّهُنَّ خَمْسُ صَلَوَاتٍ كُلَّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ، لِكُلِّ صَلاَةٍ عَشْرٌ فَذَلِكَ خَمْسُوْنَ صَلاَةً، وَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كُتِبَتْ لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ لَهُ عَشْرًا، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا لَمْ تُكْتَبْ شَيْئًا، فَإِنْ عَمِلَهَا كُتِبَتْ سَيِّئَةً وَاحِدَةً.

“Wahai Muhammad, sesungguhnya kewajiban shalat itu Lima kali dalam sehari semalam, setiap shalat mendapat pahala Sepuluh kali lipat, maka Lima kali shalat sama dengan Lima puluh kali shalat. Barangsiapa berniat melakukan satu kebaikan, lalu ia tidak melaksanakannya, maka dicatat untuknya satu kebaikan, dan jika ia melaksanakannya, maka dicatat untuknya sepuluh kebaikan. Barangsiapa berniat melakukan satu kejelekan namun ia tidak melaksanakannya, maka kejelekan tersebut tidak dicatat sama sekali, dan jika ia melakukannya maka hanya dicatat sebagai satu kejelekan.’” Rasulullah saw berkata: “Kemudian aku turun hingga bertemu Musa as, lalu aku beritahukan kepadanya, maka ia mengatakan: ‘Kembalilah kepada Rabb-mu dan mintalah keringanan lagi.’” Rasulullah saw berkata: “Lalu aku menjawab: ‘Aku telah berulang kali kembali kepada Rabb-ku hingga aku merasa malu kepada-Nya.” (HR. Muslim dari Sahabat Anas bin Malik ra).

Begitu pentingnya kewajiban sholat bagi keselamatan dunia akhirat seorang muslim, sehinggaAllah Swt menggunakan redaksi mendirikan sholat dalam perintah-Nya. Mendirikan sesuatu membutuhkan usaha maksimal dan keseriusan tingkat tinggi,tidak boleh dilakukan dengan santai dan asal terlaksana saja. Dari ‘Abdullah bin ‘Umar ra, Rasulullah saw bersabda.

بُنِىَ الإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ

“Islam dibangun atas Lima perkara, yaitu,Bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan-Nya,mendirikan shalat,menunaikan zakat,naik haji ke Baitullah, berpuasa di bulan Ramadan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Sholat menjadi tiang agama yang akan menentukan tegak tidaknya agama warisan Rasulullah saw ini. Siapa yang serius dalam pelaksanaannya sholat berarti telah menegakkan agama,sedangkan yang mengabaikan sholat secara tidak langsung telah merobohkan agama.

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

“Pokok perkara adalah Islam, tiangnya adalah shalat, dan puncak perkaranya adalah jihad” (HR. Tirmidzi).

Untuk bisa mendirikan sholat dengan benar dan baik harus memahami konstruksi bangunan sholat yang ada. Sebagai bangunan yang utuh dan kuat,sholat memiliki tiga bagian yang harus dibangun seluruhnya sehingga menjadi bangunan yang kuat lagi kokoh. Mengurangi sebagian dari konstruksinya,akan melemahkan bangunan sholat bahkan bisa sampai tingkat merobohkannya.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، ‏قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الصلاة ثلاثة أثلاث الطهور ثلث و الركوع ثلث

و السجود ثلث فمن أداها بحقها قبلت منه وقبل منه سائر عمله ، ومن ردت عليه صلاته رد عليه سائر عمله أخرجه البزار في مسنده (1/ 177/ 349)، السلسلة الصحيحة (6/ 85) رقم: (2537

“Dari Abu Hurairah ra bahwa Rasulullah saw bersabda :"Shalat itu terdiri dari tiga bagian yang harus terkumpul : sepertiganya bersuci, sepertiganya ruku', sepertiganya sujud. Barang siapa yang menunaikan seluruh haknya niscaya akan diterima shalatnya dan semua amal perbuatannya. Barang siapa yang shalatnya tidak diterima, niscaya seluruh amal perbuatannya juga tertolak."(Dikeluarkan oleh Al-Bazzar pada Musnadnya (1/177/349), As-Silsilah As-Sahihah (jilid6/ hal 85) no. 2537).

Bersuci atau berwudhu menjadi bagian sholat yang harus dipenuhi. Sholat tidak sah dan batal jika dilakukan tanpa wudhu. Karena wudhu adalah syarat sahnya sholat yang ada.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم -:لا يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاةَ أَحَدِكُمْ إذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. أَحدثَ: حصل منه الحدثُ، وهو الخارجُ منْ أَحدِ السبيلينِ أَوغيرهِ منْ نواقض الوُضوءِ

“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Allah tidaklah menerima shalat salah seorang di antara kalian ketika ia berhadats sampai ia berwudhu.” Ahdatsa berarti muncul hadats yaitu sesuatu yang keluar dari salah satu dari dua jalan atau pembatal wudhu lainnya. (HR. Bukhari dan Muslim). Tidak boleh meremehkan wudhu dan menganggap bukan bagian dari sholat,tapi harus yakin bahwa ketika seseorang berwudhu sejatinya dia telah memulai mendirikan sholat. Setelah berwudhu dengan benar dan sempurna dilanjutkan dengan takbiratul ihram,memulai sholat yang menandai diharamkannya semua aktifitas yang tidak berhubungan dengan sholat. Dan baru boleh mengerjakan aktifitas lainnya setelah menutupnya dengan salam. Secara garis beras ibadah sholat terdiri dari gerakan badan dan ucapan doa. Gerakan badan yang menjadi barometer diterimanya sholat adalah ruku dan sujud. Jika dilakukan dengan serius dan khusyu,bagian sholat lainnya berupa bacaan doa akan ikut tertata dengan baik pula. Begitu menentukannya ruku dan sujud bagi sholat seseorang sehingga Nabi Muhammad saw pernah menginformasikan dengan bersabda.

إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً مَا تُقْبَلُ لَهُ صَلَاةٌ، لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا يُتِمُّ السُّجُودَ، وَيُتِمُّ السُّجُودَ وَلَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ

“Sesungguhnya ada seseorang yang sholat selama 60 tahun, namun tidak diterima (oleh Allah) amalan sholatnya selama itu walau satu sholat pun. Boleh jadi (sebabnya) dia sempurnakan ruku’-nya tetapi sujudnya kurang sempurna, demikian pula sebaliknya” (Hadis Hasan, riwayat Ibn Abi Syaibah dari Abu Hurairah RA, Shahih al-Targhib, no. 596). Dalam redaksi lain Rasulullah saw juga bersabda.

أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلَاتِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلَاتِهِ قَالَ لاَ يُتِمُّ رُكُوعَهَا وَلاَ سُجُودَهَا أَوْ قَالَ لاَ يُقِيمُ صُلْبَهُ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ

“Manusia paling buruk pencuriannya adalah orang yang mencuri dari sholat”. Mereka (para sahabat) berkata, “Bagaimana ia mencuri sholatnya?” Beliau bersabda, “Dia tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya”, atau beliau bersabda, “Dia tidak meluruskan punggungnya ketika rukuk dan sujud.”(HR. Ahmad dalam Al-Musnad (5/310). Hadits ini di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (no. 885). Semoga setiap sholat yag kita dirikan bisa menjadi bangunan yang benar,kuat,dan kokoh,serta Allah Swt terima. Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post