suhari

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
799.Beramal Untuk Akhirat

799.Beramal Untuk Akhirat

Dunia bagi manusia bukanlah tujuan akhir dari hidupnya. Allah Swt jadikan dunia sebagai tempat ujian semata. Meski bukan tujuan akhir,tapi dunia sangat menentukan sekali. Tidak selayaknya manusia meninggalkan kehidupan dunia demi akhiratnya,meskipun harus ekstra hati-hati jangan sampai memalingkan dari tujuan utamanya berupa akhirat.

وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al Qashshash: 77). Imam Qurthubi ra berkata dalam Al Jaami’ li Ahkamil Qur’an jilid 7, halaman 199, “Hendaklah seseorang menggunakan nikmat dunia yang Allah berikan untuk menggapai kehidupan akhirat yaitu surga. Karena seorang mukmin hendaklah memanfaatkan dunianya untuk hal yang bermanfaat bagi akhiratnya. Jadi ia bukan mencari dunia dalam rangka sombong dan angkuh.” Sedangkan Imam Ibnu Katsir ra dalam tafsirnya menyebutkan bahwa.

وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا أي: مما أباح الله فيها من المآكل والمشارب والملابس والمساكن والمناكح، فإن لربك عليك حقًّا ولنفسك عليك حقًّا، ولأهلك عليك حقًّا، ولزورك عليك حقا، فآت كل ذي حق حقه

“Janganlah engkau melupakan nasibmu dari kehidupan dunia yaitu dari yang Allah bolehkan berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikah. Rabbmu masih memiliki hak darimu. Dirimu juga memiliki hak. Keluargamu juga memiliki hak. Istrimu pun memiliki hak. Maka tunaikanlah hak-hak setiap yang memiliki hak.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim: 6/ 37).

Prinsip hidup seorang muslim adalah maksimal dalam berusaha mendapatkan urusan dunia dan akhiratnya. Meskipun sama-sama maksimal,tetapi harus lebih mengutamakan akhirat daripada dunia. Sebab sebaik apa pun urusan dunia yang bisa diraihnya tetap tidak bisa dibandingkan dengan kebaikan akhirat meski yang paling sedikit pun.

وَاللهِّ مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ فِي الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ؟

“Demi Allâh! Dunia dibandingkan akhirat hanyalah seperti seseorang dari kalian yang mencelupkan salah satu jemarinya ke laut), maka lihatlah apa yang ada pada jarinya tersebut saat ia keluarkan dari laut.” (HR. Muslim). Allah Swt akan memberikan karunia-Nya sesuai dengan permintaan hamba. Dua orang yang sedang berusaha dengan amalan yang sama persis,namun hasilnya bisa berbeda karena beda tujuannya. Barang siapa yang menghendaki dunia semata,maka hanya dunia yang akan diperolehnya,itupun jika Allah Swt idzinkan. Namun bagi yang berniat ikhlas karena Allah Swt semata,niscaya pahala akhirat akan didapat dan diberi bonus berupa kebaikan urusan dunia. Allah Swt berfirman menegaskan.

مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali Neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Huud: 15-16). Dan Nabi Muhammad saw menjelaskannya dengan bersabda.

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi).

Tidak hanya banyak amal saja yang dibutuhkan seorang muslim,tapi kecerdasan dalam menata niat dan menentukan skala prioritas,mana yang terpenting dari yang paling penting mutlak diperlukan. Seseorang yang beramal karena berharap dunia semata sangatlah tercela,meskipun ada beberapa kondisi yang memungkinkan untuk tidak dicela. Orang yang beramal salih semisal sedekah, puasa, sholat dan sebagainya dengan niat agar rezekinya dilancarkan dan ditambah hartanya. Dia tak mengharapkan pahala dari Allah Swt dan keridaan-Nya,maka orang semacam ini hanya akan diberikan di dunia saja jika Allah Swt berkehendak. Adapun di akhirat dia tidak mendapat pahala, yang akan dia dapatkan justeru siksa api Neraka. Abul Abbas Al Qurthubi ra berkata, “Jika pendorong untuk beramalnya adalah dunia maka tidak menjadi ibadah, tetapi ia adalah maksiat. Bahkan bisa menjadi kufur yaitu syirik besar atau riya yaitu syirik kecil. Ini bila pendorongnya hanya dunia semata, bila tidak mendapat dunia tentu ia tidak akan beramal.” (Al Mufhim: 12/50).

Sedangkan seseorang yang beramal salih mengharapkan pahala dari Allah Swt dan keridaan-Nya, tetapi dia pun mengharapkan dunia dari amalannya tersebut, maka orang yang seperti ini dilihat mana tujuannya yang lebih dominan. Jika yang lebih dominan adalah niat akhiratnya, maka dia mendapat pahala. Jika yang lebih dominan adalah harapan dunia, maka dia mendapatkan dosa, dan amalnya tidak diterima. Jika tujuan atau niatnya sama-sama kuat, maka amalannya saling berguguran dan tidak mendapat pahala dan tidak juga dosa,yakni sia-sia belaka. Pelakunya akan mengalami kerugian dunia maupun akhirat kelak. Sebab balasan sebuah perbuatan tergantung niatnya.

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang hijrahnya karena mencari dunia atau karena wanita yang dinikahinya, maka hijrahnya kepada yang ia tuju.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bagi yang ragu-ragu dalam beramal,maka tidak ada manfaat sedikit pun dari amalnnya. Tapi bagi yang jelas niatnya,akan mendapat balasan sesuai kadar niatnya meski terkadang tidak sesuai dengan fakta yang dikehendaki. Kisah berikut bisa menjadi pelajaran berharga. Dari Abu Yazid Ma’an bin Yazid bin Al Akhnas ra. Ia, ayah, dan kakeknya termasuk sahabat Nabi saw. Ma’an berkata bahwa ayahnya yaitu Yazid pernah mengeluarkan beberapa dinar untuk niatan sedekah. Ayahnya meletakkan uang tersebut di sisi seseorang yang ada di masjid (ayahnya mewakilkan sedekah tadi para orang yang ada di masjid). Lantas Ma’an pun mengambil uang tadi, lalu ia menemui ayahnya dengan membawa uang dinar tersebut. Kemudian ayah Ma’an (Yazid) berkata, “Sedekah itu sebenarnya bukan kutujukan padamu.” Ma’an pun mengadukan masalah tersebut kepada Rasulullah saw. Lalu beliau saw bersabda.

لَكَ مَا نَوَيْتَ يَا يَزِيدُ ، وَلَكَ مَا أَخَذْتَ يَا مَعْنُ

“Engkau dapati apa yang engkau niatkan wahai Yazid. Sedangkan, wahai Ma’an, engkau boleh mengambil apa yang engkau dapati.” (HR. Bukhari).

Sudah seharusnya seorang muslim lebih mementingkan urusan akhiratnya daripada dunianya. Caranya dengan menjadikan semua amal perbuatannya ditujukan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt,apa pun bentuk amal tersebut. Meski terlihat sebagai amalan dunia,tapi benarnya niat bisa menjadi amalan akhirat. Tidak rida atau mencukupkan diri sekedar capaian dunia semata,tapi menjadikannya sebagai tujuan akhirat.

أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ ۚ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ

“Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah: 38). Setelah karunia dunia didapat kemudian digunakan dalam rangka meraih akhirat yang lebih menjanjikan segalanya.

استعمل ما وهبك الله من هذا المال الجزيل والنعمة الطائلة، في طاعة ربك والتقرب إليه بأنواع القربات، التي يحصل لك بها الثواب في الدار الآخرة

“Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat pada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam ketaatan. Dengan ini semua, engkau dapat menggapai pahala di kehidupan akhirat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim: 6/37). Semoga semua amal kita bernilai akhirat. Amin []

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post