Suharto, M.Pd

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
WAJAH SENDU SIBONTOT

WAJAH SENDU SIBONTOT

WAJAH SENDU SIBONTOT

SUHARTO MTS N 5 JAKARTA

Seminggu menjelang tahun pelajaran baru, aku agak tersentak dan terdiam, hati ini bimbang mendengar putri bungsuku ( sibontot ) mau menuntut ilmu di pondok pesantren. Antara gembira dan tidak, di hati ini masih ada perasaan waswas. Betahkah Ia karena masih terlalu kecil, jika tidak betah akan terbuang sia-sia uang yang aku keluarkan, itulah yang ada dibenakku.

Setiap anak ada rezekinya masing-masing, aku pasrahkan saja kepada sang pencipta rezeki. mungkin itulah yang membuat hati ini tenang. Aku sudah tidak memikirkan berapa biayanya, aku yakin Allah akan memberi jalan terbaik untukku. Kupersiapkan segala kebutuhan bontotku selama dipesantren.

Dalam tidurku aku selalu memikirkan anak-anakku terutama sibontot karena anak putri satu-satunya. Aku takut jika tidak dipesantrenkan Ia terpengaruh oleh lingkungan yang tidak kondusif sementara aku dan istri kerja sehingga kurang perhatian. Sebenarnya aku akan pesantrenkan setelah tamat madrasah ibtidaiyah.

“Kapan umi berangkat ke pesantren “ itu ungkatan sibontot kepada istriku. “ besok neng jawab istriku”. Tepat pukul 10.00 WIB, hari sabtu tanggal 9 juli 2017 Kami berkemas-kemas mempersiapkan keberangkatan, sementara si bontot masih bermain dengan teman-temannya. Setelah semua sudah siap kami meluncur menuju pesantren.

Tepat jam 12.00 wib, kami sampai di pondok pesantren. Ternyata sudah ada yang datang duluan dan suasana cukup ramai oleh para pengantar. aku kemasi barang-barang untuk dibawa ke asrama putri, sementara istriku mengurusi administrasinya. Tidak ada raut sedih di muka putriku ketika datang ke pondok pesantren.

Waktu terus bergulir dan jam dinding mulai merubah arah jarumnya tanpa disadari hari sudah mulai sore. Bontotku berbicara kepada istriku” Umi nanti pulangnya habis Shalat Magrib ya “ istriku menjawab “ Iya sayang...” . kumandang adzan magrib mulai menggema seluruh santri berkumpul di aula untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah. Kulihat dari kejauhan sibontot berjalan menuju aula dengan menggunakan mukena. Akupun ikut berjamaah bersama para santri.

Setelah salam maka kegiatan shalat berjamaah telah selesai kemudian dilanjutkan wirid dan do’a. Si bontot sekali lagi menemui Uminya seraya berkata “Umi pulangnya habis shalat Isya ya...” istriku menjawab dengan lembut “ Ya sayang...”. tibalah saat-saat perpisahan kulihat wajah putri bungsuku berubah seperti menahan kesedihan, aku tidak kuat melihatnya, buru-buru aku mencium pipi dan keningnya dan cepat-cepat aku berdiri dan tak diduga air mataku menetes karena aku tidak kuat melihat wajah putri bungsuku.

Aku teringat oleh perkataan KH. Hasan Abdullah Sahal pimpinan pondok pesantren GONTOR “ Lebih baik kamu menangis berpisah sementara dengan anakmu untuk menuntut ilmu agama, dari pada kamu nanti ‘yen wes tuwo nangis karena anak-anak mu lalai urusan akherat...kakean mikir ndunyo, rebutan bondo, pamer rupo...lali surgo...’ (kalau sudah tua menangis karena anak-anak kamu lalai terhadap urusan akhirat...kebanyakan memikirkan urusan dunia, berebut harta, pamer rupa wajah...lupa surga)”.

Perkataan KH. Hasan inilah setidaknya membiri kekuatan untuk kami sekalipun istriku jatuh sakit karena kangen. Setiap lepas shalat fardhu tak henti-hentinya kupanjatkan do’a untuknya terkadang tampa disadari air mata ini menetes membasahi pipi.

Tidak ada lagi yang merangkul aku dari belakang ketika aku tadarus Al-Qur’an di mushola kampungku, tidak ada lagi canda tawa putriku, tidak ada lagi si cantik yang duduk di pojok mushola untuk sholat berjama’ah, tidak ada lagi tangisan si bontot ketika aku pulang dari sholat subuh, tidak ada lagi yang tersenyum ketika aku pulang dari kerja, tidak ada lagi yang tidur manis manja disampingku. Kini sunyi hanya ada aku, istri dan putra sulungku.

Selamat belajar putra-putriku semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kemudahan dalam memahami ilmu-ilmu Allah. Amin.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Top pak Suharto. Salam kenal.

21 Aug
Balas

makasih pak yuda, salam kenal selalu......lagi belajar menulis....

22 Aug

aamiin ya Allah

21 Aug
Balas

makasih bunda

22 Aug



search

New Post