Suhud Alynudin

Suami dari seorang istri dan ayah dari 4 anak yang berprofesi sebagai dosen di STIA Banten...

Selengkapnya
Navigasi Web
Koruptor

Koruptor

KORUPTOR

Suhud Alynudin

Mengapa seseorang menjadi koruptor? Bila merujuk pada keterangan ahli kejiwaan, ada penyakit yang disebut Kleptomania, yaitu penyakit mental yang mendorong seseorang selalu ingin mencuri, atau mengambil sesuatu yang bukan haknya. Penderita klepto ditandai oleh kegagalan menahan hasrat yang timbul untuk mencuri sesuatu yang tidak dibutuhkan atau tidak dalam rangka untuk menghasilkan uang. Memang semata-mata ada persoalan kejiwaan yang akut pada diri penderita.

Bila merujuk pada keterangan para ahli kejiwaan, bahwa umumnya klepto hanya mengutil benda-benda sederhana, maka koruptor tak masuk kategori itu. Karena yang dicuri oleh koruptor umumnya nilainya sangat fantastis. Bisa ratusan juta, miliar atau bahkan triliun. Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh koruptor pun tak hanya menyangkut orang per oranng, tapi satu negara. tak berlebihan bila korupsi masuk kategori extraordinary crime atau kejahatan luar biasa setara dengan kejahatan terorisme.

Mungkin saja koruptor adalah penderita kleptomania yang terakumulasi dengan penyakit kejiwaan lain dan sistem yang rusak. Karena di dunia politik ada ungkapan, “jika ada 100 orang politisi, maka 99 orangnya adalah penipu, dan satu orang sedang belajar menipu.” Ungkapan satire ini menggambarkan kesan buruk praktik politik. Hampir tidak menyisakan kesan bahwa masih ada politikus baik.

Sistem politik juga memberi saham bagi suburnya praktik korupsi. Sistem liberal menjadikan politik menjadi mahal. Kuasa uang berada di atas kapasitas, integritas dan profesionalitas. Ada sejumlah biaya yang harus disiapkan kandidat. Dari urusan setoran kepada partai hingga biaya merawat konstituen. Jika dihitung dengan gaji resmi yang didapat sebagai anggota dewan, menjadi besar pasak daripada tiang, alias tekor. Inilah celah yang menyebabkan maraknya praktik korupsi.

Politik sejatinya wilayah pengabdian. Wilayah bagi orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya. Cita-cita dan obsesinya hanyalah menginginkan rakyat hidup sejahtera. Jika membaca kisah hidup para pendiri bangsa, mereka sangat sederhana. Di akhir hayat mereka tak mewarisi harta melimpah bagi anak keturunan mereka. Waktu, pikiran, tenaga dan harta mereka telah habis di jalan perjuangan. Bila saat ini koruptor merajalela, artinya ada yang salah dalam cara mengelola negara.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post