sujar

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

GTK PAUD DIKMAS PONTIANAK 2018

RINDU AYAH

Sepuluh tahun lalu kami hidup bahagia selayaknya keluarga yang lain, ayah ibu sering pergi bertani serta kakak sibuk mengurus sapi sementara saya sibuk dengan urusan pelajaran SMP di sekolahku.Seiring waktu berjalan ayah pergi meninggalkan kami semua untuk pergi ke lain hati selain ibu saya,dari situ kami harus hidup mandri tanpa seorang ayah,dengan waktu yang bersamaan saya memerlukan biaya sekolah yang lumayan banyak untuk melanjutkan sekolah, berbagai upaya yang di lakukan ibu dan kakak saya akhirya saya dapat melanjutkan ke SMA.

Sekolah terus berjalan dan akhirya lulus SMA dan kakak saya lalu menikah barulah saya tau kehidupan mandiri yang sebenarnya yang harus menggatikan seorang kepala kelurga,dari yang membantu ibu di dapur sampai mengatar ibu ke kebun untuk bertani sampai menjual ke pasar.

Disaat sore mengundang saat hujan turun kadang hati ini menggerutu “andai saja ayah dan kakak masih tinggal di rumah ini mungkin saya bisa kulia untuk menggapai cita-cita”untuk itu semua hanya impian yang mungkin tak kan sampai (bicara dalam hati).

Saat mengatarkan ibu ke pasar sambil menunggu ibu pulang saya bertemu bapak Iwan yang sedang menunggu istrinya belanja,sembari ngbrol makan getuk beliau menawari sebuah perkerjaan di sebuah pabrik terasi di kota kami.Akhirnya saya berkerja bersama bapak Iwan dan mendapatkan upah yang sangat lumayan untuk membantu ekonomi ibu saya di rumah.

Setelah saya berkerja tiga bulan saya beranikan untuk mendaftarkan diri untuk kulia di sebuah kampus negri di tempat kami,hari terus berganti dan aktivitas dari yang sebagai membantu ibu di rumah,buruh pabrik terasi dan mahasiswa.dan akhirnya saya lulus dari kulia dan saya mencari perkerjaan yang lebih baik dan akhirnya Alhamdulillah mendapatkan perkerjaan yang lebih baik dan bisa menghidupin ibu saya dan saya,dan akhirnya saya berhenti kerja dari pabrik tersai yang pak Iwan dulu tawarkan.

Karna umur ibu saya di makan oleh waktu dan saya akhirny menyarankan kepada ibu saya untuk tidak bertani lagi,dan akhirnya kebun kami di urusin orang lain namun setiap ada yang bisa di jual di pasar hasilnya di bagi dua.

Kehidupan kami terus berlalu dan kami tetep mensyukuri ini namun dalam hati saya berkata dalam hati saat situasi sepi mengatakan saya “rindu ayah”.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post