Sukadi_andro

Manusia dilahirkan untuk terus belajar. Belajar dengan siapa saja. Dengan menulis kita bisa belajar apa saja....

Selengkapnya
Navigasi Web
Personal Individual

Personal Individual

Penulis : Sukadi.

#TantanganMenulis365Eps2

#Gurusiana Hari ke-565

//

Waktunya pulang. Sudah malam. Itu yang terbesit dalam benak saat saya berada di tenda murid-murid saya pada kegiatan Jumpa Bakti Gembira (Jumbara) PMR di lapangan Desa Cepoko Kecamatan Panekan. Saya pun beranjak dari tempat duduk, berdiri pamitan sambil bersalaman dengan bapak ibu pembina yang bertugas membersamai anak-anak di tenda.

Berjalan menuju tempat parkir disela kanan kiri berdiri tenda-tenda peserta, sambil sesekali tersenyum dan bersalaman dengan orang-orang yang saya kenal mengasyikkan juga. Bisa sedikit merefresh memori dengan mereka, anehnya beberapa diantaranya saya lupa siapa nama mereka. Hehe..mau tanya gak lucu juga.

Kupacu kendaraan dengan kecepatan separo spedometer menyusuri aspal hitam. Sebentar saja menjumpa lalu-lalang kendaraan dan berjubelnya orang-orang sedang menyeberang di samping perempatan Gedung Olahraga (GOR) membuat saya memusatkan perhatian pada jalan yang saya lewati. Para pengunjung Pasar Rakyat dan gelaran pentas religi puncak Hari Santri memadati jalan seakan jalan itu miliknya sendiri.

Belok kanan jalur menuju jembatan Gandong, benakku bertandang. Berhenti atau terus. Saya perhatikan warung langganan ngopi agak ramai juga. Iya deh, saya menghentikan laju kendaraan pas di depan warung.

Nampak pembeli yang lebih dulu berada disitu memperhatikan kehadiran saya. Hanya sekilas, dan mereka asyik lagi pada benda yang mereka pegang. Saya pesan secangkir kopi hitam tanpa gula dan nasi pecel berpasangan setia tempe goreng. Makanan favorit saya yang bikin candu kalau lama tidak makan. Siang atau malam, nasi pecel selalu pas dan enak banget dinikmati.

Meski ramai dan banyak pembeli, suasana sepi. Tidak ada yang bicara. Semua diam. Asyik menatap layar kecil yang telah merubah peradaban. Teknologi benda mini, seakan mengaburkan dan menggantikan keakraban silaturahmi. Bisa dibayangkan saya lihat pembeli yang duduk lesehan, mungkin sekeluarga. Ayah, ibu dan dua orang anaknya. Mereka pun diam, mulut terkunci. Tidak ada perbincangan hangat layaknya keluarga. Di sebelahnya juga sama, dua anak muda diam tak bicara.

Saya pun ikut diam sambil menunggu pesanan. Saya keluarkan juga benda milik saya. Komplit sudah suasana sepinya. Seiring pemilik warung mengantar kopi dan nasi pecel ke meja yang saya duduki dengan diam seribu bahasa.

Apakah ini yang dinamakan personal individual. Budaya dan peradaban baru yang saya takutkan. Orang-orang sekitar baik yang saya kenal maupun tidak, sudah tidak peduli lagi dengan situasi. Lebih mementingkan diri sendiri daripada bersosialisasi. Arus bergeser, zaman berubah. Teknologi merubah semua sendi kehidupan. Saya hanya tersenyum sambil menikmati secangkir kopi pahit, sementara nasi pecel sudah terkunyah dan berpindah. Dengan langkah gontai menuju kendaraan, pulang.

//

Magetan, 2 November 2023

Salam literasi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post