Sukrisno

Menulis sebenarnya bukan hobi ku tapi ini adalah hal yang paling membuat aku bingung. Ak...

Selengkapnya
Navigasi Web
ANAK OMBAK

ANAK OMBAK

Aku adalah seorang anak desa yang tinggal di daerah pesisir, ya masih dalam khawasan daerah Provinsi Riau yang terletak di hampir perbatasan daerah Provinsi Kepulauan Riau. Sungai guntung itulah nama tempat tinggalku, khususnya di desa teluk kayu 15 menit jika menyeberang dari Sungai Guntung dengan menggunakan perahu bermesin.

Teluk kayu adalah nama tanah kelahiranku. Di desa ini adalah tempat dimana aku dibesarkan. Dari SD hingga SMP, aku sekolah di desar tersebut. Mata pencaharian di desaku ini kebanyakan sebagai petani kelapa. Makanya dengan buah kelapa, aku tidak asing lagi. Kadang kala masyarakat ini disini banyak mengeluh dengan harga sembako tidak seimbang dengan harga kelapa yang dijual. Harga sembako terus meningkat, tapi harga kelapa malah menurun. Ini membuat kami sebagai masyarakat kecil menjadi kesusahan untuk menjalani kehidupan ini. Katanya harga kelapa banyak dipermainkan oleh pihak perusahaan, karena kelapa tersebut setelah diolah nantinya hasil produk akan di ekspor ke luar negeri. Meskipun harga kelapa murah, petani kelapa di desaku tetap sabar untuk menjalankan kehidupan ini.

Aku hidup di desa teluk kayu, jika ingin kepasar atau kelaur dari desa ini harus menyeberang menggunakan kendaraan laut yang dikenal “pompon”. Masa kecilku lebih banyak bermain di sekitar rumah, jarang sekali untuk keluar dari desa, tapi sebagai anak desa kami bebas untuk berjalan-jalan, berenang, dan bermain bersama teman-teman tanpa kekhawatiran bagi orang tuanya. Kadang jika air laut naik, kami sebagai anak desa merasa terhibur dengan berenang tampa mengelurkan biaya sepeser pun. Ada rasa kebahagian ketika terjun kelaur bersama – sama teman, menikmati pasangnya air laut di lengkapi dengan himbusan angina.

Ketika SD hari libur sekolah tiba, kami sebagai anak desa tidak ada kemana-mana. Kami hanya menikmati pemandangan di desa atau membantu orang tua di kebun. Ketika di sekolah dan itu awal pembelajaran setelah masa libur sekolah berakhir, kami disuruh untuk membuat karangan setelah hari libur. Ini membuat aku menjadi bingung, karena tidak ada cerita yang harus ditulis, menurut aku dalam pikiran. Karena pada masa itu dalam pikiran aku yang harus ditulis tentang pengalaman hari libur adalah ada bepergian keluar dari desa. Apalagi yang dicontohkan dalam buku adalah si Tono pulang kampung diman terdapat gurung, sawah, dan kerbau.

Hal ini yang membuat aku berkata dalam hati pada saat itu“apakah kampung aku ini dapat dikatakan sebagai kampung gak ya?”.

“Kalau dikatakan kampung memiliki gunung, sawah, dan kerbau, sementara di kampung aku semuanya tidak ada”.ini adalah pemikiran anak desa yang tinggal di daerah pesisir.

Berjalannya waktu, sampai lah aku kejenjang SMA dan ini lokasinya tidak ada di desaku. Aku harus menyeberang ke kecamatan jika ingin masuk SMA. Dari pelabuhan kampung sampai ke pelabuhan guntung yang mana telah disampaikan membutuhkan waktu 15 menit ditambah perjalan darat dari pelabuhan menuju ke sekolah membutuhkan waktu 1 jam jika berjalan kaki. Cukup berat perjalanan aku ketika jenjang SMA. Mungkin jika bukan demi cita-cita dan merubah kodrat keluarga, aku tidak sanggup untuk menjalankan ini. Ketika diawal SMA, kami sekolah siang dan paginya aku bisa membantu orang tuaku untuk mempersiapkan jualan di warung.

Di terik matahari dan terjangan ombak aku lewati bersama teman-teman yang satu kampung untuk menuju ke sekolah. Jika di waktu pulang kami yang satu kampung lebih memilih untuk berjalan kaki dari sekolah menuju pelabuhan dengan pikiran yang sudah tidak sanggup lagi untuk berpikir. langkah demi langkah kaki ini kami jalankan dengan menikmati panasnya sinar sore dan hembusan angin hingga keringat membahasi paras wajah ini. Tapi ini bisa terbayar jika kami sudah sampai di pompong menikmati hembusan angina dan terjangan ombak yang membuat terombang-ambing perahu yang kami gunakan. Hal ini tidak membuat kami ciut dan gentar untuk menjalankan setiap harinya.

Ada suatu ketika kami lama sampai di pelabuhan ketika pulang dan sinar matahari pun sudah melambaikan selesai kehadirannya. Sebuah kendaraan laut tidak satu pun terlihat di dermaga, kamu pun menjadi bingung. Waktu semakin gelap, kabar akan menyeberang pun hanya senyap dan kami hanya menikmati hembusan ombak disertai angina. Karena pada saat ini kami tidak memiliki alat komunikasi sebagai mana sekarang. Alhamdulilah, kabar gembira datang, ada sebuah perahu yang akan menyeberang dan kami pun ikut menumpang. Tapi perahu ini tidak ketempat tujuan yang seperti biasa kami singgah. Perahu ini akan singgah tempat yang mana kami harus melewati hutan-hutan untuk sampai dirumah dengan berjalan kaki.

Inilah begitu besar perjuangan ini untuk meraih cita-cita dan semua ini menjadi pelajaran dan kenangan bagi aku seorang anak desa.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sungguh indah kenangan di kampung .... salam literasi dan sukses selalu

16 Jul
Balas

Salam literasi

17 Jul

Seandainya ada program pelatihan masyarakat desa agar lebih kreatif mengolah SDA, tentu ekonomi masyarakat akan meningkat

16 Jul
Balas

Tulisannya bagus, cuma ada beberapa kata kelapa menjadi kepala, salam kenal dan sukses selalu

16 Jul
Balas

Terimakasih bu maaf baru belajar menulis

17 Jul

Anak laut ya Pak,Mantul.Klo pedntigraf hanya tiga paragraf kan,Salam literasi

16 Jul
Balas

Terimakasih bu maaf baru belajar, salam literasi

17 Jul

Mantap Guru..

17 Jul
Balas



search

New Post