Awalnya hanya bermodalkan ajakan kawan aku mencoba ikut kelas menulis ini. Saat si kawan menyebutkan tema pelatihannya '' SAGU SABU" dahiku langsung ngernyit. Imajinasiku langsung membayangkan olahan yang berbahan dasar sagu, tapi ketika dikaji kata berikutnya kok ada kata SABU pula ya? Kalau SABU kan jenis narkotika, apa hubungannya dengan SAGU? Eittts imajinasinya hanya sekedar pembuka obrolan ya, Kawan. Saat aku sibuk bergelut dengan kebingungan Si kawan memberi penjelasan kalau SAGU SABU itu adalah singkatan dari SATU GURU SATU BUKU. Tanpa berpikir lama, Tup! langsung ku putuskan aku ingin mengikuti pelatihan itu.

Satu hal yang pasti ketika aku mulai memasuki kelas menulis ini, aku merasa ada sebuah tantangan di sini.Sesuatu yang belum pernah kulakukan selama ini, yaitu melahirkan sebuah karya tulis. Walau pun sebenarnya keinginan untuk menulis itu sudah ada dari sejak dulu.Dengan alasan bingung mau memulai dari mana, apa yang mau ditulis, bagaimana cara merangkai kata yang harmonis sehingga keinginan pun tak menampakkan wujud.

Sesi yang paling membekas di hati ketika narasumber memperkenalkan berbagai karya tulis yang dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif guru dari berbagai daerah. Dan itu menguatkan tekadku untuk menyusul mereka dengan membawa hasil goresan penaku. Dengan harapan bisa menjadi warisan yang tak kalah berharga dari sekadar harta bagi anak dan cucu. Bentuk warisan yang tak akan pernah habis walau dipakai tujuh keturunan, bahkan keturunan ke delapan atau kesembilan, jika ada he hee.

Banyak hal berharga yang dapat kuambil dari kelas menulis ini. Arahan, dorongan dan semangat yang diberikan oleh narasumber menggugah inspirasi menulis yang selama ini mulai tenggelam. Dan menjadi pelita di saat penulis pemula mencari kembali ide-ide yang terlupakan begitu saja.

SULAS,S.Pd

Penulis adalah peserta SAGU SABU PELALAWAN